Setelah berkomunikasi lewat video call tempo lalu, tidak ada lagi komunikasi antara Brayn dan Clarisa. Baik Brayn ataupun Clarisa mereka tidak mencoba menghubungi duluan, hingga saat ini Brayn telah kembali dari Jepang.
"Pagi Bun," sapa Clarisa seraya tersenyum manis.
"Eh sayang, sudah bangun ya," ucap bunda Hanum.
"Iya bun, bunda lagi masak apa?" tanya Clarisa seraya berjalan ke arah bunda Hanum.
"Ini bunda lagi masak sup ayam kesukaan Brayn nak," jawab bunda Hanum.
"Loh! Brayn udah pulang Bun?" tanya Clarisa dengan wajah yang kaget sekaligus bingung.
"Kamu belum tau ya? Brayn sampe jam 11 tadi malam nak," jawab bunda Hanum. Ia tersenyum melihat ekspresi wajah menantunya saat itu.
"Eh, gitu ya bun. Aku bantuin ya bun buat sup nya," ucap Clarisa seraya meraih pisau hendak memotong daun bawang.
"Boleh ko," jawab bunda Hanum.
Setelah beberapa menit berlalu, Clarisa dan bunda Hanum telah menyajikan menu sarapan pagi di atas meja makan.
"Nak kamu siap-siap sana, mau sekolah kan?" tanya bunda Hanum.
"Iya Bun," jawab Clarisa seraya menganggukan kepalanya.
"Yaudah sana, jangan lupa bangunin suami kamu ya!" perintah bunda Hanum.
"Iya Bun, Aku ke atas dulu bun," pamit Clarisa dan di angguki oleh bunda Hanum.
Setelah sampai di lantai atas, tepatnya di kamar dirinya dan Brayn. Clarisa buru-buru membersihkan dirinya, lalu bersiap-siap hendak pergi ke sekolah.
"Kenapa dia gak tidur disini semalam? Ko dia gak rindu sih sama gue, padahal dia sama sekali gak pernah ngehubungin gue lagi," tanya Clarisa pada pantulan dirinya sendiri di hadapan cermin rias.
"Bodo ah! Urusan dia juga," ucap Clarisa yang sadar akan ucapannya tadi.
Setelah di rasa cukup dengan penampilannya, Clarisa buru-buru keluar kamar dan hendak masuk ke kamar sebelah untuk membangun 'kan Brayn.
"Boleh gue mas-" ucapan Clarisa terhenti, ketukan tangannyapun melayang tepat di kening Brayn yang telah membuka pintu kamar.
"Ada apa?" tanya Brayn dengan muka datarnya.
Clarisa yang mendengar nada Brayn berbicara dan melihat wajah datar Brayn saat itu, sempat tertegun di tempat. Ekspresi yang Brayn tunjukkan itu, adalah ekspresi dimana dulu Brayn sering menunjukannya ketika tengah berbicara dengan dirinya, dengan artian bahwa Brayn sangat membencinya ketika dulu.
"Gu-gue mau bangunin loe," ucap Clarisa terbata.
"Jadi?" tanya Brayn masih dengan ekspresi yang sama.
"Jadi apa?" tanya Clarisa balik dengan wajah bingung.
"Gue udah bangun, jadi loe mau apa lagi masih berdiri di sini?" tanya Brayn dengan tatapan mata yang datar namun sangat menusuk bagi Clarisa.
"Bunda nyuruh loe buat sarapan," setelah mengucapkan itu, Clarisa menjauh dari sana tanpa menunggu respon Brayn lagi.
Clarisa kembali ke kamar utama, ia membasuh wajahnya beruntung ia tak pernah menggunakan make up saat hendak ke sekolah, jadi tak perlu repot-repot mengganti make upna.
Hatinya kini terasa sakit melihat perubahan sikap Brayn terhadapnya hari ini, padahal ia ingin memeluk sosok Brayn yang sangat ia rindu 'kan beberapa hari terakhir ini, namun melihat sikap Brayn barusan membuatnya bingung sekaligus sakit. Tanpa sadar air mata yang tadi ia tahan di pelupuk matanya, kini mengalir di wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...