Pagi hari seperti hari kemarin, Clarisa berniat bangun lebih awal, namun nyatanya Brayn lah yang bangun lebih awal darinya, Clarisa mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar Brayn, tidak terlihat sosok Brayn di sana.
Clarisa beralih ke arah lemari pakaian, ia kembali menyiapkan seragam dan keperluan sekolah Brayn, lalu meletakannya di atas meja.
Setelah menyiapkan kebutuhan Brayn, Clarisa buru-buru beranjak ke dapur membantu bi Surti menyiapkan sarapan seperti hari kemarin. Clarisa memang berniat untuk belajar soal dapur, Ia memang tak tau menahu soal memasak, pasalnya tak ada yang mengajarinya dulu, maminya mana tau urusan dapur, yang ia tau hanyalah masalah bisnis. Ketika memikirkan hal itu, Clarisa kembali mengingat kepahitan keluarganya, namun buru-buru ia lupakan.
Sekarang ia hanya ingin bisa memasak, dan mempelajari hal-hal kecil yang biasa di lalukan oleh seorang istri, meskipun ia belum bisa menjadi seorang istri yang baik, namun sebelum dirinya berpisah dengan Brayn ia ingin melayani Brayn dengan baik nantinya. Karena setelah ini Brayn mengajak dirinya untuk tinggal di apartemen miliknya, mereka akan pindah ke sana setelah Brayn di nyatakan lulus nanti.
"Non udah masak semuanya nih," ujar bi Surti saat menu yang mereka masak telah tertata rapih di atas meja.
"Iya bi, akhirnya selesai juga," sahut Clarisa.
Tak lama setelah Clarisa berbincang dengan bi Surti, munculah sosok Bryan dengan keringat yang bercucuran di wajahnya. Brayn rupanya habis joging pagi tadi, ia kini berjalan ke arah meja makan, matanya menangkap sosok Clarisa yang tengah mencuci piring tak jauh dari meja makan.
"Den mau sarapan dulu?" tanya bi Surti seraya menahan senyumnya.
"Eh! I ... iya bi," sahut Brayn, ia sedikit kaget dan grogi, saat tertangkap oleh bi Surti tengah menatap ke arah Clarisa sejak tadi.
"Bi tolong buatkan Brayn bekal seperti kemarin ya!" seru Brayn.
"Oh iya den, sudah ada ko tunggu bibi ambilkan," ujar bi Surti seraya melangkah kan kakinya ke belakang.
Brayn kini tengah melahap sarapannya, pandangannya kembali menatap ke arah Clarisa, yang telah selesai dengan pekerjaannya, tanpa sadar Brayn mengukir senyum di bibirnya.
"Den ini kotak bekalnya, bibi taro di sini ya," ujar bi Surti sambil meletakan kotak bekal tersebut.
"Iya, makasih ya bi." jawab Brayn.
"Kalau gitu bibi ke depan dulu ya den, mau siram bunga," pamit bi Surti. Brayn menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Bi tunggu! Aku ikut," ujar Clarisa menghentikan langkah bi Surti.
Brayn yang melihat hal itu, langsung menarik lengan Clarisa yang tengah berjalan dan akan segera melewati Brayn.
"Loe sarapan bareng gue!" perintah Brayn.
"Ehem, kalau gitu bibi ke depan dulu ya," pamit bi Surti lagi, seraya mengulum senyum.
"Eh! I ... iya bi silahkah," kata Clarisa.
"Aduh den Brayn dan nona Risa meni gemesin gitu, jadi ingat masa muda euy," ucap bi Surti dalam hati seraya melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan.
"Gue udah kenyang," ucap Clarisa berbohong.
"Makan!" tukas Brayn.
Clarisa tak lagi menjawab ucapan Brayn, ia mulai menuangkan makanan kepiringnya, lalu ikut menyantap makanannya.
Saat Clarisa tengah menikmati sarapannya, tiba-tiba ponsel Brayn berdering, saat itu ia memang telah menyelesaikan sarapannya, Brayn langsung pamit lebih dulu kepada Clarisa untuk mengangkat teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...