titik terang

27 6 61
                                    

Sorry for typo and enjoy

Jibran ngehela nafas panjang pas Wisnu cerita semuanya yang tadi dia liat sama Hanina. Sementara Jayden langsung berdecak kesal.

"Kenapa gak lo halangin sih Nu!" Ujar Jibran setelahnya.

Wisnu sendiri hanya menggelengkan kepala, dia tau Illa satu-satunya perempuan yang paling keras kepala yang dia kenal. Tapi ternyata ada yang lebih dari Illa.

"Terus gimana?" Tanya Jayden.

"Telepon yang lain, kita tunggu kabar dari Hanin." Jawab Jibran.

"Lo kok kaya santai banget sih Jib.. Crush lo itu lagi nyeludup masuk ke mobil penculik. Bisa-bisanya lo malah santai begitu!"omel Jayden yang gak habis pikir.

"Jayden, Wisnu. Dengerin gue, gue juga sama khawatir nya kaya kalian. Apa lagi ini Hanina, tapi gue tau orang yang gue suka gak akan seceroboh itu. Kita tunggu kabar dari dia, yang terpenting kita kumpul di rumah Malik dulu."

Iya emang kelihatannya aja santai, tapi dalam hati Jibran juga ketar-ketir apa lagi kalo sampai Hanina kenapa-kenapa. Padahal sebelumnya udah di wanti-wanti sama Kairi.

Dia sedikit menyesali tindakannya Hanina yang gegabah, bisa-bisanya diam-diam langsung masuk ke mobil van item itu. Gimana kalo sampai tujuan terus tiba-tiba ketauan.

Jibran, Jayden sama Wisnu balik ke rumah Malik. Begitu juga sama yang lainnya, selesai interogasi ketiga anak laki-laki itu ayah nya Malik baru mulai ngejelasin, siapa itu Rifaldi menurut catatan kepolisian setelah melapor tadi.

"Rekam jejak namanya emang buruk, dari dulu jadi buronan makanya selalu pindah-pindah tempat. Terakhir gak di tahan tapi bayar denda tiga ratus juta rupiah, kemudian di bebaskan dan kabur ke Jakarta. Di kira taubat, ternyata berulah. Tapi Rizaldi juga masih punya atasan.. dan tentu aja orang-orang kriminal semua."

Caesar menghembuskan nafas frustasi dan kesel banget, kalau bisa ngehabisin. Pengen dia habisin anak itu detik ini juga, jangankan Caesar. Damar yang penyabar aja darahnya udah sampai ubun-ubun.

"Ini kalau sampai Mahira, Hanina sama Keysya kenapa-kenapa.. bukan cuma ku jebloskan ke penjara orang itu.. ke liang lahat sekalian." Komentarnya.

"Gila, ini orang paling sakit yang sejauh ini kita temuin." Jujur bukan cuma Illa yang punya pikiran begitu yang lain juga, tapi beda sama Chirza.

"Dulu mama kandung nya Jibran juga sick.. aduh!"

Di gampar mulutnya sama Illa detik itu juga.

".. belom selesai ngomong."

"Abis macem-macem aja, dia mama lo juga sekarang!"

"Ya maap."

"Hush! Udah sih lagian emang bener kok.." timpal Jibran akhirnya.

"Oh iya, tadi aku sempat keliling. Terus ada yang bilang jalanan di daerah itu sepi banget. Bahkan terkesan horor, sering banget kecelakaan jadi banyak orang yang ogah lewat jalanan situ." Malik ngasih foto beberapa jalan yang tadi dia sama Kresna lewatin.

"Ini nih, ada gubuk di ujung jalan." Tunjuk Juan.

"Gubuk? Justru itu masalahnya, kita beberapa kali lewat dua jalan itu gak lihat gubuk." Bingung Kresna.

"Ini gubuk, di foto. Kalian gak ngeh?" Kekeh Juan.

"Hah? Mana sih?" Tata nyoba buat perhatiin foto itu lagi.

"Gak ada deh." Januar bener-bener ngelihatin detail fotonya, dan dia gak nemuin apa-apa malah cuma jalan, persawahan sama pohon-pohon merambat di pinggir jalan.

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang