Brayn tak menjawab, ia langsung melangkahkan kakinya menghampiri Clarisa.
Saat hendak meraih lengan Clarisa, Clarisa kembali bertanya.
"Loe udah ma ...." ucapan Clarisa terpotong bersamaan dengan jari telunjuk Brayn yang menempel di bibirnya.
"Hussttt ....!" Brayn meletakkan jarinya di bibir Clarisa.
Grep ....
Brayn membawa Clarisa dalam pelukannya, ia memeluk erat tubuh Clarisa, lalu mencium dalam pucuk kepala Clarisa.
Deg ....
Jantung Clarisa berdegup kencang ketika harus kembali menerima perlakuan Brayn barusan, namun tak bisa di pungkiri Clarisa merasa sangat nyaman berada di dalam pelukkan Brayn, hingga tanpa sadar ia membalas pelukkan Brayn.
"Jangan pernah bertanya sesuatu kepada orang lain, yang loe sendiripun belum lakukan," ucap Brayn di telinga Clarisa.
Clarisa yang mendengar ucapan Brayn, ia mulai melonggarkan pelukkannya.
"Maksud loe apa?" tanya Clarisa, seraya mendongkakan wajahnya ke atas menatap wajah Brayn yang juga menunduk ke arahnya.
"Loe belum makan, ngapain pake nanyain gue balik, hem?" tanya Brayn seraya memainkan alisnya.
"Gu ... gue gak nafsu makan," jawab Clarisa seraya mengalihkan pandangannya ke arah samping.
Tangan kanan Brayn meraih pipi Clarisa agar kembali melihat ke arahnya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pinggang Clarisa.
"Mau gue buat loe nafsu makan?" tanya Brayn.
"Caranya?" Clarisa berbalik tanya.
"Ikut gue!" perintah Brayn seraya menarik lengan Clarisa.
"Tunggu!" seru Clarisa, menghentikan langkah mereka.
"Kenapa?" tanya Brayn menyeritkan sebelah alisnya.
"Gue ganti baju dulu," jawab Clarisa hendak pergi ke kamar lagi.
"Loe udah cantikko, jadi gak perlu ganti baju," ujar Brayn seraya menahan lengan Clarisa.
Blush ....
Clarisa bullshing saat itu, kedua pipi nya berubah memerah bak udang rebus.
"Ayok!" ajak Brayn. Clarisa hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Brayn kembali menarik tangan Clarisa, menuruni anak tangga.
Brayn yang sudah sampai di lantai bawah, ia baru teringat bahwa ia tak menggunakan mobilnya.
"Tunggu bentar yah! Gue ke atas dulu," ucap Brayn kepada Clarisa. Clarisa tak banyak bertanya ia hanya menganggukan kepalanya.
"Ayo!" ajak Brayn yang sudah kembali, ia membawa sebuah helm berwarna pink milik Clarisa.
"Loe bawa motor?" tanya Clarisa.
"Kenapa? Gak mau naik motor?" tanya Brayn. Clarisa buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Ngga! Gue mau ko," ucap Clarisa.
Bryan tersenyum, lalu mengacak gemas pucuk rambut Clarisa. Mereka kembali melangkahkan kakinya.
"Bi kita pamit keluar sebentar ya," pamit Brayn kepada bi Suryah yang tengah berada di teras rumah.
"Iya tuan, silahkan," ucap bi Suryah.
"Assalamualaikum bi," ucap Brayn dan Clarisa.
"Waalaikumssalam," jawab bi Suryah.
Saat sampai di mogenya, Brayn lebih dulu memasangkan helm di kepala Clarisa, setelah itu barulah ia memasang helmnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...