ini baru awal.

211 29 36
                                    

First mau bikin yang lawak aja, biar otak ringan sama menghibur banyak orang hehe. Semoga suka ya ay laff yu?













Suatu pagi yang cerah namun sedikit berangin membuat pemuda bernama Jibran Ramadana itu masih bersembunyi di balik selimut nya.

Alarm handphone nya sudah berbunyi sejak jam 04.15 namun si pemilik kamar tak ada niatan untuk membuka mata.

" a, udah subuh?"

Ayah nya, Atau biasa Jibran panggil Abah itu memasuki kamar anak nya yang kemudian berjalan membuka gordeng kamar sang anak.

" Silau si Abah mah ganggu aa lagi mimpiin Prilly aja!" Jibran terbangun sambil menatap sinis ke arah sang Abah.

" Duh Gusti, mana mau Prilly sama cabutan uban kaya kamu!"

Mata Jibran terbelalak Di pagi yang cerah ini Abah nya kembali membahas perihal Cabutan Uban milik sang abah yang tak sengaja Jibran hilangkan Minggu lalu.

" Udah ah, mending mandi terus sholat subuh. Terus doa biar aa jodoh sama Prilly!" Kata Jibran sambil menghentakkan kaki nya di lantai.

" Jihhh kaya anak perawan ngambek nya."

✨✨✨

Cerita nya mau ngambek dan langsung berangkat sekolah. Tapi apa mau di kata seorang Jibran ke sekolah gak bawa duit jajan apa lagi gak sarapan.

" Minta duit!" Kata nya sambil memanyun kan bibir nya.

Sutisna, sang ayah. Hanya menatap dengan wajah menahan tawa pada anak nya itu.

" Abah kira lagi ngambek jadi gak butuh uang jajan.." ledek nya namun tetap memberikan uang kepada Jibran.

Di sisi lain Jibran hanya diam, kemudian membolak balikan uang pemberian Abah nya. Di tatap nya sudut kiri kemudian di balik dan menatap dari sudut yang lain.

" Dua puluh rebu dapet apa abaaaah " kesal nya.

" Pas jaman Abah dapet bonceng Cewek ke Ancol a." Setelah mengucapkan ini Si Abah tertawa begitu puas. Apa lagi saat anak nya mengucap salam kemudian membanting pintu.

" Assalamualaikum!"

Gubraaak!

" Bwahahahahhahahaha.. waalaikumsalam. Hati-hati di jalan a."

Entah Jibran dengar atau tidak, yang jelas ia sudah di halaman rumah dengan motor nya yang bernama Cecep.

Iya nama nya Cecep, hadiah semester kemarin Jibran rangking 3 di kelas. Dan dari 10 besar hanya Jibran lah satu-satu nya laki-laki di sana.

" Jibraaaaan " sapa Damar.

" Eh, a Damar. Mau kemana?" Tanya Jibran, walau lagi gak mood Jibran masih suka ramah sama anak-anak yang ngontrak di tempat Abah nya ini.

" Mau ke depan sekalian nyari tukang ojek."

" Gak pake Ngeeengreb emang A?" Heran Jibran, Ya masa sih jaman sekarang gak pakai aplikasi yang instan gitu.

" Enak naik ojek biasa. Kenal juga sama mereka soal nya.. udah langganan." Jawab Damar.

" Ke depan nya kemana?"

Entah kenapa Niat terselubung mulai muncul di kepala nya.

" Ke perpustakaan umum Deket sekolah mu.. kenapa Tah dek?"

Jibran tersenyum, tidak. Menyeringai dan itu membuat Damar bergidik ngeri.

" Ikut aku aja a, tapi hehe.. boleh isiin bensin nya gak?"

Damar tersenyum. Bukan mau menolak, justru ia setuju. Lagi pun jam segini kadang Abang ojek nya sibuk anterin anak-anak sekolah atau kadang masih pada di rumah.

" Ayo atuh, tapi aa yang bawa ya.." kata Damar.

Dalam hati Jibran sudah berteriak ke girangan. Bensin di isi di bonceng pula.

" Sok atuh a. Ayo kita berangkaaat cuuuus...."





























Lima menit setelah nya Jibran merutuki persetujuan yang ia dan Damar sepakati. Nyata nya Damar yang membawa motor lebih lambat ketimbang kakek kakek goes sepeda.

Jibran ingin berteriak karena ulah Damar yang sangaaaaat lambat dalam mengendarai motor.

" A, bisa ngebut? Udah telat." Kata Jibran sedikit kesal.

" Pelan pelan aja ya. Bahaya soal nya..."

Ini mah gue jalan kaki juga masih cepetan gue jalan kaliiii

" Ya udah, tapi ngebut dikit ya.. udah mau masuk aku nya a.." kata Jibran yang masih berusaha membujuk Damar.

" Okeee kita ngebut.."

" Alhamdulillah ya Allah, akhir nya..."

" Pegangan yang kenceng yaaa.. 1 2.."

" 3..... tarik gas nyaaaa cuuuuus.." girang Jibran.

Dan kenyataan nya..... Kecepatan nya tidak bertambah sedikit pun..

" HALAH KAMPRET ALAMAT TELAT."

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang