Episode 69 (Clarisa Marah)

1.7K 143 24
                                    

Pagi hari di rumah sakit, satu keluarga tersebut kembali berkumpul seperti biasa. Ayah Andra sudah mulai siuman, hanya saja dirinya harus tetap menjalankan perawatan intensif pasca kecelakaan kemarin.

"Ayah tau ngga? Mereka kemarin pulang loh, mana belum pada makan, langsung ke sini," jelas Bunda Hanum seraya menyuapi bubur sang suami.

"Oh, ya? Beruntung banget dong, Ayah punya anak menantu seperti mereka," sahut Ayah Andra seraya melirik ke arah Brayn dan Clarisa berada.

"Iya, pastilah, Yah," ujar Bunda Hanum lagi.

Brayn dan Clarisa hanya tersenyum, tanpa berniat mengganggu perbincangan kedua orang tuanya.

"Bun, kita ada undangan dari kelurga Dewantara, ya?" tanya Ayah Andra kepada sang istri.

"Udah, Yah. Nggak usah pikirin itu, yang penting Ayah sembuh dulu," sahut Bunda Hanum.

"Ngga, Bun. Ayah cuman mau anak-anak kita yang hadir nanti malam di sana, menggantikan kita, Bun," ucap Ayah Andra seraya melirik kepada anak dan menantunya.

"Ayah, yakin?" tanya Bunda Hanum.

"Kenapa, Bun? Anak kita sudah nikah loh, jangan remehkan dia," ucap Ayah Andra seraya tersenyum ke arah Brayn dan Clarisa.

"Kalian mau, Nak?" kini giliran Bunda Hanum bertanya kepada sang anak.

"I--iya, Bun," jawab Brayn ragu-ragu, ia melirik ke arah Clarisa seakan meminta jawaban sang istri.

"Iya, kami bisa, Bun," jawab Clarisa yang seakan paham arti tatapan sang suami.

"Tuh, mereka bisa, 'kan?" ucap Andra kepada sang istri.

"Iya deh, sekarang Ayah makan lagi, ya," titah Bunda Hanum.

"Udah, Bun! Ayah udah kenyang," tolak Ayah Andra ketika sang istri hendak menyuapinya kembali.

"Ya, udah. Sekarang Bunda mau keluar dulu, ya," ucap Bunda Hanum.

"Bunda mau, kemana?" tanya Ayah Andra.

"Nebus obat, Yah," sahut Bunda Hanum, yang tengah merapihkan mangkuk bekas sarapan suaminya barusan.

"Ya, udah. Bunda jangan lama-lama, ya!" seru Ayah Andra.

"Ih, Ayah! Malu sama anak-anak," ucap Bunda Hanum.

"Biarin aja, Bun. Anak kita sekarang, 'kan sudah punya istri, sekalian belajar sama kita, Bun," sahut Ayah Andra, seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Ih, Ayah gak pernah lihat keadaan, deh!" ucap Bunda Hanum kesal.

Brayn dan Clarisa hanya menyunggingkan senyum tak jelas, entah senyum apa yang tergambar di wajah keduanya.

"Ya, udah. Sekarang Bunda pergi dulu," pamit Bunda Hanum, hendak melangkah pergi. Namun, panggilan Clarisa menghentikan langkahnya seketika.

"Bunda ... tunggu!" panggil Clarisa.

"Ya, Sayang?" tanya Bunda Hanum seraya tersenyum.

"Clarisa boleh ikut, Bun?" tanya Clarisa.

"Kamu mau ikut sama Bunda?" tanya Bunda Hanum seraya tersenyum simpul.

"Iya, Bun," jawab Clarisa seraya mengangguk.

"Boleh, kok, Nak. Ayo Sayang," ajak Bunda Hanum.

"Ayah sama Brayn dulu, ya," ucap Bunda Hanum kepada suaminya.

Clarisa dan Bunda Hanum mulai melangkah keluar ruang inap Ayah Andra.

Setelah kepergian kedua wanita hebat tersebut, Brayn dan Ayah Andra mulai membuka pembicaraan.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang