Clarisa mendongkakkan wajahnya keatas menatap wajah Brayn.
"Hemmm," ujar Brayn menaik turunkan alisanya, seraya tersenyum meremehkan.
Glekk...
Clarisa menelan salivanya dengan susah payah.
Brayn masih terus menatap mata Clarisa.
"Nguping kan ?" tanya Brayn dengan tatapan menyeringai.
Clarisa yang ditatap seperti itu, mulai memundurkan langkahnya perlahan, begitu juga Brayn yang melangkah maju mengikuti langkah Clarisa.
"Gu...gue gak nguping ko," jawab Clarisa jutek.
Brayn masih berjalan mendekat kearah Clarisa.
"Makin kesini loe makin suka ikut campur urusan gue ya, kenapa tertarik sama gue hemmm ?" tanya Brayn sambil menaik turunkan alisnya.
"PD banget loe, gue gak akan pernah suk... awww," ucapan Clarisa terpotong, saat tubuhnya membentur tembok.
"Gak akan apah hemmm," ucap Brayn yang kini telah mengukung tubuh Clarisa.
Clarisa masih meringis, karena tembok yang terbentur dipunggungnya adalah tembok runcing.
Brayn yang melihat Clarisa meringis, karena saat ini punggung Clarisa masih dalam posisi bersender ditembok itu, dengan sigap dia menarik Clarisa kedalam pelukkannya.
Degg...
Clarisa kaget sangat kaget, karena ini adalah kali pertama dirinya dan Bryan berpelukan dalam posisi seperti ini.
Clarisa mencium aroma parfum Brayn, yang menyeruak dirongga hidungnya.
Namun semua kekagetan Clarisa sirna begitu saja, saat Brayn membisikan sesuatu ditelinganya.
"Loe gak usah ikut campur urusan gue, loe hanya berhasil ambil status gue tapi tidak dengan hati gue," ucap Brayn datar, seraya melepas pelukannya, dan meninju dadanya sendiri tepat dimana hatinya berada.
Clarisa sempat tertegun dengan perubahan sikap Brayn.
Brayn menatap sinis Clarisa, setelah itu kakinya melangkah pergi dari sana.
"Dih gila, siapa juga yang berniat ngerebut hati dia, PD banget jadi orang," Clarisa bermonolog seraya mencebikkan bibirnya.
"Ternyata itu sifat aslinya hahaha belum tau aja para pengagumnya," ucap Clarisa dengan senyum sinis seraya melangkahkan kakinya dari sana.
------
Sedangkan Brayn kini tengah beridiri dirooftop sekolah sendirian, kini fikirannya tengah kacau sangat kacau, semua itu karena Kana sahabat kecilnya.Brayn tengah melamun dengan menutup kedua matanya, namun lamunannya buyar saat ada seseorang yang memanggil namanya dari belakang.
"Kak Brayn," kata Wina adik kelasnya.
"Ya." jawab Brayn singkat seraya berbalik.
"Ini aku bawain kakak susu dan roti," kata Wira seraya menyerahkan tentengan kantong plastik ditangannya.
Brayn tidak menerimanya, dia menyeritkan kedua alisnya. Wina yang seakan mengerti dengan tatapan Brayn langsung buka suara.
"Dari tadi dikantin aku gak lihat kakak, makanya aku bawain ini pasti kakak belum makan," jelas Wina dengan senyum manisnya.
Brayn membalasnya dengan anggukan kepala.
Tak lama datanglah Satya untuk menemui Brayn.
"Kutu kupret, gue nyariin kemana-mana dari tadi, nyatanya lagi berdua-duan disini," ucap Satya seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...