Episode 56 (Hampir Melupakannya)

1.7K 127 28
                                    

"Huah ...." Clarisa menguap ketika terbangun dari tidurnya, ia tertidur sejak pulang dari acara pelulusan Brayn tadi siang dan kini tubuhnya sudah kembali pulih, wajahnya pun tidak sepucat tadi.

"Gue mandi dulu deh," gumamnya.

Setelah membersihkan tubuhnya, ia segera berpakaian dan sedikit mempoles wajahnya. Clarisa memang tak pernah merias wajahnya ketika pergi ke sekolah, namun saat di rumah ia sesekali mempoles wajahnya.

"Sudah selesai, waktunya ke dapur," ucap Clarisa seraya merapihkan peralatan kecantikkannya.

Saat hendak keluar dari kamarnya, tiba-tiba pintu terbuka dan terlihatlah sosok Brayn yang muncul dari balik pintu tengah berjalan berjalan masuk, lalu ia kembali menutup pintu tersebut.

"Gue mau bicara sama loe," ucap Brayn seraya melepas jam tangannya di depan meja rias.

Clarisa tak menjawab ia hanya berdiri di hadapan Brayn, menunggu ucapan Brayn selanjutnya.

"Temui Kana nanti malam, minta maaf sama dia!" ujar Brayn.

"Tap-" ucapan Clarisa terpotong oleh Brayn.

"Dia sakit gara-gara loe, dia bahkan gak bisa hadir di acara pelulusannya," sambung Brayn seraya menatap sengit Clarisa.

Ya memang tak dapat dipungkiri, perkataan Brayn adalah kebenaran. Karena tadi pagi Clarisa sempat mencari keberadaan Kana saat di aula tempat acara pelulusan murid kelas tiga tersebut, namun tak juga kunjung terlihat sosoknya.

"Oke, share lock aja tentuin juga waktunya," sahut Clarisa.

Brayn hanya mengangguk 'kan kepalanya sebagai jawaban, lalu beranjak dari tempatnya dan hendak keluar dari kamar, namun Clarisa menghentikan langkah Brayn dengan mencekal pergelangan tangannya.

"Tunggu!" seru Clarisa.

"Hem?" Brayn menautkan alisnya.

"Ada yang gue mau tanyain sama loe," kata Clarisa dengan nada pelan, tangannya kini yang masih mencekal pergelangan Brayn.

"Apa?" tanya Brayn bingung.

"Gue ada salah sama loe?" tanya Clarisa seraya menatap manik mata Brayn.

"Menurut loe?" tanya Brayn lagi.

"Menurut gue gak ada sih," ucap Clarisa seraya menggaruk tengkuknya.

"Ya terus apa lagi? Udah dapat jawaban kan? Jadi tolong lepasin tangan gue!" ujar Brayn.

"Ngga!" teriak Clarisa seraya menarik baju kaos yang tengah digunakan Brayn saat itu.

"Apa lagi?" tanya Brayn jengah.

"Kenapa loe berubah? Kenapa ha?" tanya Clarisa seraya menarik-narik baju Brayn. Naman Brayn tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Jawab gue Brayn!" sambung Clarisa dengan nada tinggi. Ia menatap sengit ke arah Brayn, emosinya saat itu benar-benar telah meluap.

"Berubah?" tanya Brayn kembali menautkan alisnya .

"Iya! Kenapa loe berubah ha?" tanya Clarisa seraya membulatkan matanya tepat di hadapan wajah Brayn.

"Gue rasa loe tau jawabannya," ucap Brayn, dan hendak pergi dari sana.

Clarisa yang melihat hal itu, buru-buru ia berjalan mendahului Brayn dan langsung berdiri tepat di depan pintu menghalang pergerakan Brayn.

"Gak! Gue gak tau, jadi tolong beri tahu gue!" ucap Clarisa penuh penekanan.

Brayn tersenyum menyeringai melihat hal itu, ia mulai berjalan mendekat ke arah Clarisa. Lalu kedua telapak tangannya menyusup ke belakang rambut Clarisa dan meraih tengkuk gadis tersebut, sehingga wajah keduanya kini hanya tinggal berjarak beberapa senti saja.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang