Episode 4 (Pertunangan)

1.9K 105 4
                                    

Brayn datang terlambat malam itu

"Waalaikumssalam, Nak, ayo sini duduk Sayang!" seru Bunda Hanum, dan yang lainnya.

"Wah ... anak kamu tampan sekali, mirip dengan mu, Ndra," kata Papi Bram memuji.

"Oh, jelas Bram! Siapa dulu dong Ayahnya," jawab Ayah Andra yang dibalas gelak tawa dari yg lain.

Clarisa masih menunduk sembari fokus memainkan ponselnya, tiba-tiba dia melihat isi pesan yang kirim di grup chat khusus dirinya, Caca, dan Zaskia. Seketika matanya melotot melihat foto yang dikirim caca, yaitu foto sang kekasih tengah bersama seorang gadis di bioskop.

"Sialan!" umpat Clarisa dalam hati.

Ya, Clarisa memang sudah memiliki seorang kekasih yang juga cukup tampan, dan populer. Dia merupakan seorang pemain basket dari sekolah lain.

Fikiran Clarisa tambah kalut sekarang, di mana Arjuna menghianatinya, ditambah lagi dengan perjodohan ini. Clarisa terus berdo'a dalam hati, semoga pria yang dijodohkan dengannya bukan pria tua berwajah jelek, minimal sebandinglah dengan dirinya. Clarisa ingin sekali membalas perbuatan Arjuna, namun ia takut pria yang yang dijodohkan kepadanya saat itu, tak lebih tampan dari Arjuna. Clarisa masih menunduk, dengan ketakukan, dan kekhawatiran yang menyelimuti dirinya. Rasa takut Clarisa tentang bapak-bapak yang terus terngiang-ngiang, di benaknya saat itu, ditambah perasaannya sekarang mulai tidak nyaman, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk sebentar lagi.

"Ehem! Kalau gitu langsung mulai saja, ya, niat baik kita ini," kata Ayah Andra memecah suasana.

"Begini ... sebelumnya, 'kan kita sudah membicarakan hal ini, jadi sekarang kita tinggal tanyakan saja kepada anak-anak kita tentang perjodohan ini," ucap Ayah Andra lagi.

"Kalau kami, sih, sebagai orang tua sangat setuju. Iya, 'kan, Mi?" kata Papi Bram, yang dibalas anggukan oleh istrinya.

"Ya, sudah! Kalau gitu sekarang kita tanya anak-anak kita saja, ya. Kalau kamu gimana, Nak? Apa kamu bersedia Ayah jodohkan dengan putri teman Ayah ini?" tanya Ayah Andra kepada putranya Brayn.

"Aku mengikut Ayah, sama Bunda saja. Pilihan kalian, pasti yang terbaik untukku," jawab Brayn dengan bijak, dan dibalas senyum lega dari kedua keluarga tersebut.

Ya, Brayn tidak kaget pasalnya sebelum berangkat, Ayahnya sudah memberitahukan tentang hal ini sepulangnya dari kantor tadi sore.

"Lalu, bagaimana dengan putri mu?" tanya Ayah Andra pada Papi Bram.

"Kamu tenang saja Ndra, putriku sudah setuju jauh sebelum kita berangkat ke sini," jelas Papi Bram.

"Alhamdulillah," terdengar suara lega dari semua orang.

"Kalau gitu mari kita makan! Brayn, Clarisa ... ayo, Nak," panggil Bunda Hanum.

Clarisa sejenak berfikir, Brayn? seperti tidak asing nama itu, Clarisa teringat seseorang sekarang, tapi tidak mungkin. Bisa saja orang lain, yang kemungkinan namanya sama pikir Clarisa.

Setelah Clarisa mendongkak, jatungnya terasa berhenti berdegup, seketika matanya melotot sempurna saat matanya menangkap sosok pria yang tengah duduk di depannya sekarang, pria yang sangat ia kenali selama ini, yaitu sang ketos yang paling dia benci di sekolahnya. Perasaan Clarisa kembali kecewa semua tidak seperti yang dia harapkan sebelumnya. Namun tak mengapa, dari pada bapak-bapak ubanan, yang selalu terbayang-bayang di pikirannya sejak tadi.

Malam ini Brayn terlihat sangat tampan, dan dewasa, memakai kemeja biru dongker yang menyatu dengan dengan kulit putih bersihnya, rambut hitamnya tertata sangat rapih. Akan tetapi, karena rasa tidak suka Clarisa terhadap Brayn, membuatnya tidak dapat melihat kelebihan yang terdapat pada diri Brayn, yang menjadi bahan rebutan gadis-gadis di luaran sana.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang