Episode 27 (Balapan)

1.8K 84 1
                                    

"Mau ngomong apa lo? Buruan!" kata Clarisa ketus.

"Lo terpaksakan nerima pernikahan ini?" tanya Brayn.

"Ya, iya, lah ... pake nanya lagi," jawab Clarisa sambil menatap malas Brayn.

"Oke, sekarang lo baca ini," ucap Brayn seraya memberikan map berwarna coklat kepada Clarisa.

"Apaan nih?" tanya Clarisa sambil membuka isi map tersebut.

"Lo baca aja dulu," jawab Brayn seraya menutup kedua matanya, lalu menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang Clarisa.

"Surat perjanjian," kata Clarisa seraya menatap Brayn.

"Hem," ujar Brayn masih dengan posisi yang sama.

"Kelamaan kali, ngapain pake nungguin lo lulus segala," kata Clarisa santai, setelah selesai membaca surat perjanjian tersebut.

"Gue gak mau ngecewain bunda, gue rasa cukup dalam waktu satu tahun lebih itu, untuk memikirkan cara dan alasannya yang tepat," ucap Brayn, seraya merubah posisinya.

"Oke deh, yang penting gue gak akan hidup selamanya dengan cowo kaya lo," kata Clarisa malas.

Brayn hanya tersenyum sinis kearah Clarisa.

"Tapi lo jangan lupa, sebelum surat cerai ditanda tangani lo masih jadi urusan gue," kata Brayn dengan senyum sinisnya.

"Gak masalah, cuma setahun lebih doang," ucap Clarisa santai.

"Udah gih sanah, lo keluar dari kamar gue, mau istirahat gue cape," ucap Clarisa seraya mengibas-ngibaskan telapak tangannya.

"Ya," jawab Brayn datar, lalu berjalan menghampiri pintu dan pergi dari kamar Clarisa.

Setelah kepergian Brayn dari kamarnya, Clarisa berbegas menutup dan mengunci pintu kamarnya, lalu dengan segera ia melempar tubuhnya ke atas tempat tidurnya yang terasa sangat empuk malam ini, suasana hatinya kini tengah membaik setelah membaca surat perjanjian yang dibuat Brayn tadi.

Ya, map coklat yang diberikan Brayn kepada Clarisa tadi, berisi selembar surat perjanjian beserta ketentuan-ketentuannya, Brayn dan Clarisa sepakat akan mengakhiri ikatan pernikahan mereka berdua saat Brayn lulus SMA nanti, waktu itu akan tiba sekitar satu tahun lebih lagi.

-----

Berbeda dengan Brayn, kini ia tengah merenung, ia akui disaat ia mengucap janji suci di depan sang penghulu, juga kedua orang tua mereka tadi pagi, dan resmi menjadikan Clarisa sebagai istrinya, ia mulai memiliki perasaan yang berbeda kepada Clarisa, tetapi dia tidak dapat menafsirkan perasaan apa itu.

Meskipun ia telah berjanji pada dirinya untuk membahagiakan Clarisa, namun di sisi lain dirinya tak ingin menjadi egois, memaksakan Clarisa untuk menerima pernikahan ini. Meskipun begitu, ia akan tetap berusaha membahagiakan Clarisa selama masih menjadi istrinya.

Brayn akan berusaha menyesuaikan sikap dan perasaannya, agar ia tak menyakiti Clarisa kedepannya. Brayn akan melindungi dan membahagiakan Clarisa saat ini, dan akan berhenti pula pada saatnya kalau sudah tiba nanti.

Pagi hari, Brayn dan Clarisa hari ini akan pergi kesekolah seperti biasanya.

Brayn dan Clarisa menggunakan mobil yang berbeda, mobil Clarisa berwarna merah menyala sedangkan mobil Brayn berwarna putih mengkilat, Brayn tak terlalu menyukai warna terang, menurutnya warna putih sangat elegan.

"Balapan yuk!" ajak Clarisa, saat mereka kini tengah berdiri di samping mobil.

"Siapa takut," jawab Brayn dengan seringai sinis.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang