Episode 35 (Mulai Menyadari)

1.4K 76 0
                                    

"Gue akan pastikan! Surat perjanjian sialan itu, akan gue bakar dengan tangan gue sendiri," ucap Brayn mengepalkan tangannya, seraya menatap tajam kearah jalan.

Lamunan Brayn saat itu buyar, akibat dering dari phonselnya.

"Ya, Hallo! Kenapa ?" tanya Brayn, setelah ia menggeser simbol gagang telepon diphonselnya itu.

"Dimana loe ? Kita udah dikedai loe sakarang, buruan kesini!" seru Kenzo, disebarang telepon sana.

"Gue dijalan, sebentar lgi gue sampe." ucap Brayn, yang langsung mematikan sambungan teleponnya.

Hal itu membuat Kenzo, memakinya dirinya disana.

"Sialan ni anak!" umpat Kenzo.

"Kanapa lagi loe ?" tanya Arka.

"Gue belum selesai ngomong, eh! Dia main matiin aja," ujar Kenzo.

***

Brayn yang memang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, kini ia sudah memasuki pekarangan KafeTaria miliknya, ia segera turun dari mobil, dan berjalan masuk hendak menemui teman-temannya.

"Dtang juga loe akhirnya!" seru Kenzo.

"Belum pesan ?" tanya Brayn, seraya duduk.

"Belum lah! Nunggu yang punya dulu, biar dapat gratisan," jawab Satya cengengesan.

Saat Brayn akan memanggil waiters, phonselnya kembali berdering, ia melihat nama Bunda tertera dilayar phonselnya, dengan cepat ia menjauh dari teman-temannya terlebih dahulu.

"Hallo, Assalamualaikum Bun," ucap Brayn.

"Hallo Nak! Waalaikumssalam," kata Bunda Hanum disebrag telepon.

"Aa apa Bun ?" tanya Brayn.

"Maaf Bunda ganggu, Bunda cuman mau kasih tau, Bunda sama Ayah sekarang lagi ada dijalan mau ketempat Oma." jelas Bunda Hanum.

"Hallo Nak! Kamu dengar Bunda kan ?" tanya Bunda Hanum.

"Iya Bun! Brayn denger ko," kata Brayn.

"Gini sayang, katanya Oma kamu pengen ketemu, mungkin bunda akan pulang selama dua hari. Bunda titip mantu Bunda ya nak, satu lagi ya, kamu jangan cari mang Diman, soalnya mang Diman ikut sama kita." jelas Bunda Hanum.

Jantung Brayn berdegup kencang, saat mendengar pernyataan terakhir dari Bundanya.

"Yaudah! Bunda matiin ya sayang telelponnya. Assalamualaikum," ucap Bunda Hanum disebarang telepon.

"Wa'alaikumssalam Bun," jawab Brayn.

Ketika sambungan teleponnya terputus, Brayn melihat alroji ditangannya, dan buru-buru ia kembali menghampiri meja dimana tempatnya duduk bersama teman-temannya tadi, ia mengambil kunci mobilnya disana. Setelah itu ia hendak segera pergi, sebelum pergi ia mengatakan sesuatu kepada teman-temannya.

"Gue ada urusan! Kalian pesan aja gratis, asal tau diri!" setelah mengucapkan itu, ia segera pergi dari sana, tanpa menghiraukan panggilan dari teman-temannya.

"Woy mau kemana lagi loe! baru juga nyampe," teriak Kenzo.

"Brayn thanks, gue bakalan tau diriko!" teriak Satya.

Bryan berjalan kearah mobil, setelah masuk ia langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, mengarah ketempat dimana ia bertengkar dengan Clarisa tadi.

Ia benar-benar panik saat ini, pasalnya ia tadi berfikir bahwa Clarisa adalah gadis yang cerdas, mungkin saja ia akan menelepon mang Diman untuk menjemputnya ditempat dimana dirinya meninggalkan Clarisa tadi, tapi ternyata, mang Diman tak ada dirumah seperti yang dikatakan sang Bunda tadi.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang