puasa di Depok

33 7 56
                                    

Sorry for typo and enjoy

Setelah lebih dari dua minggu kejadian kemarin, sekarang kondisinya jauh lebih tenang. Tidak ada lagi keributan bahkan ketakutan.

Keysya sudah kembali pulang ke rumah orangtuanya, terakhir kali ketemu waktu di rumah Malik kemarin. Itu pun waktu pulang, dia sempat mau nebeng ke Jibran.

Tapi tau sendiri respon apa yang bakal Jibran kasih.

"Aduh maaf ya Key, pacar ku galak soalnya."

Iya sekarang berani pakai kata-kata begitu. Padahal resmi pacaran aja belum.

Si empunya rumah sekarang lagi asik rebahan di lantai ruang tengah sambil dengerin lantunan ayat kursi.

"A Jib?" Tegur Meira yang baru pulang dari rumah orangtuanya.

"Iya?"

"Ketempelan lagi?"

"Allahuakbar! Engga lah. Kenapa si?"

"Abis aneh, sofa ada. Kenapa coba goleran di situ?" Ucap Meira yang kemudian duduk di salah satu sofa.

"Panas..." Susul Jibran yang kemudian duduk di samping adik tirinya itu.

"Enaknya buka pake apa a?" Tanya Meira.

Dia perempuan satu-satunya yang ada di rumah itu mau gak mau semua kebutuhan dari sahur sampai buka puasa dia yang siapin sendiri, Sonia semenjak puasa gak bisa bolak-balik ke rumah abah karena lembur kerja terus.

"Es buah?"

"Anti-mainstream tau a."

Jibran langsung ngelihatin adeknya pake tampang muka nyolotin.

"Terus yang gak anti-mainstream apa dong? Es kayu jati? Ya mana ada adek ku yang geulis."

Meira terkekeh pelan.

"Nanti sore ada bazar Ramadhan di depan SMA kesehatan, aa mau Mei beliin apa?"

"Aa pergi sendiri aja deh, Meira mau di beliin apa?"

"Loh tiba-tiba? Aa gak loyo nih?"

"Engga semangat kok." Katanya sambil nyengir cukup aneh.

Ngerasa kalau ada sesuatu yang aneh, Meira akhirnya faham sama maksud kakaknya itu.

"Oh.. pergi sendiri, sendiri apa sendiri nih." Ledeknya.

Jibran ketawa.

"Sama Hanina, kenapa? Mau ikut, kalau iya nanti aa ajak Malik."

Denger nama Malik di sebut Meira langsung salah tingkah.

"Ih apa sih a, aku nitip es dawet aja sama martabak telor ya.. awas jangan sampai lupa. Eh sama sempol ayam ya?"

Jibran mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya.

"Loh, mau berangkat sekarang? Perasaan baru jam dua siang a."

"Mau sholat Dzuhur hehe.. tadi lupa." Cengirnya.

"Yeee dasar."

Lain Jibran, lain juga sama Malik yang lagi duduk ngelihatin pakaian kotornya.

"Bisa-bisanya aku lupa ninggalin cucian kotor di kontrakan waktu pulang ke Serang kemarin."

Malik meringis begitu melihat setumpukkan pakaian bahkan handuk dan sprei kotor punya dia. Kemarin ke enakan di Serang, bahkan di larang pulang. Jadilah beberapa waktu tinggal di Serang dulu, dua hari lalu tiba-tiba balik ke Depok karena tugas kuliah.

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang