"Ini den baksonya, silah kan dinikmati!" seru mamang tukang bakso.
"Iya makasih mang," ucap Brayn.
"Tumben den bawa cewe, biasanya sendiri, pacar baru ya den?" tanya mamang tukang bakso seraya menatap Clarisa yang tengah meminum segelas air.
"Istri mang," jawab Brayn santai seraya menuangkan saos dan kecap ke mangkok baksonya, berbeda dengan Clarisa yang langsung tersedak bersamaan dengan mamang tukang bakso yang berteriak.
"Uhuk ... uhuk ...." Clarisa terbatuk saat mendengar pengakuan Bryan.
"APA!" kaget mamang tukang bakso.
"Kalau minum pelan-pelan dong sayang!" seru Brayn seraya mengelap kan tisu ke sudut bibir hingga dagu Clarisa yang basah.
Blush ....
Wajah Clarisa tiba-tiba saja merona, ia sangat malu diperlaku 'kan seperti itu oleh Brayn di depan orang lain.
"Yaudah den! Mamang percaya sekarang mah," ucap mamang tukang bakso, seraya beranjak dari sana. Brayn hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan tukang bakso itu.
Brayn mulai melahap baksonya, sebelum kembali melahapnya ia melihat ke arah Clarisa yang tengah memegang botol kecap, dengan raut wajah yang sulit artikan.
Brayn tersenyum melihat hal itu, ia beranjak dari duduknya dan berpindah di samping Clarisa, lalu meraih botol kecap dari lengan Clarisa.
"Di sini emang gini, kalau mau makan harus bumbu sendiri sesuai selera," ucap Brayn seraya menuangkan kecap, saos, dan bumbu lainnya ke mangkok bakso Clarisa.
Clarisa tak menyahut, ia malah asik memandang wajah tampan Brayn dari jarak yang lumayan dekat.
"Udah lihatinnya! nanti lanjut di rumah aja, sekarang makan dulu baksonya ya!" seru Brayn seraya tersenyum.
"Eh, ng ... ngga ko! Gue lihatin itu," tunjuk Clarisa asal. Sialnya Clarisa malah menunjuk sepasang kekasih yang tengah bermesraan.
"Jadi loe mau kaya gitu juga?" tanya Brayn seraya mengulum senyumnya. Ia melihat dua sejoli yang tengah bersuap-suapan.
"Ng ... ngga ko," jawab Clarisa gagap.
"Kalau gue yang mau gimana?" tanya Brayn menggoda.
"Loe punya tangan, gak usah manja deh!" kesal Clarisa.
Brayn ingin sekali tertawa saat melihat wajah kesal Clarisa di sampingnya saat itu.
"Gue beneran pengen disuap sama loe," celetuk Brayn masih sambil melahap baksonya.
"Loe beneran pengen disuap sama gue?" tanya Clarisa seraya tersenyum penuh arti.
"Hem, kalau boleh sih!" ujar Brayn seraya melirik Clarisa yang tengah mengaduk-aduk mangkok baksonya.
"Nih! Buka mulutnya cepetan!" seru Clarisa seraya menyerahkan sesendok bakso.
Brayn yang melihat hal itu, dengan senang hati langsung melahapnya. Namun sedetik kemudian, wajah putih Brayn berubah menjadi memerah akan tetapi tetap dengan ekspresi yang tenang.
"Thank ya," ujar Brayn seraya tersenyum.
Clarisa yang tadi tersenyum jahat, kini wajahnya berubah khawatir saat melihat wajah Brayn yang berubah memerah dengan keringat yang bercucuran di wajanya, ia memang menaruh banyak sambal di sendok yang ia suapkan kepada Brayn barusan.
"Loe ngga apa-apa?" tanya Clarisa dengan raut wajah khawatir seraya memegang lengan Brayn.
Brayn hanya tersenyum, seraya membalas genggaman lengan Clarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...