44. Kedatangan Hyunjin

2.3K 298 92
                                    

"Baiklah, kita sudah sampai." Jeno berseru sambil membuka helmnya. Namun ada yang aneh, pelukan Renjun di pinggangnya belum juga terlepas.

Jeno tersenyum tanpa tahu kalau Renjun tengah melamun. Tangannya menepuk tangan Renjun yang saling berkait memeluknya.

"Renjun.. kita sudah sampai."

"Huh..?"

"Kau melamun? Memikirkan apa?"

"Jeno..." Renjun menggeser duduknya untuk lebih maju, mereka bertatapan lewat kaca spion. "Apa kau pernah menyakiti dirimu sendiri?"



Alis Jeno menukuk, tanda kalau ia berpikir. "Aku.. lebih suka menyakiti orang lain ketimbang diri sendiri." Deru nafas Renjun yang berat terdengar kalau ia tak puas akan jawaban dari Jeno.

"Bukan itu, ini ketika kau merasa kecewa pada dirimu sendiri dan kau berpikir harus menghukum dirimu dengan rasa sakit."


Renjun turun dari motor, baru setelah itu Jeno mengikuti.



"Tapi aku tak pernah merasa kecewa pada diriku, aku tidak memiliki kekecewaan pada diriku."


"Aish! Kau tak mengerti!" Pusing. Renjun menepuk keningnya sendiri ketika dia sadar sudah mengajukan sebuah pertanyaan pada orang yang salah.


"Kenapa kau bertanya tentang itu? Kau tidak berpikir untuk menyakiti dirimu sendiri kan ketika ibumu merasa tak puas dengan hasil nilai ujian mu?" Pertanyaan yang di ajukan secara menuntut itu tak memberikan Renjun kesempatan untuk menjawab. Jeno bernafas gusar, "Ayolah itu tindakan yang gila! Jangan lakukan itu! Lagi pula, kau masih memiliki aku jika kau ingin melampiaskan amarahmu, atau ayahmu.. dia benar-benar menyayangimu kan? Jadi dia tidak akan merasa keberatan jika kau ingin menendang nya. Atau teman-teman ku, aku bisa menyewa mereka untuk menjadi samsak tinju mu-- kau hanya tinggal bilang ingin memukuli siapa di antara mereka, entah itu; Eric, sanha, Yangyang, atau Hyunjin."



"KAU BERBICARA OMONG KOSONG! INI BUKAN TENTANG DIRIKU! Hufh.. lupakan saja, kembali memikirkannya membuatku kesal!" Teriakan Renjun membuat Jeno terkikuk seketika. Pandangannya beralih untuk menatap rumah orang tuanya. "Aku harus memikirkan nasibku sekarang. Aku merasakan aura yang berbeda di dalam sana."



"Kau benar-benar setakut itu?" Jeno kembali bertanya.


"Aku takut ibu tidak merasa puas dengan hasilnya. Seharusnya kau tidak ikut kemari, memikirkan dia yang akan memarahiku di hadapanmu, membuatku malu." Dia merasa miris dengan ucapannya sendiri. Tapi gelak tawa Jeno malah terdengar.


Jeno menepuk pundak Renjun. "Kau tak perlu malu, lagi pula aku pernah melihat ibu Winwin memukulmu di hadapanku." Ngomong-ngomong itu kejadian dimana keluarga Jeno berkunjung kesini untuk acara lamaran yang berakhir kacau, Jeno malah mengingatkannya kembali.


Bulu kuduk Renjun meremang, dia balas memukul Jeno di pundaknya. "Jangan mengungkit hal yang lalu!"



Bibir Jeno mencibir di sertai delikan jengkel, tanpa ba-bi-bu dia merangkul Renjun lalu menariknya untuk masuk kedalam rumah. "Yaudah kita masuk saja."



"Yak! Tunggu dulu, aku belum menyiapkan strategi apapun untuk menghadapi ibu disaat dia pulang!"



Perdebatan keduanya terhenti ketika pintu depan tiba-tiba di buka dari dalam yang langsung menyuguhkan sosok Winwin disana.




























































Young Married | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang