33. Rose

2.6K 430 67
                                    


"Kau merusak ponselmu lagi?" Renjun bertanya pada Jeno yang saat ini tengah duduk di sebelahnya. Pemuda itu sedang mengotak-atik ponsel baru yang di berikan Eric untuknya kemarin.











"Sudah selesai." Jeno mengembalikan ponsel Renjun pada pemiliknya. "Sejauh ini aku hanya memiliki satu kontak tersimpan."










Tanpa sadar Renjun tersenyum simpul dengan kepala yang menunduk ketika mendengar penuturan kata yang Jeno ucapkan.










"Apa itu artinya, kau hanya memiliki nomorku?"











"Iya. Hanya ada nomormu disini."










Setelahnya kembali hening. Keduanya memilih tetap diam karena terlalu canggung. Seakan keberanian yang dimiliki keduanya telah di renggut oleh rasa yang membuat jantung mereka berdebar.











Ini sedikit aneh, namun juga menyenangkan. Jeno dan Renjun tidak pernah berpikir kalau hubungan keduanya akan sampai pada tahap ini. Keduanya tidak tahu, sejak kapan rasa itu muncul untuk satu sama lain.









"Kemarin..." Jeno menggigit bibir sejenak. "Aku tidak bercanda dengan ajakan ku kemarin. Ay-ayo.. kita berkencan."










"Huh?" Renjun kembali tersentak mendengarnya, kancing kemeja yang ia kenakan di remas pelan. Sebelum mengangguk dengan gerakan kaku namun cepat. "Aku akan berganti baju terlebih dahulu." Setelahnya dia berlari menuju kamar.







Renjun menutup pintu kamar dengan tubuhnya yang masih bersandar disana. Bibirnya mulai melengkungkan senyuman yang teramat lebar, berusaha keras untuk tidak berteriak, jadi ia memilih untuk mengigit tanganya sendiri.










Serasa mimpinya yang menjadi nyata, Renjun benar-benar bahagia.









"Apa itu artinya, kau mempunyai perasaan yang sama denganku?"









Suara ketukan pintu terdengar. "Renjun, apa sudah selesai? Kau terlalu lama menghabiskan waktu di dalam." Setelahnya Jeno kembali menyahut pelan, membuat Renjun yang tengah bersiap menjadi panik seketika.







"Sebentar lagi, resletingnya tersangkut."







Cklek...








Namun Jeno malah membuka pintunya, membuat Renjun segera membalikkan tubuh bagian belakangnya yang terekspos.









"Model resletingnya memang berada di belakang, sebab itu aku kesulitan untuk menariknya." Ucap Renjun gugup. Dan matanya semakin terbelalak ketika Jeno berjalan ke arahnya.






"Biar aku bantu."








"Aaaa—... T-tidak perlu."









"Selesai." Jeno tersenyum singkat yang mana kedua matanya ikut menyipit. Oh.. tunggu Renjun tidak pernah melihat ekspresi wajah Jeno yang seperti ini. "Aku tidak melihat apapun kok."







Plak...







Renjun refleks memukul lengan Jeno dengan keras. Wait... RENJUN MEMUKUL JENO TETAPI PEMUDA ITU MASIH TERSENYUM?!!








Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang