Clarisa mulai menggeliatkan tubuhnya, di bawah balutan selimut.
"Eugh ... udah pagi, ya," ucap Clarisa, seraya mengerjapkan kedua matanya.
Setelah benar-benar membuka kedua matanya, Clarisa membalikkan posisi tidurnya seraya beranjak duduk.
Deg!
Netranya tak sengaja menangkap sosok Brayn di sana, sosok yang tengah berdiri dan tersenyum ke arahnya. Entah sejak kapan Brayn bangun, namun saat ini, ia sudah terlihat sangat fresh dengan balutan pakaian yang melekat rapih di tubuhnya.
"Selamat pagi, Sayang," ucap Brayn. Clarisa masih berdiam tak bergeming di posisinya.
"Kenapa hem? Gitu banget sih, ekspresinya," sambung Brayn. Ia mulai melangkahkan kakinya menghampiri Clarisa.
"Eh, i--iya pagi juga," jawab Clarisa yang sudah tersadar, dari lamunannya.
"Sekarang mandi, terus siap-siap sanah! Ingat, dandannya jangan cantik-cantik," titah Brayn seraya mencolek dagu Clarisa.
Clarisa menyeritkan alisnya bingung, sekaligus aneh, ketika Brayn tiba-tiba mengajaknya jalan.
'Heran gue, dimana-mana cowo itu, pengen lihat cewenya cantik, lah ini? Dasar aneh!' ucap Clarisa dalam hati.
"Mumpung weekend, Sayang," ucap Brayn. Ia seakan paham, apa yang tengah di pikirkan oleh sang istri.
"Oh ... ya, udah. Kalau gitu, sekarang gue mandi dulu, ya," ujar Clarisa beranjak turun dari tempat tidur, dan langsung berjalan ke arah kamar mandi.
Brayn menggelengkan kepalanya, melihat Clarisa yang pergi begitu saja. Ia heran kenapa gadisnya itu, selalu terlihat gugup saat berhadapan dengan dirinya. Seperti sekarang ini, Clarisa bahkan lupa membawa handuk ke dalam sana, padahal jelas-jelas, ia tak membawa baju ganti.
Benar saja, tak beberapa lama Brayn mendengar namanya di sebut, oleh Clarisa.
"Brayn! Lo masih di situ kan?" tanya Clarisa dari dalam kamar mandi.
Brayn sengaja terdiam, tak menjawab panggilan Clarisa. Namun ia melangkah 'kan kakinya ke arah lemari, lalu meraih handuk Clarisa dan kembali berjalan mendekati pintu kamar mandi.
"Brayn, lo denger gue, 'kan?" teriak Clarisa.
Setelah beberapa kali memanggil Brayn, dan tak kunjung menyahut. Knop pintu kamar mandi akhirnya mulai berputar, tanda bahwa pintu tersebut akan segera terbuka.
Tepat pada saat pintu tersebut terbuka, Brayn dengan jahil langsung memuncul 'kan wajah di hadapan pintu. Hal itu membuat Clarisa, tiba-tiba saja berteriak.
"AH ...!" teriak Clarisa. Ia spontan langsung mendorong kembali, pintu kamar mandi tersebut.
"Ahahaha ... kenapa di tutup lagi pintunya, Sayang," Brayn tertawa terpingkal-pingkal, ketika berhasil mengerjai Clarisa.
"His, lo nyebelin, pake banget!" terdengar suara Clarisa yang sangat kesal, dari dalam sana.
"Iya ... iya, maaf. Ya, udah sekarang buka pintunya," titah Brayn.
"Gak, mau!" ucap Clarisa kesal.
"Jadi, lo mau terus di dalam sana?" tanya Brayn.
"Ng--ngga sih, tapi, lo bisa keluar dulu, dari kamar ini, 'kan?" tanya Clarisa balik.
"Ngga lah! Ini kamar gue, ngapain gue keluar," sahut Brayn.
Clarisa yang mendengar jawaban Brayn, di dalam sana ia hanya dapat menggigit bibirnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Dla nastolatkówAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...