48. Dinding Memory

1.6K 217 64
                                    

"Jeno, sedang apa?" Renjun yang baru saja keluar dari kamar sambil mengucek matanya lantas bertanya ketika mendengar suara gaduh dari balik dinding kamar.

Jeno menurunkan palunya sejenak ketika paku sudah menancap sempurna di dinding. Dengan gerakan cepat dia kembali menarik Renjun menuju kamar mandi.


"Kenapa kau bangun secepat ini?" Mendapati pertanyaan yang tak di jawab dan malah mendapat pertanyaan balik, Renjun berkacak pinggang.


"Dan kenapa kau malah menarik ku kemari? Kau juga belum menjawab pertanyaan ku yang sebelumnya!"

Menggaruk rambutnya sejenak, Jeno memamerkan deretan giginya yang rapih dengan mata yang otomatis menyipit. Tangannya kembali mendorong punggung Renjun kedalam kamar mandi lebih jauh.


"Aku sedang membuat sesuatu, kau boleh melihatnya jika sudah selesai. Hanya membutuhkan sentuhan terakhir saja, kalau begitu cuci wajahmu terlebih dahulu, oke?"


"Sepagi ini? Memangnya apa yang sedang kau buat?" Renjun kembali bertanya membuat Jeno memutar mata jengah.


"Ini surprise Renjun! Surprise. Jika aku mengatakannya bukan kejutan namanya."

"Kejutan? Untuk ku?" Seru Renjun dengan semangat. "Tapi hari ulangtahun ku sudah lewat."


Jeno sedikit menghembuskan nafas ketika mengingat momen itu, dimana saat Renjun berulangtahu dia tak memberikan hadiah dengan sungguh-sungguh. "Mulai sekarang, setiap hari kita akan mengisinya dengan hal istimewa."

"Baiklah." Renjun menutup pintu dengan semangat dan langsung membersihkan dirinya.


Sementara Jeno kembali melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda. Hanya tinggal menggantung beberapa Poto dan setelah itu selesai. Jeno mengambil langkah mundur sejenak, untuk melihat hasil karyanya.


"Aku harap Renjun menyukainya."


Pintu kamar mandi yang di buka terdengar, membuat Jeno segera kembali kesana dan mendapati Renjun dengan wajah segar.



"Sudah selesai?"


"Sudah." Dengan begitu dia mengambil pergelangan tangan Renjun untuk ia tuntun menuju sana.




"Aku penasaran seistimewa apa yang kau buat sehingga menutup mataku seperti ini."

Keduanya jalan dengan pelan. Jeno menuntun jalan Renjun dari belakang karena kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutupi pandangan si manis.


"Kau akan segera melihatnya dan ya... Kita sudah sampai." Telapak tangan di turunkan dari pandangan. Renjun membuka matanya dengan perlahan untuk melihatnya secara langsung.



























 Renjun membuka matanya dengan perlahan untuk melihatnya secara langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang