60. Present

844 82 12
                                    


Renjun berlari kecil kesana kemari dengan rangkaian bunga ditangannya, kepalanya celingukan mencari seseorang. Ia melihat Haechan yang tengah bermesraan bersama kekasihnya tanpa tahu malu, sebenarnya Renjun malas untuk bertanya tapi ia tak punya pilihan.


"Lihat Jeno tidak?"

"Tidak tuh." Haechan sempat melirik kearahnya sejenak lalu atensinya kembali ia arahnya pada kekasihnya itu, tanpa peduli dengan Renjun yang masih berdiri disana.


Kakinya di hentak kesal. Setelah acara kelulusan selesai Jeno menghilang begitu saja. Renjun menatap karangan bunga ditangannya yang ia rangkai semalaman dengan sembunyi-sembunyi dari Jeno, Renjun ingin memberikannya sebagai hadiah juga ucapan selamat ketika Jeno di umumkan sebagai lulusan dengan nilai terbaik.



"Tadi aku lihat dia dengan teman-temannya keluar dari gerbang loh." Jisung datang dengan memberi kabar yang membuat wajah Renjun bersemangat lagi. "Aduh! Kenapa kau memukulku sih?" Dia mendesis pada Haechan yang sepertinya memberi kode lewat mata.


"Bodoh!"


"Yasudah, aku pergi dulu ya." Tanpa memperdulikan perdebatan teman-temannya Renjun memilih pergi menuju gerbang keluar.


"Bisa-bisanya dia melupakan ku dan malah memilih pergi dengan teman-temannya itu, awas saja!" Desisnya kesal karena sepertinya Jeno sudah pergi, tanpa mengucapkan selamat padanya.


Mungkin kesal bukan kata yang pantas saat ini, lebih tepatnya Renjun marah. Dia menatap rangkaian bunga buatannya, ingin rasanya dia membantingnya seolah tengah membanting Jeno, ya sebelum seseorang memanggil namanya.


"Renjun..." Terdengar begitu lirih, dan Renjun sedikit membeku ketika Jaemin yang menghilang tanpa mengucapkan kalimat apapun padanya tiba-tiba ada disini, berdiri dihadapannya yang membuat suasana mereka menjadi canggung.


Renjun masih ingat, Jaemin adalah sebab  hubungannya dan Jeno hampir hancur, waktu itu saat tahu apa yang pemuda Na lakukan, rasanya Renjun ingin mencaci maki Jaemin. Tapi jika di pikir lagi, Jaemin juga yang menyelamatkan hubungannya dengan mengakui kesalahannya dan mau bertanggung jawab.


Lagipula didunia ini Renjun tidak mencari musuh, jadi dengan segala kerendahan hati yang ia punya Renjun memamerkan senyumnya walaupun sedikit kaku.


"Hai.. lama tidak berjumpa Jaemin."


"Iya, bagaimana kabarmu?"



"Aku baik."


Lalu setelahnya mereka terdiam. Bingung harus berbincang sebagai apa, kawan lama kah? Mereka tidak sedekat itu. Jika sebagai orang yang pernah memiliki perasaan, tapi cinta Jaemin bertepuk sebelah tangan.

"Maafkan aku." Jaemin menunduk, dari banyaknya kalimat yang ingin ia ucapkan sebuah ungkapan rasa bersalah yang keluar dari bibirnya.

"Untuk apa? Tidak perlu." Sontak Jaemin mendongak, berusaha menjelaskan barang kali Renjun tak mengerti mengenai maksudnya. Renjun tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya. "Tidak perlu meminta maaf, seseorang pasti melakukan kesalahan. Yang penting sekarang kau hidup dengan baik, dan menjadi pria bertanggung jawab."


Jaemin sebenarnya malu untuk kembali berhadapan dengan Renjun, tapi hari-harinya tidak pernah merasa tenang jika belum meminta maaf secara langsung karena waktu itu dia pergi begitu saja bagai pengecut.


Tak ada maksud apapun dengan kedatangannya hari ini, walaupun ia sedari tadi memegang rangkaian bunga di tangannya, Jaemin hanya ingin mengucapkan selamat.

Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang