Hari ini adalah hari di mana Brayn melaksanakan Ujian Nasional, hari detik-detik menuju kelulusannya.
Pagi hari Clarisa terbangun lebih awal dari Brayn, ia buru-buru menyiapkan segala kebutuhan Brayn mulai dari seragam, tas, dan juga sepatunya. Setelah itu ia beranjak turun ke bawah menuju ke dapur, karena ia tak tau menahu soal memasak, jadi ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada bi Surti menyiapkan sarapan, dan bekal makan siang untuk Brayn.
Sejak kejadian Clarisa mabuk tempo lalu, mereka jarang sekali bertegur sapa, walau kadang mereka masih saling perhatian tapi tidak terlalu menunjukannya secara nyata.
Clarisa hendak melangkahkn kakinya, saat sudah menuruni anak tangga, namun langkahnya terhenti saat mendengar suara telepon berdering.
"Hallo! Assalamualaikum," sapa Clarisa saat sudah mengangkat teleponnya.
"Waalaikumssalam, nak kamu sudah bangun? Jangan lupa Brayn ya nak hari ini dia akan ujian. Bunda titip salam ya buat dia, bilangin bunda belum bisa pulang dekat-dekat ini. Karena urusan ayah belum selesai nak," jelas bunda Hanum dari seberang telepon sana.
"Iya bun, nanti Clarisa sampein ko," ucap Clarisa.
"Ya udah kalo gitu bunda tutup teleponnya ya sayang," ucap bunda Hanum.
Ya, bunda Hanum memang telah pergi ke luar kota sejak sepekan yang lalu, ia mengikuti suaminya yang tengah mengurus pekerjaannya di sana.
Setelah selesai dengan panggilan teleponnya, Clarisa buru-buru beranjak ke dapur.
"Eh non! Pagi non, ada yang bisa bibi bantu?" tanya bi Surti.
"Em, ngga ada ko bi, aku cuman ingin bantuin bibi aja buat sarapan. Nanti bantuin aku buat bekal untuk Brayn ya bi," pinta Clarisa.
"Siap deh non," ucap bi Sarti.
"Makasih ya bi," ucap Clarisa lagi. Lalu di angguki oleh bi surti seraya tersenyum.
Setelah beberapa menit berkutat di dapur, kini menu sarapan pagi telah tertata rapih di atas meja.
***
Berbeda dengan Brayn, ia baru saja terbangun dari tidur lelapnya.
Brayn mulai beranjak dari tempat tidurnya, ia meregangkan otot-ototnya, dan hendak beranjak ke kamar mandi, sekilas matanya menangkap perlengkapan sekolahnya yang sudah rapih di atas meja, melihat hal itu Brayn sempat terkesiap, sebelum akhirnya bibirnya terangkat mengukir sebuah senyuman manis di pagi itu.
"Isi hati loe susah untuk di tebak gadis bar-bar," ucap Brayn sebelum beranjak ke kamar mandi.
Brayn kini telah siap dengan seragam sekolahnya yang telah rapih melekat di tubuhnya, ia mulai berjalan turun untuk sarapan.
"Pagi den Brayn!" sapa bi Surti.
"Pagi juga bi," jawab Brayn.
"Ayo den, silahkan sarapan dulu!" seru bi surti.
"Iya bi, makasih," ucap Brayn.
"Clarisa mana bi?" tanya Brayn seraya menatap ke seluruh sudut ruangan.
"Non Risa lagi di taman belakang den," jawab bi Surti.
"Oh iya bi, Brayn titip dia ya bi," pinta Brayn.
"Iya pasti den. Kalau begitu, bibi pamit ke belakang dulu," pamit bi Surti.
Brayn mulai menyantap sarapan paginya dengan sangat lahap, setelah menegur segelas susu hangatnya ia hendak segera berangkat kesekolah, namun langkah kakinya terhenti saat bi Surti memanggilnya dari arah belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Karena Perjodohan
Teen FictionAssalamu'alaikum... Deskripsi dari judul cerita ini adalah: Meraungi kisah cinta, persahabatan dan hidup seorang gadis remaja berumur 18 tahun yang bernama Clarisa Alnindita Wijaya, yang tumbuh menjadi gadis dewasa tanpa kasih sayang yang penuh dari...