"Kenapa lo nangis?" ujar Brayn, seraya buru-buru beranjak dari posisinya.
Clarisa menggelengkan kepalanya, seraya menghapus air matanya.
"Engga usah bohongin gue, karena gue gak bisa dibohongin!" ujar Brayn tegas, seraya menangkup pipi Clarisa dengan sebelah tangannya.
"Gu--gue gak apa-apa kok, lebay lo ah!" ucap Clarisa seraya tersenyum getir.
"Oke, gue percaya." Brayn tersenyum seraya mengangguk.
"Awas, ah. Gue mau mandi," kata Clarisa seraya beranjak dari tempat tidur.
Clarisa yang tak sadar, saat ini dirinya tengah berada di kamar Brayn, ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi di kamar Brayn.
Brayn hanya tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya.
"Lo selalu ingin terlihat kuat, dalam setiap masalah yang loe hadapin," ucap Brayn dalam hati.
'Gue bangga milikin lo sekarang, dan akan gue pastikan, lo akan tetap menjadi milik gue Clarisa Alnindita Wijaya!' batin Brayn.
Clarisa yang telah sampai di dalam kamar mandi, mulai menyadarinya saat dirinya tak menemukan sabun pencuci wajah miliknya, yang selalu ia simpan di atas wastafel.
"Aduh ogeb! Gue semalam ngapain aja, sih. Bisa-bisanya gue gak nyadar, semalaman tidur di kamar dia," ucap Clarisa seraya membasuh wajahnya.
Saat ini Clarisa mencoba untuk keluar dari sana, meskipun sebenarnya ia sedikit malu terhadap Brayn, perlahan tapi pasti kakinya melangkah keluar.
Ketika dirinya membuka pintu, ia dikagetnya dengan sosok Brayn yang berdiri tepat di hadapannya, kini tengah menatap lekat ke arahnya, dengan kedua tangannya bersidekap di dada.
Clarisa yang ditatap seperti itu, mulai menundukan kepalanya, seraya mengigit bibir bawahnya.
"Kenapa, hem?" tanya Brayn seraya tersenyum manis.
Clarisa sempat tertegun, melihat senyuman Brayn, pada saat dirinya mendongkakan wajahnya.
"Jangan ngelihatin kaya gitu! Gue tau kok, gue tampan," ucap Brayn sombong.
"Ih, percaya diri banget lo," ucap Clarisa, namun tatapan matanya tetap fokus ke arah Brayn.
Brayn yang melihat tingkah Clarisa, semakin melebarkan senyumnya, hingga menampakkan gigi gingsul yang menambah kesan manis untuknya.
Clarisa terpaku di tempatnya, ada desiran aneh yang ia rasakan di hatinya kala itu, ketika ia melihat senyuman Brayn yang memabukan tersebut.
"Udah sana! Katanya mau cuci muka," ucap Brayn seraya mengedipkan sebelah matanya.
Kedipan di mata Brayn, mampu menyadarkan lamunan Clarisa saat itu.
"I--iya, gue juga mau ke luar kok," ucap Clarisa terbata-bata, wajahnya kini sudah memerah bak udang rebus akibat ulah Brayn.
"Lo cantik kalau lagi bulshing," ucap Brayn seraya kembali tersenyum.
Blush!
Pipi Clarisa kembali memerah, bahkan lebih merah dari yang tadi, selain memerah, kedua pipinya juga terasa hangat.
"Gu--gue mau ke kamar dulu," pamit Clarisa, seraya memutar langkahya untuk segera pergi.
"Tunggu!" seru Brayn.
"Ya, kenapa?" tanya Clarisa, seraya menoleh kebelakang.
"Lo gak usah ke sekolah dulu hari ini!" perintah Brayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...