Hari ini adalah hari kelulusan Brayn sebagai murid kelas tiga, dan mulai hari ini Brayn bukan lagi siswa di sekolah Harapan Bangsa, ia kini telah menjadi alumni di sana.
Clarisa bersama bunda Hanum dan ayah Andra, kini tengah duduk di salah satu kursi yang telah di sedia 'kan pihak sekolah untuk para tamu orang tua murid.
"Sayang semoga suami kamu lulus ya, ya walaupun bunda yakin sih, dia pasti lulus hehehe ...." kata bunda Hanum menggenggam jemari Clarisa sambil tertawa kecil.
"I ... iya bunda. Amiin, semoga ya bun," ucap Clarisa menyahuti ucapan mertuanya.
"Bunda lebay deh, putra ayah pasti tidak mungkin mengecewakan dong," ucap ayah Andra seraya menyenggol lengan bunda Hanum.
"Ih Ayah! Anak bunda juga dong," kata bunda Hanum tak terima.
Clarisa hanya tersenyum menanggapi keduanya, dalam pikirannya saat ini ialah Brayn sangat beruntung. Memiliki paras wajah yang tampan, otak yang cerdas, dan tentunya kedua orang tua yang sangat menyayanginya, juga bangga dengan segala prestasi yang dicapainya. Sangat berbeda dengan dirinya, walaupun dari segi paras, otak, dan ekonomi mereka hampir setara, namun dari segi keluarga dirinya jauh di bawah Brayn.
"Sayang kamu kenapa?" tanya bunda Hanum yang melihat perubahan pada raut wajah Clarisa.
"Ngga ko bun," jawab Clarisa seraya mencoba tersenyum.
"Sayang kamu yang sabar ya nak, di sini 'kan ada bunda dan ayah, kami juga orang tua kamu nak," ucap bunda Hanum seraya mengelus pundak Clarisa. Sepertinya ia faham apa yang tengah di pikirkan oleh menantunya saat itu.
"Iya nak, kami juga orang tua kamu. Kami sangat bersyukur dan bangga mempunyai anak lelaki dan perempuan seperti kalian," ucap ayah Andra menimpali perkataan sang istri.
Clarisa menganggukan kepalanya menanggapi ucapan kedua mertuanya tersebut, seraya berkata.
"Iya yah, bun, Clarisa ngerti."
Beberapa menit berlalu, akhirnya tiba di pertengahan acara yaitu acara pengunguman kelulusan para murid.
Hingga sorak tepuk tangan terdengar riuh di ruangan aula tempat acara tersebut, ketika nama Brayn di sebut sebagai nama lulusan terbaik dengan nilai tertinggi di antara murid kelas tiga seluruhnya.
Ada rasa bangga yang menyeruak dalam hati Clarisa, ketika ia sadar lelaki tampan dan cerdas yang kini tengah berdiri di atas panggung tersebut adalah sosok yang kini telah menjadi suami sah nya.
Brayn langsung menghampiri kedua orang tuanya, setelah turun dari panggung memberi sambutan dan ucapan terimakasih.
"Bun, yah!" sapa Brayn, lalu mencium telapak tangan kedua orang tuanya secara bergantian.
"Ayah bangga sama kamu Brayn, jagoan kecil ayah sekarang sudah dewasa dan tumbuh menjadi pria tampan dan hebat," puji ayah Andra.
"Iya nak, bunda juga bangga sama kamu. Sini sayang!" seru bunda Hanum seraya merentang 'kan kedua tangannya.
Brayn menghampiri bundanya, lalu masuk kedalam pelukan sang bunda.
"Selamat ya atas kelulusannya," ucap Clarisa seraya mengulurkan tangannya kepada Brayn. Brayn membalas uluran tangan Clarisa, lalu mengangguk seraya tersenyum tipis.
Setelah berjabat tangan dengan Clarisa, Brayn duduk di tengah-tengah antara bunda dan ayahnya.
"Bunda sama ayah jangan berlebihan, Brayn hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk bunda sama ayah," jelas Brayn dan mendapat anggukan di sertai senyuman manis dari kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Novela JuvenilAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...