kena hukum nih.

129 25 43
                                    

Sorry for typo and enjoy.


Sutisna, duda anak 2 yang punya sederet kontrakan dan umur nya pun gak begitu tua. Sekitaran 41 tahun, anak nya yang pertama ikut sama sang istri. Nama nya Sania dan satu lagi si bungsu nama nya Jibran.

Jibran sama Sania berbanding terbalik, entah jika seharus nya anak laki-laki lebih mirip ibu sementara anak perempuan lebih mirip ayah rasa nya tidak berlaku pada keluarga ini.

Sutisna menikah di umur 20 tahun sementara sang istri baru berumur 19. Mereka menikah karena perjodohan, namun ketika Jibran lahir tepat pada umur 2 bulan. Astin meminta berpisah dan mau apa di kata... Nasi sudah menjadi bubur. Bahkan dari saat itu hingga sekarang Sutisna lah yang merawat anak nya sendirian.

Kita kembali pada sosok Jibran yang baru sampai sekolah padahal bel sudah berbunyi lima menit yang lalu. Pak Rapin yang hari itu bertugas menjaga gerbang depan menatap jengkel pada Jibran yang baru saja sampai dan memarkirkan motor nya.

" Sini kamu." Kata pak Rapin.

Jibran menghembuskan nafas panjangnya kemudian membawa tas nya dan berjalan ke arah pak Rapin.

" Telat lagi aja kamu!" Geram pak Rapin.

" Bekasih macet pak."

" Kita di Depok !"

" Hehehehe... Aku tak tau arah..."

" Dan jalan pulang? Nyanyi kamu?" Sinis pak Rapin.

" Atuh da, aku nyasar ke Bekasi tadi pagi pak. Pas mau balik macet."

" Alasan! Ngapain ke Bekasi pagi pagi?"

" Pak, maaf saya terlambat." Seorang laki-laki yang Jibran sendiri pun hafal siapa makhluk astral bertubuh jangkung ini.

" Pandu Kresna Sudibjo... Kamu Jibran, Kamu Jibran. Empet saya tiap nungguin depan gerbang murid yang telat kaliaaaan mulu."

" Saya juga bosen liat bapak." Sahut Kresna.

Jibran sendiri hanya menahan tawa, walau 100% ia pun setuju dengan Kresna.

" Heh, mulut mu.." bentak pak Rapin.

" Harimau mu.." sahut Jibran.

" Kita bukan lagi bahas pribahasa Sutisna!" Sambar pak Rapin.

" Astagfirullah bapak berdosa sekali, kenapa ayahanda saya di sebut." Ucap nya dengan gaya dramatis.

" Loh, kalo saya sebut Wimanto di omelin Wisnu nanti. Itukan bapak nya." Elak pak Rapin.

" OHHHH NAMA BAPAK NYA JIBRAN SUTISNA TOH." Teriak Kresna.

Pak Rapin terkejut saat pria jangkung yang tak lain adalah murid nya sendiri itu berteriak dengan sangat nyaring.

" Heh berisik." Tegur pak Rapin.

" JANGAN BOCOR SAUDARA KRESNA." Teriak Jibran di depan wajah Kresna.

" Oh, tentu tidak kakanda." Balas Kresna sambil tersenyum.

" Bagus sekali adinda... " Kini Jibran ikut tersenyum sambil berjabatan tangan dengan Kresna.

" Kecuali goceng dulu... Hehehe" Kresna tertawa mengejek.

" asuuu:) "

" DIAM KALIAN BERDUA KETURUNAN NYAI BLORONG! MASUK KELAS!" Perintah pak Rapin yang sudah mulai pening dengan kelakuan dua murid aneh nya ini.

Tanpa menunggu amukan pak Rapin kedua nya langsung berlari secepat mungkin menuju kelas masing masing.

" Assalamualaikum.." teriak Jibran saat sampai di depan pintu kelas.

Seisi kelas menatap Jibran bingung. Begitu pun seorang perempuan yang duduk di kursi depan.

" Loh, bu Azkiya? Bukan nya harus nya pelajaran Pak Tejo ya?" Jibran melangkah masuk dan menghiraukan orang orang yang masih menatap nya bingung.

" Loh, Jayden kok duduk di tepat ku.. ayo pindah."

Jayden, laki-laki yang masih keturunan bule itu menatap Jibran sejenak.

" Ini tempat gue. Lo ngapain sih Jib? Ngigo ya?" Sarkas Jayden.

" Allahu, udah jam segini ngapain ngigo!" Balas Jibran tak terima.

" Maaf, Jibran jangan rusuh di kelas saya. " Bu Azkiya angkat suara.

" Loh, saya mau belajar bu." Jibran berbicara dengan nada sedikit meringis.

" Kamu kan kelas 12- Ipa 2 Jib. Kenapa ke sini, ini kelas bahasa. " Sambung Bu Azkiya.

" Laaaah salah kelas toh..."

Seisi kelas mulai menertawai Jibran, sedikit oleng memang anak ini.

" Ibu kira kamu mau jadi kaya dilan sengaja salah masuk kelas biar ketemu milea."

" Ah gak ada yang saya suka di kelas ini mah bu.. tapi, Jayden. Jangan rindu aku ya.. kalau kamu rindu bayar kontrakan aja ke bapak ku nanti juga pas bayar ketemu aku dadah.." ucap nya kemudian berlari keluar dari dalam kelas.

" Ade anak ipa sableng kaya dia?" Ucap Jayden tak habis fikir.














Jam istirahat tiba, Jibran kira dia selamat dari maut. Bohong bukan maut, tapi dari pak Rapin. Ternyata dia dan Kresna tetap di hukum saat jam istirahat.

" Berdiri di sini sampai jam istirahat selesai!" Titah pak Rapin.

Iya, berdiri di lapangan. Cukup gede lapangan nya dan mereka mesti hormat ke tiang bendera. Saat jam istirahat yang notabene nya murid murid ada di luar kelas pada sibuk sama jajanan dan gibahan temen.

" Sayang banget.." kata Kresna.

" Sayang apa?" Sahut Jibran.

" Uang goceng kamu gak jadi aku beliin es.." kata Kresna dengan wajah merengut seperti anak bayi yang gak di kasih izin beli mainan.

" Nanti aja habis ini bolos." Jibran berujar dengan suara pelan.

" HEH! MERENCANAKAN RENCANA BURUK APA LAGI KALIAN!"

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang