Episode 19 (Merasa Bersalah)

1.2K 73 2
                                    

"Dari mana saja kamu Brayn ?" tanya papi Bram dengan suara dingin.

"Maaf om," kata Brayn seraya menundukan kepalanya.

"Brayn tante fikir kamu bisa menjaga Clarisa untuk menggantikan kami," ucap mama Evi lirih.

"Masuklah kita bicara didalam," kata papi Bram, menyuruh Brayn masuk.

Setelah masuk, Brayn menceritakan semuanya kepada kedua orang tua Clarisa, alasan mengapa dia meninggalkan Clarisa sendirian dibutik dari sore.

Flashback on..

Brayn yang tengah memainkan phonselnya, sambil menunggu Clarisa yang tengah mengukur pakaian, tiba-tiba terganggu karena ada yang meneleponnya sore itu.

Yang meneleponnya adalah ibu Kana, dia mengatakan jika Kana belum pulang kerumah saat pulang sekolah hingga kini, dan menanyakan apakah Brayn tidak mengantar Kana lagi saat pulang sekolah, Braynpun menjelaskan bahwa dirinya memiliki urusan dengan bundanya, lalu ibu Kana meminta tolong kepada Brayn untuk mencarikan putrinya, Brayn panik saat itu dan langsung pergi mengendarai mobilnya.

Brayn berkeliling mencari keberadaan Kana, sangat susah menemukan Kana apa lagi saat itu hujan turun sangat deras. Terus berkeliling mencari keberadaan Kana, akhirnya ekor mata Brayn menangkap sesuatu, dimana ada gadis cantik yang ia cari saat ini, tengah berjalan dipinggir trotoar dibawah guyuran air hujan yang deras.

Brayn segera turun dan berlari menghampiri Kana.

"Kan, apa yang loe lakuin buruan masuk mobil entar loe sakit," ujar Brayn setengah berteriak akibat hujan yang deras.

"Gak usah perduliin gue, gue gak butuh kasihani dari loe," jawab Kana yang juga berteriak.

"Buruan Kan, loe gak boleh kaya gini," ujar Brayn lagi, seraya menghampiri Kan.

"Ayo," Brayn menarik tangan Kana, namun Kana melepaskannya dan malah berlutut dihadapan Brayn.

"Gue cinta sama loe, gue sayang sama loe," teriak Kana, dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya bercambur dengan derasnya air hujan.

"Kenapa loe jahat sama gue, apa susahnya loe terima cinta gue," sambung Kana lagi.

Brayn mematung ditempatnya, pasalnya ini kali kedua Kana mengungkapkan perasaannya pada Brayn, namun kali ini berbeda Kana mengungkapkannya secara langsung, berbeda sebelumnya yang hanya lewat chat.

Lama terdiam, dengan Kana yang terus menangis Brayn kini mulai angkat bicara.

"Gue gak bisa Kan, gue juga sayang sama loe tapi sebagai sahabat gak lebih Kan, gue harap loe ngerti soal itu," ucap Brayn lirih, sebenarnya ia tidak tega mengatakan hal itu, namun Brayn tak ingin sahabat kecilnya itu terus-terusan berharap seperti ini.

Setelah mendengar jawaban Brayn, Kana  beranjak dari posisinya lalu berdiri dihadapan Brayn, seraya tersenyum.

"LOE JAHAT LOE BENER-BENER JAHAT, LOE EGOIS," ucap Kana dengan suara tinggi tepat dihadapan wajah Brayn.

"Lo yang EGOIS Kan, loe memaksakan perasaan gue untuk cinta sama loe," ucap Brayn emosi, seraya menekan kalimat egois itu.

"Loe harus faham Kan, perasaan itu tidak dapat dipaksakan, gue sayang sama loe tapi gue gak cinta sama loe," sambung Brayn.

Hilang sudah kesabaran Brayn menghadapi Kana saat itu, Brayn langsung menarik kasar lengan Kana lalu memasukkannya kedalam mobil, Brayn segera menjalankan mobilnya untuk mengantarkan Kana pulang.

"Turunin gue, gak usah sok perduli sama gue," kata Kana marah.

"Gue gak perduli, gue cuman bertanggung jawab sebagai laki-laki, karena loe berangkat kesekolah sama gue, dan pulang juga loe harus sama gue." kata Brayn datar.

Sepanjang perjalanan Brayn hanya diam dengan ekspresi wajah yang datar dan dingin, sedangkan Kana menangis tersedu-sedu, ia tidak menyangka Brayn yang dulu sangat lembut terhadap dirinya, kini berubah menjadi sangat kasar terhadapnya.

Setelah mobil Brayn sampai dihalaman rumah Kana, Brayn menyuruh Kana untuk turun.

"Turun," ucap Brayn dingin.

Kana hanya diam saja ditempatnya, Brayn yang sangat kesal langsung turun menghitari mobil, dan membukakan pintu untuk Kana, lalu menarik kasar tangan Kana untuk keluar.

Brayn yang hendak masuk kembali kedalam mobil, tangannya dicekal oleh Kana.

"Brayn," ucap Kana lirih dengan tatapan sendu, dan air mata yang menggenang dikedua pelupuk matanya.

"Gue kecewa," ucap Brayn.

"Brayn gue mau bicara," ucap Kana lagi.

Namun Brayn tak menghiraukannya lagi, ia segera menepis tangan Kana, lalu masuk kedalam mobilnya dan segera menjauh meninggalkan pekarangan rumah Kana.

Flashback off..

"Baiklah, jangan ulangi lagi hal itu," kata papi Brayn memperingati Brayn.

"Iyah om, sekali lagi Brayn minta maaf," ucap Brayn yang diangguki oleh papi Bram.

"Mami gak mau tau ya Brayn, kalo sampai kejadian ini terulang lagi mami gak akan pernah maafin kamu lagi, kamu kan tau nak Clarisa itu kurang dapat perhatian dari kami karena kesibukan kami, seandainya saat ini kita tidak dirumah apa yang terjadi Brayn," ucap mami Evi memelas.

"Iyah tan maafin Brayn ya, Brayn pastikan kejadian ini tidak akan terulang lagi," kata Brayn lembut.

"Iyah nak," ucap mami Evi.

"Kalo boleh Brayn tau, Clarisa pulang diantar siapa tan,?" tanya Brayn pada mami Evi.

Mami menceritakan semuanya kembali pada Brayn, apa yang telah diceritakan oleh Arjuna tadi.

Brayn hanya manggut-manggut menanggapi semua penjelasan mami Evi.

"Om, tan, boleh tidak Brayn menemui Clarisa sebentar ?" tanya Brayn.

"Sepertinya Clarisa sudah tidur setelah siuman tdi, kamu naik aja disana kamar Clarisa," ucap mami Evi menunjuk kearah tangga yang menuju kekamar putrinya itu.

"Makasih om, tan, kalo gitu Brayn keatas dulu," pamit Brayn.

------
Sesampainya dikamar Clarisa

Brayn berjalan mendekat kearah tempat tidur, dimana Clarisa kini tengah terbaring disanah.

Brayn berjongkok disamping kepala Clarisa, lalu tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Clarisa namun sedikit pucat itu.

"Maafin gue ya, gue ceroboh seharusnya gue hubungi loe dulu, dan bodohnya gue nomer loe aja gue gak punya," ucap Brayn lirih.

Brayn melihat ada phonsel Clarisa yang tergeletak diatas meja samping tempat tidur, Brayn meraihnya lalu mengotak atik phonsel Clarisa dan juga phonselnya, setelah itu dia meletakkannya kembali.

Brayn meraih tangan Clarisa, lalu menyatukan jari jemarinya dengan dengan jari Clarisa.

"Maafin gue," ucap Brayn lagi.

Brayn kali ini benar-benar merasa bersalah, bukan hanya itu sebenarnya dia juga kini tengah merasakan kesal, dia tak suka melihat calon istrinya itu masih memiliki hubungan dengan kekasihnya. Namun tak dapat dipungkiri Brayn juga berterima kasih pada Arjuna, yang telah menolong Clarisa disaat dirinya tak ada disanah.

Brayn mencium tangan Clarisa, sebelum memutuskan untuk pulang.

"Gue pamit pulang dulu ya, cepet sembuh," bisik Brayn ditelinga Clarisa, lalu ia menyelimuti tubuh Clarisa.

Kini Brayn sudah ada diruang keluarga, ia pamit kepada kedua orang tua Clarisa, seteleh itu ia bergegas untuk pulang.

Bersambung:)

Mohon Kritikannya apa bila banyak kesalahan kata dalam penulisan cerita ini, dan jangan lupa sertai dengan sarannya🙏

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang