Episode 68 (Ayah Andra Kecelakaan)

1.7K 150 15
                                    

Pagi hari di puncak agrowisata, mereka semua pergi berjalan-jalan, mengengelilingi sekitaran puncak, sambil sesekali mengambil foto diri.

"Adem banget deh, tempatnya," ucap Satya seraya memeluk dirinya sendiri.

"Ya, ginilah keadaan puncak, seandainya gue tinggal di sini, beh ... pasti betah gue, mana banyak kembang desa lagi," ucap Firman seraya melirik para gadis desa yang bekerja di sana, tengah berlalu lalang.

"Dasar mata keranjang lo," cetus Kenzo seraya menatap malas Firman.

"Udah-udah, pada balik yuk. Kita nyari sarapan dulu," ucap Digo memberi saran.

"Gaslah," sahut Satya.

"Giliran makanan aja, cepat banget," ucap Kenzo seraya menyenggol tubuh Satya.

"Tau, tuh!" ucap Caca menimpali.

"Dana masih ada?" tanya Arka kepada Brayn.

Semua orang menatap ke arah Brayn, yang masih melihat-lihat sekitaran puncak.

"Ketahuan, kok, kalau habis pasti gak sarapan," ucap Clarisa seraya terkekeh.

"Jangan gitulah, Sa. Kita gak pulang-pulang entar," ucap Digo menyahuti Clarisa.

"Lah, kenapa?" tanya Caca dengan alis mengkerut.

"Gak ada tenaga buat turun, Ca! Gitu aja, gak tau," jawab Satya.

"Sewot amat lo!" ucap Caca seraya mendelikan matanya ke arah Satya.

"Dana aman, masih banyak juga sisanya," jawab Brayn santai.

"Mantep," sahut Kenzo cepat.

"Eh, kalau tuh duit masih nyisa, kasih ke gue aja, ya. Lo, 'kan udah banyak duit, Yen," ujar Satya kepada Brayn.

"Enak bener hidup lo," sahut Firman.

"Lo emang doyan banget yang sisa, ya, Sat," celetuk Kenzo.

"Sembarangan lo!" ucap Satya tak terima.

"Lo pada gak kasian sama gue, gue udah jadi tulang punggung keluarga sekarang," sambung Satya dengan nada memelas.

"Ya, sorry, Sat. Kita hanya bercanda kali, Sat," ucap Firman meminta maaf.

"Gue juga cuman bercanda, Sat" ucap Kenzo menimpali, seraya menepuk pelan pundak Satya.

"Nah, gitu coba dari tadi. Kasian, 'kan? Kalian sama gue?" tanya Satya dengan menatap mereka.

"Iya, gak tega juga, sih, Sat," ucap Kenzo seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalau gitu, tambahin kek, duitnya," ujar Satya seraya terkekeh.

"M*ati saja kau, perguso," sahut Firman dengan cepat.

"Heuh ... dasar lo, Sat. Pinter banget, nyari kesempatan dalam kesempitan," ucap Digo seraya menatap malas Satya.

"Udahlah, cape gue jadi bahan lelucon. Sekarang ayolah nyari sarapan," ujar Satya.

"Okelah, yuk!" ucap Kenzo seraya menggandeng lengan Caca.

Mereka semua berjalan, menuju warung yang menyediakan makanan di pagi hari.

"Mau cari sarapan, apa mau nyebrang, sih? Pake gandengan segala," celetuk Satya menyinggung Kenzo.

"Mau sarapan kok, sendiri. Jomblo, ya?" ucap Kenzo menyahuti Satya.

"Kasian deh, Satya," ucap mereka semua secara bersamaan.

"Kampr*t ... kenapa jadi gue lagi, sih, yang jadi bahan lelucon," kesal Satya seraya menatap malas semua temannya.

Setelah selesai sarapan semuanya kembali ke penginapan, rencananya besok pagi mereka baru akan pulang dari sana.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang