Episode 70 (Menghadiri Pesta)

1.8K 143 24
                                    

Brayn membawa Clarisa ke arion kafe miliknya, mencari ketenangan untuk mengungkapkan segala rencananya kepada sang istri.

"Ngapain lo bawa gue, ke sini?" tanya Clarisa dengan raut wajah yang kesal.

"Kenapa? Gak rindu sama gue? Di sini aman lo, Sayang," ucap Brayn setengah menggoda Clarisa.

"Ogah!" ucap Clarisa seraya membuang muka.

"Hust! Jangan gitu dong, Sa. Ayo duduk dulu, sini!" titah Brayn. Ia menarik lengan Clarisa dan membawanya ke sebuah sofa, yang terletak di ruangan Brayn.

"Lo tau gak kenapa gue gak kasih tau lo?" ucap Brayn seraya menggenggam jemari Clarisa.

"Mana gue tau!" sahut Clarisa sewot.

"Gue gak bisa ninggalin lo, Sa!" jelas Brayn dengan nada penuh penekanan.

"Terus kenapa lo milih ninggalin gue?" tanya Clarisa seraya menatap manik mata Brayn.

"Kenapa? Gak bisa jauh-jauh dari gue, ya?" ucap Brayn seraya menaik turunkan alisanya.

Bugh!

"Aws ... kok, dipukul Sayang!" ucap Brayn seraya mengelus pundaknya.

"Nyebelin!" ucap Clarisa.

"Jadi, gak boleh nih, suamimu yang tampan ini pergi?" tanya Brayn seraya mencolek hidung Clarisa.

"Kalau gue bilang, iya ... apa lo bisa lakuin, enggak, 'kan?" ucap Clarisa seraya melirik tajam Brayn.

"Gak sopan sama suami panggil lo, panggil kamu!" titah Brayn.

"Hah? Gu---" Ucapan Clarisa terpotong oleh Brayn.

"Aku, gue-gue ... gak sopan!" ucap Brayn.

"Mimpi gak, sih?" tanya Clarisa dengan wajah kebingungan.

"Enggak, Sayang. Kamu gak mimpi sekarang," ucap Brayn.

"Gak usah ngomong sama gue, lo bakalan tetap pergi, 'kan?" ucap Clarisa, kembali dengan raut wajah kesal.

"Apa, sih, yang nggak buat istri aku ini," ucap Brayn seraya menggenggam jemari Clarisa.

'Buset, mau bilang lebay, tapi gak cocok sama wajahnya,' ucap Clarisa membatin.

"Kenapa, hem?" tanya Brayn seraya mengibaskan telapak tangannya di hadapan wajah Clarisa.

"Gue serius Brayn!" ucap Clarisa penuh penekanan.

"Ehem ... oke, nanti aku pikirkan lagi, ya, Sayang. Aku janji ngga akan buat kamu kecewa," jelas Brayn seraya tersenyum.

"Percaya, 'kan?" tanya Brayn kepada Clarisa. Clarisa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Yang ikhlas, dong!" protes Brayn.

"Iya, gue paham," sahut Clarisa.

"No! Bukan itu yang aku harapkan," ucap Brayn lagi.

"Terus?" tanya Clarisa seraya menyeritkan alisanya.

"Minimal ada satu buah kecupan, atau bis---" Ucapan brayan terhenti, bersamaan dengan Clarisa yang tiba-tiba saja mendaratkan kecupan di pipi Brayn.

"Mau mandi, gerah!" ucap Clarisa seraya menatap lekat Brayn. Brayn tersenyum simpul, menanggapi ucapan Clarisa.

"Mandi aja, piyama kamu ada di sana," ucap Brayn seraya menunjuk lemari kecil.

"Yaudah, gu---" Clarisa menghentikan ucapannya, kala melihat tatapan tajam milik Brayn.

"Yaudah, a--aku ... mandi dulu," ucap Clarisa terbata, ia belum terbiasa menggunakan kata aku dan kamu.

Menikah Karena PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang