BAIKAN

30 5 29
                                    

Sorry for typo and enjoy

Mahira berhasil ketemu sorenya setelah kejadian dimana Jibran dan kawan-kawan berhasil nemuin Keysya. Sayangnya kondisi Caesar, Damar sama yang lain gak baik-baik aja.

Sempet baku hantam sama gengnya Aldi, syukurnya warga setempat lebih pro ke Caesar dan kawan-kawan. Dan berhasil bantuin mereka, polisi kemudian dateng gak lama setelah itu.

Kali ini Aldi dapat hukuman yang jauh lebih berat, semua buktinya pun udah jelas. Karena gak mungkin juga pulang malem itu, jadi mereka mutusin buat sahur pertama di rumah Malik.

Keysya, Tata sama Illa udah ngobrol banyak di kamar. Sementara Citra dari tadi muter-muter nyariin Hanina. Pas banget papasan sama Wisnu.

"Nu, kamu liat Hanin?"

Awalnya Wisnu gak mau jawab, dia lihat dan tau dimana Hanina. Tapi dari sekian banyak orang yang ngeh Hanina gak ada masa cuma Citra.

"Wisnu?"

"Di teras mba.. sama mba Hira." Jawabnya kemudian.

"Oh ya udah." Citra inisiatif mau nyamperin Hanin, tapi di tahan sama Wisnu.

"Anu mba.."

"Kenapa?" Bingung Citra.

"Lagi ngobrol berdua sama mba Hira."

Citra tau ngobrol berdua yang Wisnu maksud itu gimana, toh kemarin pas Hanin cerita. Dia bilang sebelumnya kalau apa pun itu pasti cuma berani curhat ke Mahira atau mungkin Safira.

"Iya tenang aja."

Di sisi lain, Jibran juga denger percakapan Wisnu sama Citra. Buru-buru dia samperin Hanina ke tempat yang Wisnu maksud tadi. Karena gak berani muncul di depan Hanina, cuma nguping di balik pintu.

"Eh, mba Cit." Sapa Mahira.

Citra senyum terus duduk di samping Hanina. Tau kalau Citra duduk di sebelahnya Hanina langsung ngelap air matanya secara kasar.

"Ih, kenapa kamu?"

Hanina cuma senyum terus gelengin kepalanya.

"Mandi dulu nin, malam ini udah mulai tarawih kan.. kata ayahnya Malik nanti kita rame-rame tarawihnya." Titah Citra.

"Iya gih mending mandi dulu." Tambah Mahira.

Hanina justru mempererat pegangan tangannya di jaket yang dia pakai.

"Na?"

"Eh, iya mba.. ya udah Hanin masuk dulu."

Jaketnya punya Jibran, dia gak niat ngelepas itu. Cemburu, bahkan setelah tadi aksinya nerobos masuk ke mobil penculik itu Hanina gak dapat pelukan hangat kaya yang Keysya dapat.

Dia seneng karena usahanya gak sia-sia. Dia berhasil bantuin Jibran buat ketemu sama temen-temennya yang di culik. Tapi di sisi lain dia juga merasa sakit hati, terlebih setelah pulang dari gubuk tadi.

Jibran sama sekali gak perduli sama Hanina, bahkan luka di kakinya aja tanpa sadar malah di obatin sama Wisnu.

Begitu mau masuk kamar mandi, tangan Hanina di tahan sama Jibran.

"Mau ngobrol berdua Nin."

Hanina mau ngelak, tapi ini kesempatan dia buat denger langsung perasaannya Jibran ke Keysya. Dia mau tau itu, kalau emang masih ada. Dia siap mundur.

"Aku mau mandi dulu kak."

"Sebentar aja."

Mereka jalan ke belakang rumah Malik, awalnya bingung dan diem-dieman sampai di menit berikutnya Jibran baru berani angkat suara.

Anak, Pak Sutisna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang