Episode 8 (Ancaman)

1.5K 74 1
                                    

"Ken, tolong suruh semuanya keluar," printah Brayn kepada Kenzo, dan Kenzo langsung menyuruh semua anak OSIS untuk keluar dari ruangan, terkecuali Merry yang masih diam ditempatnya.

"Termasuk loe," kata Brayn datar sambil melirik Merry.

"Tapi gue.." belum sempat Merry berbicara, Brayn sudah menatapnya tajam, akhirnya dengan terpaksa Merry juga mengikut keluar.

Kini hanya tinggal Brayn dan Clarisa yang ada didalam ruangan itu, Brayn menatap Clarisa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa loe ngelihatin gue, loe nyuruh gue buat keluar juga, ngomong dong," ucap Clarisa dengan santai dan segera berdiri hendak keluar dari sanah, pasalnya Clarisa dari tadi malah menulis-nulis kertas yang ada di atas meja tanpa memperdulikan Brayn.

"Silahkan aja loe keluar," kata Brayn santai.

"Oke," kata Clarisa tak kalah santai.

Belum sampai langkah Clarisa kepintu, kakinya berhenti melangkah saat mendengar suara dingin Brayn.

"Tapi gue bakalan laporin semua kelakuan loe ini kepada om Bram," ucap Brayn.

"Bodo amat gue gak takut," kata Clarisa lagi, sambil kembali melanjutkan langkahnya.

"Dan....," Brayn menggantung ucapannya, Clarisa tetap berjalan tanpa perduli apa yang akan diucapkan Brayn.

"Pernikahan kita tentunya akan dipercepat," kata Brayn dengan nada santai.

Langkah Clarisa terhenti, dia berbalik dan berjalan ke arah Brayn sambil menatap Brayn tajam.

"MAKSUD LOE APA NGOMONG KAYA GITU HAAA," tanya Clarisa dengan suara tinggi, pasalnya Clarisa sejak tadi berusaha menahan rasa kesalnya akibat ulah Brayn.

Brayn berdiri dari duduknya dan berjalan kearah Clarisa.

"Om bram sudah nitipin loe sama gue, loe taukan kewajiban seorang istri adalah patuh kepada suaminya," ucap Brayn sambil terus berjalan kearah Clarisa yang juga tengah memundurkan langkahnya.

"Terus ?" tanya Clarisa.

"Tentu saja om Bram akan mempercepat pernikahan kita, agar loe bisa nurut sepenuhnya sama gue," jawab Brayn.

Clarisa yang melihat Brayn semakin mendekat mulai panik dan terus memundurkan langkahnya hingga tubuhnya terbentur ditembok.

"Loe jangan macam-macam Brayn, atau gue triak," ancam Clarisa dengan wajah yang mulai memucat.

Brayn tersenyum miring, dia merasa kemenangan ada ditangan dia kali ini.

"Coba aja loe triak, dan gue bakalan lap..," ucapan Brayn terpotong.

"Laporin kan, udah buruan bilang mau loe apa, dasar tukang ngadu," kata Clarisa kesal.

"Jauhin cowo tadi," kata Brayn datar.

"Hey loe buta ya, loe lihat sendirikan gue udah mutusin dia, dan loe tau sendiri jawabannya," jawab Clarisa kesal.

Brayn lagi-lagi terdiam, sampai akhirnya dia bersuara.

"Loe itu tunangan gue, dan gak seharusnya loe pacaran bahkan berniat jalan dengan orang lain," kata Brayn seraya tersenyum jahat.

"It's oke ga masalah, Tapi jangan salahkan gue kalau gue juga deket sama orang lain," sambung Brayn dengan suara santai, lalu tersenyum manis, senyuman yang memabukan. Sampai-sampai Clarisa seperti terhipnotis karena senyum Brayn itu, kemudian Brayn melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Clarisa yang masih mematung ditempat.

Kesadaran Clarisa kembali, saat Brayn tak sengaja menutup pintu ruang OSIS cukup kuat.

Clarisa yang telah tersadar, bergegas keluar menyusul langkah Brayn.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang