Episode 16 (Menyerah)

1.4K 73 2
                                    

"Gue ingat, tapi kesepatakan kita gak akan merubah apapun," Clarisa menjeda ucapannya, fikiran kembali teringat dengan keputusan papinya.

"Maksud loe ?" tanya Brayn sambil menyeritkan alisnya.

" Ya percuma saja, karena bokap gue gak bisa dibantah keputusannya," ucap Clarisa dengan suara serak, dada Clarisa kembali bergemuruh mengingat kata-kata yang diucapkan oleh papinya kemarin, tidak terasa air mata Clarisa kembali menetes membasahi pipi mulusnya.

"Gu..gue..," ucapan Clarisa terpotong.

"Husssstttt," Brayn meletakkan jari telunjuknya dibibir Clarisa.

"Gue tau loe gak pernah menginginkan perjodohan ini, sama gue juga." ucap Bryan dengan suara lembut.

Clarisa sempat terpana, saat melihat wajah tampan Brayn dengan jarak sedekat itu, ditambah dengan suara lembut Brayn, pasalnya saat berbicara dengan dirinya Brayn tidak pernah selembut ini.

Clarisa masih diam tak menjawab, air matanya masih menggenang dipelupuk matanya.

"Please cooperate Sa, demi orang tua kita, loe gak sendiri ko, gue juga sama kaya loe." sambung Brayn, masih dengan suara lembut dan untuk pertama kalinya Brayn memanggil Clarisa dengan namanya.

Tes..
Air mata Clarisa kembali menetes diwajah cantiknya.

"Gue mohon sama loe, loe mungkin bisa tolak keinginan orang tua loe, tapi gue gak bisa, gue gak ingin ngecewain bunda," ucap Brayn menarik nafas dalam, lalu mengalihkan pandangannya.

Bayn kembali menatap Clarisa, lalu jari jemarinnya menyentuh pipi Clarisa dan menghapus tetesan air mata disana.

"Oke gue nyerah, gue rasa gak ada pilihan lain juga buat gue, dengan terpaksa gue harus terima menikah dengan ketos alay kaya loe." jawab Clarisa, sambil menatap malas Brayn.

Brayn hanya diam seraya menatap lekat Clarisa, lalu senyum sinis terbit dibibirnya.

Clarisa tersadar, saat kembali melihat senyuman sinis Brayn itu, lalu dengan sigap Clarisa mendorong tubuh Brayn agar menjauh darinya.

"Pegang omongan loe ya, kalo nanti loe jatuh cinta sama gue, gue gak tanggung jawab," kata Brayn mengangkat setengah kedua tangannya keatas, seraya tersenyum sombong.

"Ogah banget, gue gak akan pernah jatuh cinta sama loe," jawab Clarisa dengan nada ketus.

"Yaudah loe ikut gue sekarang, jangan harap mau bebas dari hukuman loe hari ini," ucap Brayn kembali dengan nada dingin, dan senyum sinisnya seperti biasa.

"Iyah gue tau, ruang OSIS kan." ucap Clarisa seraya berjalan mendahului Brayn.

Langkah Clarisa sangat pelan, karena darah yang ada pada lukanya sudah mulai mengering, dan itu membuatnya sangat sulit untuk berjalan juga terasa sangat sakit.

Brayn mengimbangi langkah Clarisa dengan berjalan sangat lambat, tak ada yang tau saat bibir Brayn terangkat mengukir sebuah senyuman bahagia saat ini, terlebih ketika melihat Clarisa sudah kembali menjadi gadis yang kuat dan pemberani saat berhadapan dengan dirinya. Jujur saja, hati Brayn seperti tak tega saat melihat Clarisa yang tegar menangis rapuh seperti tadi.

Brayn dan Clarisa menjadi pusat perhatian saat melintas didepan kelas-kelas, pasalnya Brayn seperti sedang mengkawal Clarisa.

"Kenapa tuh si Clarisa,"

"Halah palingan ulah dia sendiri, diakan suka cari masalah."

"Kalian ini apaan sih, gak boleh kaya gitu."

"Abang Brayn tampan bener ya."

Begitulah kata-kata, yang diucapkan oleh siswa siswi yang melihat mereka berdua.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang