kompromi sama abah

41 9 50
                                    

Lambaaaat banget update tapi gapapa.. hehe sorry for typo and enjoy.

Habis isya kumpul lagi, situasinya jauh lebih tenang bahkan Chirza yang tadinya berapi-api sekarang malah diem aja. Mungkin karena di semprot juga sama Damar makanya jadi lebih tenang. Bahkan di ancaman juga sama Caesar kalau sampai Chirza lempar-lempar mangkuk bakso kaya tadi kedai kopi abah di cabang ke dua yang mau Chirza pegang bakal Caesar batalin kontraknya. Kok bisa? Iya dong 'kan lahan buat bangun kedainya atas nama bapaknya Caesar.

"Illa gak menolak pernikahannya bah. Insya'allah pernikahannya tetap berjalan tapi mungkin di undur sampai Illa siap, cincin tunangannya sementara Illa kembalikan dulu ke Chirza kalau Chirza siap nungguin Illa. . Illa bersyukur tapi kalau memang gak berjodoh gak apa-apa Illa ikhlas semuanya Illa serahin lagi ke abah atau Chirza."

Illa yang semula menangis sesugukan kini berani berbicara dengan nafas yang tentu belum beraturan.

"A, gimana?" Abah melirik anak laki-lakinya yang  malah diam menatap cincin tunangannya yang di letakan di atas meja oleh sang pemilik.

"Pakai aja, anggap cincinnya hadiah dari Izza." Sahutnya kemudian.

"Gak bisa Za.. Illa gak bisa nerima ini."

"Cincinnya Izza beli pakai uang hasil kerja sendiri, hak izza mau di apakan. Maunya Izza'kan Illa tetep pakai cincinnya soal nunggu Izza juga cuma mau yakin sama diri sendiri semoga Izza bisa nungguin Illa sampai Illa bersedia."

"Alhamdulillah... Nah gini kan enak, di obrolin pelan-pelan. Kalau urusan orang tua abah udah ngobrol sama papanya Illa.."

Mata gadis itu terbuka lebar, seumur-umur dia tidak pernah berbicara soal Chirza apa lagi soal pertunangan ini pada ayahnya. Ia hanya membicarakan semuanya pada ibunya.

"Papa? Kata papa apa?"tanyanya.

Abah tersenyum.

"Makanya neng lain kali cerita sama orang tua, papa juga masih papanya eneng. Kaget tadi pas denger Abah cerita tapi responnya baik, malah nyuruh abah silaturahmi ke rumah."

Illa menghembuskan nafas lega.

"Syukur kalau begitu."

"Ngomong-ngomong ini kan udah malem ya, tidur aja gih. Besok kita harus pulang pagi soalnya abah ada urusan."

"Yaaaah liburannya sebentar banget." Jibran muncul dari arah lantai dua.  Engga muncul tiba-tiba juga sih, soalnya emang dari tadi nguping juga dia.

"Yeeeh berokokok! Mau lama di sini kamu? Ya udah sok aja sih nanti abah sama yang lain pulang."

"Iiih engga!"

*****

Bersyukur beda dari beberapa waktu lalu pas ke bogor, walau masih tetep ada aja pengalaman aneh yang di dapat tapi kali ini malam mereka di lewatin dengan tenang. Gak ada yang aneh sih, cuma lagi-lagi Malik merasa di usilin mau tidur pun lampu nya mati hidup terus. Karena kesal dia sampai ngancem.

"Sekali lagi begini, saya bacain ayat kursi ya? Masing-masing aja sih.. kamu sama duniamu saya sama dunia saya. Udah jangan ganggu ya!"

Ampuh, gak ada gangguan lagi setelah itu jadi bisa tidur dengan tenang.

Besok paginya habis sarapan mereka sengaja renang dulu, sementara yang perempuan beresin alat makan sisa sarapan di bantuin sama neneknya Jibran.

Malik sebenarnya gak mau berenang tapi di dorong sama Kresna, akhirnya mau gak mau mereka dorong-dorongan di dalam kolam renang. Damar juga tadinya nolak, tapi kena siram air sama Malik akhirnya pasrah dan ikut nyebur.

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang