Renjun mengecek ponselnya sambil berdiri di depan halte untuk menunggu bis yang seharusnya sudah datang sejak lima menit yang lalu.
Dan tepat setelah ia menurunkan pandangan dari ponsel, bis yang sedari tadi ia tunggu berhenti di depannya. Membiarkan para orang tua untuk masuk terlebih dahulu kemudian baru dirinya. Renjun baru sadar kalau hari ini bis benar-benar terisi penuh, ia hampir tidak mendapatkan tempat duduk.
Ya hampir, sebelum pandangan sedikit membeku ketika melihat Jeno yang entah sejak kapan sudah duduk manis di antara kursi para penumpang dan melambai ke arahnya.
Pemuda Jung mengais tas nya yang sengaja ia letakan di samping untuk memboking tempat duduk buat Renjun. "Renjun... Sini.." Katanya dengan ceria sambil menepuk halus tempat duduk di sampingnya.
"Nak, boleh aku duduk di samping mu?" Jeno menengok ke arah wanita tua yang berjalan menggunakan tongkat, sepertinya tengah berbicara padanya dan juga Jeno sadar kalau pandangan wanita tua itu menunjuk ke arah kursi kosong yang sengaja ia siapkan untuk Renjun.
Oh sial rencananya gagal, tapi dia tidak mungkin menolak orang tua. "Tentu, silahkan nenek." Jeno bangkit dari duduknya untuk membantu wanita tua itu yang kesusahan.
Setelah selesai ia menghampiri Renjun yang tak jauh di depannya."Duduk disana saja, biar aku yang berdiri." Tawarnya sehalus mungkin tapi sayang dia mendapat penolakan.
"Itu kursi mu, kenapa memberikannya padaku? Aku tidak mau." Renjun kembali menatap depan, kemana saja arah pandangnya asal tidak bersitatap dengan Jeno, salah satu tangan nya memegang pegangan atas bis.
"Ah.. tidak, aku memang sengaja menyiapkan kursi itu untukmu. Kau duduk saja ya, lagi pula perjalanan ke sekolah cukup memakan waktu, aku tidak mau kakimu sampai pegal."
"Tidak perlu berlebihan. Berdiri selama lima belas menit tidak akan membuat ku mati sambil berdiri."
"Hei! Kenapa kau berbicara seperti itu? Aku sudah menyiapkan kursi untuk mu, kau tinggal duduk apa susahnya?" Jeno terpancing emosi tanpa sadar.
"Kalau begitu kau saja yang duduk? Kenapa terus memaksaku untuk duduk?!" Omelan nya berhenti ketika Renjun sadar seluruh orang di bis menatap ke arah mereka berdua, dan sepertinya Jeno juga menyadari itu karena ia mengikuti arah pandang Renjun.
"Baiklah, jika kau tidak ingin!" Kalimat terakhir yang mengakhiri perdebatan mereka dengan Jeno yang memutuskan untuk mengalah dan kembali ketempat duduknya.
Jeno menarik nafas tiga kali sambil mengusak surai nya kasar. "Akhhh.. seharusnya tidak seperti ini." Gumam nya pelan saat Jeno sadar kalau seharusnya dia tidak terpancing emosi dan meluapkan kekesalannya. Sambil mendinginkan otak nya, Jeno terus memperhatikan Renjun yang sibuk dengan ponselnya, apalagi mendengar notif pelan yang beberapa kali terdengar dari sana membuat Jeno menyimpulkan kalau Renjun tengah berbalas pesan dengan seseorang.
Oh ayolah apa kehadirannya memang sudah tidak di butuhkan? Kepalanya segera menggeleng pelan untuk mengusir pikiran gila itu.
Yang sebenarnya Renjun memang tengah sibuk berkirim pesan dengan salah satu guru bimbingan konseling yang membantunya kemarin. Renjun tengah berkonsul agar sang guru dapat membantu masalahnya dalam pembelajaran, ia sangat fokus berbalas pesan hingga tanpa sadar kedua tangannya menggenggam ponsel karena Renjun kesulitan mengetik mengunakan satu tangan.
Hingga saat bis menginjak rem untuk pemberhentian selanjutnya, Renjun kehilangan keseimbangan tubuhnya yang hampir membuat nya terjatuh.
Ya hampir karena Jeno dengan cekatan menarik pinggang ramping itu hingga Renjun terduduk di atas kedua pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married | Noren
Fanfiction[Completed✓] ❝Menikah di usia muda, merupakan perjalanan cinta bersama dia❞ Start: 8 Agustus 2021 Fin : 7 November 2023 ©Tykoo57