Clarisa baru sampai dihalaman rumahnya, dan bergegas masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum," Clarisa mengusap salam.
Namun lagi-lagi kepulangan Clarisa kali ini, disambut dengan tatapan tajam dari sang papi.
Clarisa berjalan guna menyalami sang papi.
"Clarisa kapan kamu akan berubah, selalu saja buat masalah," kata papi Bram jengah.
"Maksud papi apa ?" tany Clarisa pada papinya.
"Tadi pihak sekolah menelepon mamimu, kamu buat keributan lagi disekolah," jelas papi Bram.
"Clarisa minta maaf pi," kata Clarisa memelas, kali ini dia tidak ingin menentang karena dia sedang dalam keadaan lelah.
"Kamu itu sudah punya tunangan Clarisa, mau di taro dimana muka kami sebagai orang tua didepan keluarga Brayn," jelas papi Bram lagi.
Belum Clarisa menjawab, sang mami datang membawakan dua gelas minuman dingin.
"Ehh anak mami udah pulang, ayo minum dulu sayang," kata Mami Evi.
Clarisa mencium tangan maminya, lalu mengambil satu gelas minumannya.
"Terimakasih mi," ucap Clarisa sambil tersenyum manis, lalu hendak meminum minumannya, namun hal itu diurungkan setelah mendengar sang papi berbicara.
"Papi sudah mengambil sebuah keputusan, dan keputusan papi tidak bisa dirubah lagi," ucap papi Bram tegas.
Clarisa terus menyimak apa yang diucapkan oleh papinya.
"Keputusan apa pi," tanya mami Evi bingung.
"Papi sudah memutuskan bahwa pernikahan Clarisa dan Brayn akan dipercepat," tegas papi Bram.
Ucapan papinya itu sukses membuat Clarisa mematung, bagaikan belati yang menusuk hati Clarisa, sakit namun tak mampu berbuat apa-apa.
"Pi, ko mami gak dikasih tau dulu sih," protes mami Evi.
"Nanti malam kita akan bicarakan langsung dengan Andra," kelas papi Bram, lalu bergegas pergi entah kemana.
"Sayang ko kamu diam aja sih, kamu gak menolak nak," tanya mami Evi kepada Clarisa, sambil menggeser duduknya mendekati putrinya.
"Percuma mi Clarisa menolak sekeras apapun, papi gak akan bisa ditentang mi," ucap Clarisa dengan suara serak, kini air matanya lolos begitu saja.
Mami Evi langsung menarik Clarisa kedalam pelukannya.
"Yang sabar ya sayang kamu harus kuat, mama yakin ini yang terbaik dan Brayn memang jodoh kamu yang dikirim oleh Allah," kata mami Evi, menenangkan putrinya.
Clarisa hanya mengangguk dalam pelukan maminya.
"Yaudah sekarang kamu kekamar ya, ganti baju, mandi, terus istirhat. Nanti mami bangunin untuk makan," kata mami Evi seraya mencium pucuk kepala Clarisa.
"Iyah mi, Clarisa ke atas dulu," pamit Clarisa, dan dibalas senyuman oleh mami Evi.
-----
Sedangkan Brayn kini tengah fokus kelayar laptopnya, sejak tadi dia berada dikedainya dan belum pulang kerumah.Konsentrasinya terganggu saat mendengar dering dari phonselnya.
Ternyata sang bunda yang menelponnya, Brayn dengan cepat mengangkat teleponnya.
"Hallo, Assalamualaikum bun," ucap Brayn mengucap salam.
"Wa'alaikumssalam, kamu lagi dimana nak," tanya bunda Hanum, dengan suara yang terdengar khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...