Episode 33 (Kompensasi 2)

1.3K 69 2
                                    

Sejak tadi sebenarnya, Clarisa belum benar-benar pergi dari sanah, dia berdiri dibalik tembok, dan mendengarkan semua percakapan mereka.

Setelah kepergian Brayn dan Kana, Clarisa memutuskan untuk segera pergi dari sanah, ia kini berjalan-jalan sekitar sekolah untuk sekedar menunggu mobil Brayn keluar dari area sekolah, dirinya sangat malas jika harus melihat Brayn dan Kana dalam satu mobil.

Tengah asik berjalan, dengan kedua tangan memegang tali tas punggung yang ia kenakan saat ini, Clarisa dikagetkan dengan kedatang seseorang yang langsung menarik lengannya, hingga menyebabkan dirinya menabrak dada bidang orang tersebut.

"Loe!" seru Clarisa, saat ia mendongkakan kepalanya keatas.

"Kenapa hem ?" tanya Brayn seraya menaik turunkan alisnya, dan tersenyum manis menatap Clarisa.

"Ngapain loe disini! Bu...bukannya loe har ...." ucapan Clarisa terpotong bersamaan dengan jari telunjung Brayn yang mempel dibibirnya.

"Sssttt!" seru Brayn, seraya menempelkan jari telunjuknya dibibir Clarisa.

"Gue udah anterin dia ko," ucap Brayn seraya tersenyum.

Clarisa yang mendengar jawaban Brayn, dengan sigap langsung mendorong Brayn, dan melangkahkan kakinya menjauh dari sanah.

Sebelum akhirnya, perkataan Brayn lagi yang membuatnya menghentikan langkahnya.

"Gue anter keparkiran, terus satya yang anterin pulang," jelas Brayn.

Clarisa yang mendengar penuturan Brayn, merasa sangat malu dengan tingkahnya sendiri. Ia kini masih berdiri membelakangi Brayn, sambil memainkan jari tangannya, dan menggigit gigit bibir bawahnya.

Brayn berjalan menghampiri Clarisa, lalu ia membalikan tubuh Clarisa, menjadi menghadap kearahnya.

"Loe kenapa, cemburu ?" tanya Brayn serius.

"Si...siapa yang cemburu! Ng...nggako," jawab Clarisa.

Brayn hanya tersenyum melihat kegugupan Clarisa, lalu dengan segera ia menarik tubuh Clarisa, dan membawanya kedalam pelukannya.

"Gak ada yang jauh lebih penting dari loe," ucap Brayn, seraya mencium pucuk kepala Clarisa.

Sedangkan Clarisa yang diperlakukan seperti itu, merasa sangat gugup, bahkan degup jatungnya kini terdengar sangat kencang. Namun tak dapat dipungkiri ada sedikit ketenangan, dan juga kebahagiaan didalam lubuk hatinya saat itu.

"Ayo pulang!" seru Brayn, seraya melepaskan pelukan mereka.

Clarisa hanya menganggukan kepalanya, namun tak kunjung beranjak dari tempatnya, sebelum akhirnya Brayn menggenggam jari jemarinya, lalu menariknya dari sanah, dan membawanya keparkiran.

Diparkiran saat itu hanya tinggal mobil Brayn yang terparkir disana, saat sudah sampai dimobilnya, Brayn melepaskan genggamannya pada jari jemari Clarisa, lalu membukakan pintu mobil untuk Clarisa, dan mempersilahkan Clarisa untuk duduk disanah.

"Mau langsung pulang, atau gimana ?" tanya Brayan yang tengah mengemudikan mobilnya.

"Gue terserah loe aja" jawab Clarisa.

"Kekedai gue dulu mau ?" tanya Brayn lagi.

"Hemm," ucap Clarisa seraya menganggukan kepalanya.

***

Beberapa menit diperjalanan, kini mobil Brayn sudah terparkir didepan sebuah kedai, kedai dengan nama Kafetaria tersebut adalah kedai miliknya sendiri.

"Ayo tu ...." Brayn menghentikan ucapannya, saat melihat Clarisa yang tertidur disampingnya.

"Saking nyamannya loe dimobil gue," ucap Brayn seraya menarik napasnya dalam.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang