4. Malam Pertama

6.2K 734 43
                                    

Pintu dibuka, keduanya masuk kedalam rumah baru yang dibelikan oleh doyoung dan jaehyun sebagai hadiah pernikahan.

Renjun bergerak heboh untuk melihat seluruh isi rumah. Sementara Jeno hanya mendesah lelah sambil meroring matanya malas melihat tingkah renjun yang terkesan kampungan.


Gerakan simanis terhenti, dia menatap jeno dengan raut wajah panik. "Kamarnya hanya ada satu" disaat dirinya baru sadar kalau rumah sederhana ini hanya memiliki satu kamar untuk tidur.


Tanpa membalas Jeno melangkah masuk kedalam kamar, dia sudah tau bagaimana akal dari ibunya yang pasti pria itu sudah merencanakan semua ini.

"Kenapa kau diam saja? Dimana nanti aku akan tidur? Lihat ini hanya ada satu ranjang, dan lemarinya pun hanya ada satu. Aku tidak mau berbagi semuanya denganmu" Renjun mulai merengek.


"Ah.. berisik sekali" Pemuda Jung berbicara dengan nada yang sedikit tinggi. "Kenapa kau itu seperti burung beo, tidak bisakah kau diam hanya untuk sesaat, hentikan semua omong kosong mu itu. Aku tidak peduli kau akan hinggap di manapun."


Renjun sudah merenggut saat ini, matanya bergulir menatap jeno yang melangkah kearah ranjang, sebelum pikirannya kembali mengingat sesuatu yang ayahnya katakan.

"Ayah ingin setelah menikah, kau yang memegang kendali atas semuanya."


Dengan secepat kilat renjun berlari lalu menendang punggung milik jeno hingga pemuda itu terjungkal kebawah dengan wajah terkejut atas apa yang terjadi.



"YAK.. APA KAU GILA? KAU MENCOBA MEMBUNUH SUAMIMU SENDIRI DI HARI PERTAMA KITA MENIKAH?"



Sementara Renjun tak peduli, anak itu segera meloncat keatas ranjang lalu merentangkan tubuhnya disana, hingga tak ada tempat untuk Jeno.



"Ranjang ini milikku! Sebaiknya kau tidur dibawah" Jeno mendelik kearah Renjun dengan pandangan dongkol. Rasanya ia ingin menenggelamkan renjun kerawa-rawa, tetapi untuk sesaat Jeno ingat bagaimana tendangan maut renjun pada hidung ayahnya hingga patah. Terbukti saat ini punggung serta bokongnya menjadi sakit akibat ulah Renjun.


"Bagaimana mungkin ibu tega menikahkan ku dengan bocah gila seperti dirimu." Jeno bergumam merasa kasihan kenapa dirinya sendiri. Dengan susah payah tungkainya melangkah untuk mengambil sebuah kasur lipat di atas lemari.


Menggelarnya di samping-bawah ranjang yang tengah renjun tepati. Kemudian kembali melangkah kearah lemari untuk membereskan semua baju-baju miliknya.


Jeno menengok kearah Renjun yang masih berbaring di atas ranjang, bermalas-malasan. "Kau tidak membereskan baju-baju milikmu, aku akan menyisakan sebagai isi lemari untuk kau gunakan"


Renjun menjawab tak acuh, berlagak layaknya majikan. "Tolong sekalian bereskan pakaianku." Jeno berdecak tetapi tetap menurut membereskan pakaian milik Renjun, hingga gerakan tangannya terhenti disaat dia melihat sebuah kotak diantara baju-baju milik Renjun.



Matanya melotot tak percaya, disaat dia tau benda apa yang ada didalamnya. "Untuk apa kau membawa pengaman kemari?"



Membuat tubuh Renjun yang sedang berbaring seakan tersambar petir. Pemuda itu segera bangkit dari ranjang, meloncat dengan cepat hingga terjatuh dan dengan cepat ia bangkit hanya untuk merebut satu kotak berisi pengaman bermacam varian rasa yang ayahnya berikan dari tangan jeno.



Renjun menyembunyikan kotak pengaman itu kebelakang tubuhnya. "K-kau.. ini tidak seperti yang kau bayangkan!"



Namun terlambat, Jeno tentu saja sudah berpikiran macam-macam, terbukti jelas disaat cara ia menatap renjun dengan pandangan memincing. "Jangan bilang.. kau berharap melakukan itu denganku kan?" Goda jeno membuat pipi renjun semakin memerah padam.



Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang