35. Perasa

2.6K 466 106
                                    




Pagi ini mendung, dan Renjun tidak pernah menyangka disaat dia membuka pagar rumah sosok Jeno sudah berdiri di sana.







Perbincangan mereka kemarin malam tidak berakhir dengan baik, dan itu yang membuat suasana canggung menyelimuti keduanya saat ini.









Memilih abai, dan bersikap seolah-olah Jeno hanyalah makhluk tak kasat yang keberadaannya tak terlihat. Renjun menutup pagar rumah dengan cepat dan segera berlalu.










"Renjun!" Namun siapa sangka Jeno malah mengekori nya di belakang.








"Kita perlu bicara!"







Perkataannya masih Renjun abaikan, si manis melangkah tanpa gentar akan menoleh kebelakang atau sekedar berhenti sejenak untuk mendengarkan ucapan Jeno.








Renjun hanya tidak siap.











"Ada apa denganmu?!" Tangan yang mengayun di udara di cengkram pelan, sekedar untuk menghentikan langkahnya yang pas sekali tiba di depan halte bis. "Kita perlu bicara!"








"Jangan sekarang!"









"Aku ingin bicara denganmu!"









"Aku bilang jangan sekarang!"










Keduanya sama-sama keras, saling meneriaki dengan intonasi tegas. Jeno mengigit bibir dalamnya pelan, menghela nafas mencoba sabar.










"Ke-kemarin aku minta maaf." Jeno masih menatap Renjun yang tak balas menatapnya. "Aku hanya kesal, semuanya tidak berjalan dengan baik, aku juga menyesal sudah membentak mu. Dan soal karina——








"Aku tidak ingin membicarakannya."









Jeno membuang nafasnya frustasi. "Renjun please! Kau masih marah padaku? Oke sekali lagi aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk mempermainkan perasaan mu karena——" lidah Jeno kelu seketika disaat Renjun dengan tiba-tiba berbalik untuk menatapnya.







Tatapan itu membuat Jeno membeku.









"Kau tidak akan pergi kesekolah?" Atensinya teralihkan dengan cepat, Jeno malah memulai sebuah pertanyaan disaat dia melihat stelan baju Renjun yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya. "Aku baru sadar, ini juga bukan bis menuju sekolah."









"Aku bolos hari ini." Jawab Renjun ketus. Padahal tadi Renjun bicara pada Winwin kalau dia akan pulang kerumah untuk bersalin lalu kesekolah, tapi jika di pikir-pikir suasana hati Renjun sedang malas untuk melihat buku atau papan tulis, sehingga dia memutuskan untuk pergi bekerja saja.








"Hah, kenapa?"








"Apa aku perlu alasan untuk itu?"










"Kau? Kau tidak bisa——" ucapan Jeno terpotong karena bis sudah datang. Dengan segera Renjun menghampirinya untuk naik, namun lagi-lagi tangan Jeno mencegahnya.







Pemuda Jung frustasi, Jeno membawa motor dan tidak bisa di tinggalkan begitu saja. Tetapi Renjun memilih untuk menaiki bis? Hei! Padahal Jeno datang sepagi ini untuk menjemputnya!








Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang