Setelah mengikuti wanita tadi, Clarisa kini berdiri tepat di depan sebuah pintu ruang khusus.
"Tunggu ya Kak," ucap wanita tersebut. Clarisa menganggukan kepalanya, lalu ia melihat-melihat ke sekeliling tempat.
"Hallo ... maaf mengganggu Kak, ini tamunya sudah datang," ucap wanita tersebut seraya menggenggam ponsel di tanganya, sepertinya ia tengah menelepon seseorang.
"Oh baik kak," ucapnya lagi. Lalu ia beralih menatap Clarisa.
"Silah'kan masuk Kak, Nona Kana sudah menunggu di dalam," ucap wanita tersebut seraya melungulurkan sebelah tangannya, mempersilah 'kan Clarisa dengan sopan.
"Oh, iya. Terimakasih ya," ucap Clarisa tak kalah sopan.
"Sama-sama Kak, kalau begitu saya permisi dulu," ucap wanita tersebut. Clarisa menganggukan kepalanya seraya tersenyum sebagai jawabannya.
Setelah kepergian wanita tadi, Clarisa menghela nafas dalam.
"Spesial banget ya, harus ya di tempat kaya gini?" gumam Clarisa seraya tertawa hambar. Lalu tangannya bergerak hendak meraih knop pintu, lalu segera memutarnya hingga pintu tersebut terbuka.
Clek!
Deg ... deg ....
Clarisa mematung di tempatnya, jantungnya kini mulai berdegup hebat bersamaan dengan pintu yang ia buka.
Di sana terlihat dua sejoli yang tengah saling menatap, dengan kedua lengan saling bertautan, hingga kedatangan Clarisa membuat mereka tersadar dan terlihat seolah-olah Clarisa adalah pengganggu saat itu. Ya, mereka adalah Brayn dan Kana.
Dengan perasaan gelisah, Clarisa perlahan melangkah 'kan kakinya menghampiri keduanya.
"Sorry gue telat," ucap Clarisa dan hendak duduk di kursi yang berada di meja Brayn dan Kana.
"Ko ada dia sih?" tanya Kana seraya menatap tak suka pada Clarisa. Lalu ia menoleh ke arah Brayn meminta penjelasan.
"Ehem, gue yang ngundang dia kesini," jawab Brayn. Lalu ia melirik ke arah Clarisa.
"Lakuin apa, yang loe mau lakuin!" perintah Brayn kepada Clarisa. Clarisa hanya mengangguk, setelah itu Brayn meninggal 'kan tempat tersebut.
"Gue minta maaf Kan," ucap Clarisa seraya menatap malas Kana.
"Maaf? Soal apa?" tanya Kana dengan kening berkerut.
"Untuk kejadian di sekolah waktu itu," jawab Clarisa.
"Oh iya, gue udah maafin ko. Ini loe minum dulu," ucap Kana, seraya memberikan segelas minuman kepada Clarisa.
"Buruan deh loe pergi dari sini! Soalnya ini acara spesial gue, bareng calon pacar gue," ucap Kana santai seraya melap bibirnya menggunakan tisu.
Clarisa sempat terpaku di tempat, ketika mendengar ucapan Kana barusan. Hari ini hatinya benar-benar berasa tak karuan, antara gelisah dan nyeri yang menyerang uluh hatinya secara bersamaan. Namun setelah itu, ia kembali menganggukan kepalanya.
Saat hendak meminum minumannya, Clarisa terperanjat dan mengurungkan niatnya. Ia di kaget 'kan oleh map berwarna hijau yang tiba-tiba saja di lempar keras di hadapannya, oleh seseorang yang tak lain adalah Brayn suaminya.
"A-apa ini?" tanya Clarisa terbata, seraya meraih map tersebut.
"Baca!" perintah Brayn.
Clarisa menatap Brayn penuh selidik, sebelum akhirnya ia memilih untuk membuka map tersebut.
Deg ....
Jantungnya kini kembali berpacu dengan kencang, keringat dingin mulai bercucuran di seluruh tubuhnya, bibirnya seakan kelu untuk kembali berucap. Semua itu bermula ketika ia membaca tulisan yang tertera di secarik kertas berbalut map hijau tersebut. Secarik kertas yang mampu meruntuhkan dunianya saat itu juga. "Surat Gugatan Cerai" terlihat jelas, bahkan sangat jelas tertera di secarik kertas tersebut, yang tercetak dengan tinta berwarna hitam terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...