Setelah beberapa menit berlalu, mobil Brayn kini telah memasuki area parkiran club malam.
Brayan turun dari mobil, lalu berjalan dengan tergesah-gesah ke dalam sana. Ia berjalan dengan wajah datarnya, aura yang tak biasa saat itu terpancar dari wajahnya.
Saat sudah sampai di dalam, ia mengedarkan pandangannya ke suluruh penjuru club, hingga pandangannya berhenti tepat pada Clarisa yang kini tengah menepis lengan seorang lelaki, yang mencoba untuk menyentuh tubuhnya.
Brayn mengepalkan tangannya kuat, dengan rahang yang mengeras, dan sorot mata yang tajam ia mulai berjalan ke arah Clarisa.
Bugh! Bugh! Bugh!
Keadaan club yang tadinya bising, kini menjadi hening seketika. Semua orang di sana menatap ke arah dimana sumber suara tersebut berasal.
Saat itu Brayn langsung menghajar lelaki tersebut secara membabi buta, hingga terkapar di lantai. Lalu ia melepas jiket yang tengah ia kenakan saat itu, dan memasangkannya ke tubuh Clarisa.
Setelah itu Brayn kembali menghampiri lelaki tadi yang tengah terkapar di lantai, ia berjongkok di hadapan lelaki itu seraya menarik kerah baju lelaki tersebut dengan kasar.
"Jangan berani lo sentuh dia, dengan tangan kotor lo ini!" seru Brayn. Ia langsung memutar tangan lelaki tersebut, hingga membuatnya berteriak kesakitan.
"Ah ... ampun! Gue cuman disuruh," ucap lelaki tersebut.
Brayn yang mendengar penuturan lelaki itu, ia kembali menatap tajam lelaki tersebut seraya menarik kasar kerah bajunya.
"Siapa yang nyuruh lo?" tanya Brayn dingin.
"Gue gak tau namanya, tapi dia ada di club ini sekarang," jelas lelaki tersebut.
Brayn beranjak dari posisinya, ia kini berdiri menatap seluruh anak kelas sebelas itu dengan sorot mata yang tajam.
"Siapa yang berani melakukan semua ini?" tanya Brayn dengan suara berat.
Anak-anak kelas sebelas tersebut menggidikan bahunya ngeri, ketika mendengar suara Brayn barusan, pasalnya mereka tak pernah melihat Brayn semarah ini sebelumnya.
"Kalau sampai gue tau, loe berurusan sama gue!" peringat Brayn.
Sedangkan kedua sahabat Clarisa, kini tengah duduk di samping Clarisa, dan mencoba menahan tangan Clarisa yang sejak tadi terus berusaha untuk melepas pakaiannya.
Setelah mengucapkan itu, Brayn menghampiri Clarisa, ia menatap tajam kedua teman Clarisa itu.
"Jangan pernah kalian ajak dia ke tempat seperti ini lagi!" seru Brayn.
"I--iya, Kak," jawab Caca terbata-bata, sedangkan Zaskia hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Brayn kini mulai berjalan menjauhi area pesta, seraya membawa Clarisa dalam gendongannya meninggalkan club malam tersebut.
Semua orang yang tengah berada di pesta tersebut, yang menyaksikan kejadian beberapa menit lalu, mereka kini tengah bertanya-bertanya dengan pikirannya, perihal hubungan Brayn dan Clarisa gadis biang masalah tersebut, yang mereka ketahui selama ini Brayn adalah rival Clarisa saat di sekolah.
Tak jauh berbeda dengan kedua sahabat Clarisa, Caca dan Zaskia kini mereka tengah saling pandang, sebelum akhirnya sama-sama mengangkat bahunya.
"Ki, gue mimpi gak, sih?" tanya Caca kepada Zaskia.
"Aw ... sakit ogeb!" ujar Caca, saat tangannya di cubit Zaskia.
"Lo gak mimpi," kata Zaskia.
"Mereka ada hubungan apa, ya?" tanya Caca seperti orang bodoh.
"Ya, mana gue tau, lah," ucap Zaskia.
"Ya, udah. Ayo balik aja, besok kita tanya langsung sama dia," ujar Zaskia. Lalu di angguki oleh Caca sebagai jawaban.
Saat hendak keluar dari sana, Caca tak sengaja melihat sosok Kenzo, lelaki yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.
"Ki, lo duluan aja ke mobil! Gue ada urusan bentar," ujar Caca.
Zaskia tak banyak bertanya, ia langsung menganggukan kepalanya.
"Ya, udah deh. Jangan lama-lama lo," kata Zaskia seraya menarik nafasnya dalam.
Setelah kepergian Zaskia, Caca mulai melangkah kan kakinya menghampiri Kenzo, dan Satya.
"Hai, Kak! Boleh gue gabung?" tanya Caca seraya tersenyum lembut.
"Eh! Ada Neng Caca, ayo silahkan duduk, sini!" seru Satya. Caca hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Sedangkan Kenzo yang sejak tadi, melihat kedangan Caca, ia menatap malas dan acuh dengan Caca.
"Kak! Bo--boleh gue bicara sebentar, sama lo?" tanya Caca ragu-ragu kepada Kenzo.
Kenzo yang mendengar pernyataan Caca, ia berdiri dari posisinya dan hendak beranjak pergi dari sana, namun ia urungkan saat lengannya ditarik oleh Caca.
Satya yang mengerti ke adaan, mulai melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
Kenzo menepis kasar tangan Caca yang menahan lengannya.
"Mau lo apa, ha!" bentak Kenzo.
Caca tak menjawab perkataan Kenzo, ia dengan sigap memeluk tubuh Kenzo, dan menenggelamkan wajahnya di sana.
Kenzo yang tubuhnya tiba-tiba di peluk oleh Caca, ia mulai mengepalkan tangannya, rahangnya kini mulai mengeras, sebelum akhirnya ia melepas pelukkan Caca dengan sangat kasar, hingga membuat Caca terduduk di sofa tepat di hadapan Kenzo.
Caca yang telah terduduk saat itu, mendongkakan kepalanya melihat ke atas, menatap lekat wajah tampan Kenzo.
"Apa salah gue? Kenapa lo jadi sebenci ini sama gue?" tanya Caca.
Kenzo membungkukan tubuhnya, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Caca.
"Salah lo? Salah lo karena sudah menganggu hidup gue!" ucap Kenzo dingin, kini sorot matanya berubah tajam ke arah manik mata Caca yang mulai berembun.
"Lo gak usah bersandiwara di hadapan gue!" ujar Kenzo lagi.
"Gue muak sama lo!" sambung Kenzo.
Setelah mengatakan itu, Kenzo memutuskan untuk beranjak dari sana meninggakan Caca.
"TAPI GUE SAYANG SAMA LO, KENZO DINATA!" teriak Caca.
Langkah Kenzo seketika terhenti, saat mendengar teriakan Caca. Ia menolehkan kepalanyanya ke belakang, dan terlihatlah sosok Caca yang tengah berdiri di belakangnya, dengan tangan menutup mulutnya menahan isak tangisnya.
Pandangan Kenzo dan Caca bertemu, jarak mereka tidak terlalu jauh, Kenzo menatap lekat manik mata Caca, sebelum akhirnya ia melihat air mata itu lolos begitu saja dari mata indah Caca, namun Caca dengan segera berlari menjauh dari sana, menghilang dari pandangan Kenzo.
Caca berlari menjauhi area club malam, ia kini bersandar di balik sebuah tembok seraya terisak, namun buru-buru ia menghentikan isak tangisnya dan menghapus air matanya, saat tiba-tiba Zaskia berdiri tak jauh dari dirinya.
"Ca, lo kenapa?" tanya Zaskia dengan raut wajah khawatir.
"Hehehe ... gue gak apa-apa kok," ucap Caca dengan senyum getirnya.
"Gak apa-apa gimana, Ca, Lihat! Mata lo bengkak, hidung lo merah," ucap Zaskia seraya menghapus air mata pipi Caca.
Caca tak menjawab ucapan Zaskia lagi, Zaskia yang melihat hal itu mencoba untuk mengerti ke adaan sahabatnya saat itu.
"Ya,udah, kalau lo belum mau cerita, tapi kalau lo mau cerita, gue dan Clarisa pasti siap dengerin keluh kesah lo," ucap Zaskia seraya memeluk tubuh Caca.
"Thank, ya, Ki," ucap Caca seraya tersenyum.
"Sama-sama," ucap Zaskia seraya menganggukan kepalanya.
"Ya, udah. Yuk, kita balik!" ajak Zaskia, lalu diangguki oleh Caca.
Kedua gadis itu, mulai mengendarai mobilnya menjauh dari area club malam tersebut.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...