Clarisa yang tengah membaca sebuah buku di atas tempat tidur, mengalihkan pandangannya saat mendengar pintu kamar mandi berderit.
Blush!
Clarisa mengalihkan pandangannya kembali ke arah lain, seketika wajahnya memerah, setelah melihat sosok Brayn keluar dari balik pintu kamar mandi, dengan handuk yang melilit di pinggangnya, menampakkan bagian tubuh atas yang putih, dada bidang dengan beberapa roti sobek yang menggoda.
Clarisa menelan salivanya dengan susah payah, ia tak menyangka bentuk tubuh Brayn akan seperti itu.
"Merah banget mukanya, kebanyakan, ya, pake blash onnya," ucap Brayn menggoda.
"A--apaan, sih, gue ngga pake gituan," sahut Clarisa gugup.
"Masa, sih. Sa, tolong ambilin gue baju dong," titah Brayn.
"I--iya, tunggu," ucap Clarisa, ia beranjak dari posisinya dan berjalan ke arah lemari.
"Ini, cepetan dipakai, nanti masuk angin," ujar Clarisa seraya memberikan pakaian Brayn.
Clarisa memilihkan setelan pakaian santai, celana chino selutut berwarna hitam, dan kaos lengan pendek polos berwarna navi, sangat kontras di kulit Brayn yang putih bersih itu.
"Kalau bicara itu, matanya harus lihat ke arah lawan bicaranya, emang lo lagi bicara sama lantai, hem?" ucap Brayn, seraya menarik dagu Clarisa.
Benar saja, sejak tadi Clarisa selalu berbicara dengan pandangan menunduk ke bawah, ia tak berani untuk menatap wajah Brayn.
Clarisa tak kunjung menyahut, ia hanya diam menatap lekat netra Brayn.
Brayn tersenyum, ia kembali mendaratkan sebuah kecupan di pucuk rambut Clarisa.
"Kenapa, sih, cantik banget istri gue," ucap Brayn seraya mencubit gemas hidung Clarisa.
"Sakit," ucap Clarisa mengadu.
"Gemes, Sayang," ucap Brayn terkekeh.
Tok! Tok! Tok!
Clarisa hendak beranjak ke arah pintu ketika ia mendengar suara ketukan pintu, namun Brayn menahan pergelangan tangannya.
"Biar gue aja, palingan bibi," ucap Brayn, seraya melangkah ke arah pintu.
"Ya, ada apa, Bi?" tanya Brayn ketika melihat sosok Bi Surti berdiri di balik pintu.
"Maaf, Den, mengganggu. Itu ada Den Kenzo, sama yang lainnya di bawah, Den," jelas Bi Surti.
"Oh, iya, Bi. Sebentar Brayn turun, makasih, ya, Bi," ucap Brayn.
"Sama-sama, Den, kalau gitu bibi, ke bawah lagi, ya," pamit Bi Surti. Brayn mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa?" tanya Clarisa, saat ia melihat Brayn kembali berjalan ke arahnya.
"Mereka udah di bawah," ucap Brayn seraya terduduk di atas tempat tidur.
"Ya, ampun!" ucap Clarisa panik.
"Hei! Kenapa?" tanya Brayn seraya menatap lekat Clarisa, lalu menggenggam jemarinya.
"Kalau mereka tau gue di kamar lo, bisa-bisa mereka semua berpikiran yang lain-lain, gimana, dong!" ucap Clarisa dengan raut wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...