Epilog.

5.9K 314 56
                                    

Dua minggu sebelumnya.

Verner membuka kelopak matanya. Tidur berjam-jam untuk menghilangkan rasa sesak itu rupanya tak berhasil. Ketika bangun, dia kembali merasa bersalah. Pun dia tak dibiarkan untuk tidur dengan tenang.

Malam menyapanya. Tak terawa waktu berjalan begitu singkat. Apa yang Mina lakukan sekarang? Ke mana cewek itu? Verner tersenyum sedih membayangkan wajah Mina yang terkejut melihat apa yang terjadi di antara Verner dan Auris.

Verner pikir, Auris akan menghilangkan rasa bersalah yang dia rasakan kepada Mina. Bukannya melupakan rasa bersalah itu, tetapi dia tidak bisa. Yang ada rasa bersalah itu semakin membesar, membuatnya tak tenang, berakhir dengan menyuruh Auris meninggalkannya sendirian.

Verner masih ingat bagaimana raut wajah tak terima Auris ketika cowok itu mengusirinya dari apartemen dengan halus. Terlihat jelas juga lewat gerak-gerik Auris bahwa cewek itu sedang menahan kesal, merasa dibuang begitu saja seperti sampah setelah berusaha menggoda Verner untuk menaikkan hasratnya.

Verner hanya ingin tenang. Ingin merenenungkan semua tingkahnya selama ini.

Apa harus menemui Mina sekarang? Bukan kah ini hal baik untuknya bisah tidak berurusan lagi dengan Mina?

Verner bangun dan mengusap rambut belakangnya dengan kasar. Semua jadi semakin kacau. Bukan hanya keadaan, tetapi perasaannya. Dia memandang ponselnya di nakas, mengambilnya, mengecek notifikasi dari teman-temannya.

Awalnya dia hanya ingin mengisi waktu, tetapi notifikasi dari Mina membuatnya terdiam sesaat.

5 panggilan tak terjawab.

2 pesan belum dibaca.

Verner membuka pesan itu satu-satu.

Mine

| verner tolong

| aku di rumah kakek dan ada baron mau dobrak kamar mandi

Verner langsung mengambil kunci motornya. Satu-satunya kendaraan yang paling cepat sampai di rumah almarhum Kakek Mina. Dia melewati jalanan yang licin, membawa motornya dengan laju di atas rata-rata, melupakan keselamatannya sendiri, tak memedulikan hujan yang masih terus mengguyur jalanan dan semakin licin.

Satu-satunya yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana bisa membawa motornya dengan cepat agar bisa menolong Mina secepat mungkin.

Meski dia di ambang putus asa karena pesan terakhir yang masuk dari Mina sudah lebih dari 1 jam yang lalu.

[]

Hujan sudah reda menyisakan bau basah di atas tanah.

Garis polisi melingkari bagian depan rumah Kakek. Sebuah mobil polisi dan mobil ambulans ada di sekitar rumah itu. Verner tertegun di antara beberapa tetangga yang ikut melihat di lokasi. Dia tak bisa masuk. Hanya melihat dari jauh.

Tenggorokannya tercekat saat melihat seseorang yang diangkat di atas tandu dan di bawa menuju ambulans. Verner mencoba untuk menerobos, tetapi langkahnya terhenti mendadak saat melihat wajah Mina dengan jelas meski dari jauh. Di atas tandu itu Mina tak bergerak sama sekali dan juga matanya terpejam.

Dunia Verner terasa berhenti.

Apa yang terjadi. Dia tak tahu apa pun. Rasa bersalahnya semakin membesar.

Dia telah mengingkari janjinya kepada Mina untuk selalu menjaga Mina.

Dilihatnya Darga keluar dari rumah itu sembari memegang lengan yang terluka. Darga ikut masuk ke dalam mobil ambulans. Beberapa saat kemudian mobil ambulans itu meninggalkan lokasi bersamaan dengan mobil polisi.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang