Sinar mentari pagi hari itu terlihat sangat cerah, burung-burung berkicau indah.
Kedua pasangan itu masih tertidur lelap di atas ranjang, hingga akhirnya salah satu dari kedua terbangun lebih dulu.
"Aduh! Udah siang ternyata" ucap Clarisa seraya menggeliat, namun tubuhnya pagi itu terasa berbeda dari biasanya, rasanya seperti ada yang tengah menindisnya.
Karena hal itu Clarisa memutuskan untuk melirik ke samping, alhasil ia hampir saja berteriak saat melihat sosok Brayn yang tengah memeluknya, namun belum sempat ia berteriak Brayn lebih dulu menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
"Husttt! Masih pagi sayang" ujar Brayn lembut dengan suara orang khas bangun tidur.
Deg ....
Pagi itu jantung Clarisa kembali berdegup kencang mendapat panggilan sayang dari Brayn.
"Aduh! Ini jantung gak bisa diajak kerja sama deh, kalau dia denger gimana 'kan malu!" gerutu Clarisa dalam hati.
Nyatanya Brayn sudah menyadarinya sejak awal jantungnya mulai berdegup cepat.
"Kenapa hem?" Brayn tersenyum manis.
"Pemandangan indah kalau tiap hari begini," ucap Clarisa dalam hati seraya menatap lekat wajah tampan Brayn dari jarak dekat.
Brayn yang ditatap seperti itu, hanya menyunggingkan senyumnya, sebelum akhirnya.
Cups ....
Clarisa yang tengah beradu dengan pikirannya sekaligus lamunannya, seketika langsung tersadar ketika merasakan benda kenyal nan hangat itu menyentuh keningnya.
"Morning kiss baby," ucap Brayn di telinga Clarisa.
Selepas mengucapkan itu, Brayn beranjak dari tempat tidur hendak ke arah kamar mandi, dan meninggalkan Clarisa yang tengah mematung di sana.
Setelah Brayn tak terlihat lagi di pandangan Clarisa, barulah ia tersadar seraya mengusap keningnya, sebelum akhirnya terpancar sebuah senyuman di bibir mungilnya itu.
Clarisa memutuskan untuk segera turun ke dapur, ia melihat bi Suryah di sana.
"Pagi Bi," sapa Clarisa.
"Pagi non, ada yang bisa dibantu non Risa?" tanya bi Suryah.
"Bibi tau ngga tupperware tempatnya di mana?" tanya Clarisa.
"Di sana non!" tunjuk bi Suryah.
"Oh iya, makasih ya bi." jawab Clarisa.
"Non mau bawa bekal ke sekolahnya, sini biar bibi buatin," ujar bi Suryah.
"No bi, bukan! Aku lagi libur bi, bekal ini bukan untuk aku," ucap Clarisa.
"Em, jadi buat den Brayn nih?" tanya bi Suryah seraya menyunggingkan senyum menggoda.
"I ... iya bi," jawab Clarisa dengan wajah yang sudah memerah bak udang rebus itu. Bi Suryah yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah Clarisa menyiapkan bekal untuk Brayn, menu sarapan pagi pun telah tertata rapih di atas meja. Buru-buru ia menaiki tangga, hendak kembali ke kamarnya untuk menyusul Brayn.
"Loe udah si ....." ucapan Clarisa terhenti ketika melihat Brayn tak menggunakan seragam sekolahnya.
"Kenapa loe pake baju begini?" tanya Clarisa seraya menyentuh jiket Brayn.
Bukannya menjawab pertanyaan Clarisa, Brayn yang telah selesai menyisir rambutnya malah menarik Clarisa kedalam dekapannya.
"Mau loe gue gak pake baju hem?" tanya Brayn seraya memainkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Fiksi RemajaAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...