64

5K 117 0
                                    

Laura sedang duduk di ruangan tamu didalam rumah bintang bersama dengan herna dan zay, orang tua bintang.

"jadi, ada perlu apa ibu datang kesini? " tanya herna.

"hemm begini maaf jika saya lancang, tapi saya tidak punya waktu terlalu banyak langsung pada intinya" herna dan zay mengangguk.

"apakah bintang itu anak kandung kalian?" Ya, laura merasa yakin jika bintang itu adalah anaknya yang hilang delapan belas tahun yang lalu.

"maksud kamu?" laura tersenyum, pasti mereka juga terkejut dan merasa tersindir.

"sekali lagi maaf, soalnya di bagian leher belakang bintang ada tanda lahir yang sama seperti tanda lahir anak saya yang hilang delapan belas tahun yang lalu"
"apakah bintang anak kandung kalian?"

Herna dan zay sama-sama diam, mereka gugup dan bingung harus menjawab apa.

"herna.." laura memegang lembut lengan herna yang membuat herna menatap laura.

"apakah dulu kalian menemukan anak bayi yang memakai baju berwarna merah?" herna dan zay saling menatap, zay menganggukkan kepalanya kecil. dia sudah ikhlas jika bintang akan dibawa oleh orang tua kandungnya.

Sedangkan herna sudah mulai terisak kecil.

"i-iya laura" hati laura lega sedikit demi sedikit.


"jadi bintang bukan anak kandung bunda sama ayah?" bintang tiba-tiba datang dari arah luar karena baru saja dia pulang sekolah.

"bintang..." Lirih herna.

"KENAPA BUNDA JAHAT SAMA BINTANG?!"
"AYAH JUGA! KENAPA SEMUANYA JAHAT SAMA BINTANG?!" bintang membanting helm mahal miliknya sampai kaca dari helm itu pecah.

Herna berjalan kearah bintang lalu berjongkok dibawah kaki bintang, sedangkan bintang memejamkan matanya yang mulai berair.

"hiksss bintang bunda minta maaf"
"bunda terpaksa bawa kamu hikss"
"maafin bunda karena bunda tidak berusaha mencari tahu dimana orang tua kandung kamu pada saat itu bintang hikss"
"karena"

"karena apa bun?" tanya bintang dengan nada datar.

"karena dulu bunda tidak bisa mempunyai anak, dan bunda ingin sekali memiliki seorang anak dan membesarkannya dengan kasih sayang" hati bintang mulai tersentuh, dia ikut berjongkok lalu membawa bundanya untuk duduk kembali ke sofa

"hikss maafin bunda bintang..." bintang memeluk herna dari samping dengan erat dan dibalas pelukan hangat dari herna dan juga zay yang ikut mengelus bahu herna.

"bunda takut jika bunda bilang kamu bukan anak kandung bunda, nanti kamu malah membenci bunda hikss"
"tapi sekarang kamu sudah tau semuanya dan pasti kamu akan lebih membenci bunda dari yang bunda bayangkan" bintang menggelengkan kepalanya tegas.

"bunda, bintang ga pernah membenci bunda sekalipun bunda itu bukan bunda kandung bintang."
"bintang selalu sayang sama bunda sampai kapanpun"
"sampai bintang tua"
"bahkan sampai bintang mati nanti" herna semakin erat memeluk bintang dan dibalas pelukan erat dari bintang.



Saat kondisi sudah lebih membaik, bintang mulailah mwmbyka suara kembali.

"jadi siapa orang tua kandung bintang?"

"laura" laura tersenyum saat herna menyebut namanya.

Bintang terkejut.

"tante?" laura meringis saat bintang memanggilnya dengan sebutan tante.

"mamah bukan tante, bintang." jelas laura.

bintang menunduk, laura sangat yakin bahwa bintang memang anaknya tapi bintang malah tidak yakin.

"gimana bisa?"

"dulu..."

Flashback on

"mamah bagas mau main sama papah disana"

"iya sayang, ke sana gih mamah disini ya jagain adek kamu" bagas kecil itu berlari ketaman di depan perumahan untuk bermain bersama papahnya dan daniel kecil.

Alex yang umurnya masih satu tahun itu memperhatikan adiknya yang bayi yang sedang digendong laura.

"mamah, ade haus"

"kenapa sayang? alex haus?" alex menggeleng

"ade haus"

"ini sayang minum" laura memberikan air mineral pada alex yang sudah dibuka tutupnya,  namun alex malah menumpahkannya sampai mengenai bajunya hingga basah kuyup.

"astaga sayang pelan-pelan kan baju kamu jadi basah" alex hanya diam memandangi laura.

Laura menidurkan bayi itu di kursi.

"jagain adeknya yah, mamah mau ambil baju kamu di mobil" alex mengangguk.

Laura pergi ke mobil untuk mengambil baju alex. alex benar-benar menjaga adiknya sambil mengelus-elus perut adiknya.

Tiba-tiba alex melihat ada badut yang menggunakan kostum robot. kerena alex sangat suka dengan robot, dia menghampiri badut itu dan meninggalkan adiknya.

Saat laura balik ke kursi taman tadi, dia terkejut pasalnya tidak ada anaknya yang masih bayi dan melihat alex yang bermain dengan badut robot.

"astaga alex sini!" alex yang mendengar teriakan mamahnya itu langsung saja berlari untuk kembali ke taman.

"adik mu mana?"

"sini" alex menunjuk kursi itu, namun tidak ada adiknya disana.
"nda ada..." Lanjut alex.

"PAHHH PAHHHH" hendri menyusul laura yang sudah menangis karena anaknya hilang.

"kenapa sih mah" panik hendri.

"anak kita pah, anak kita hilang hiksss" bagas menyerit.

"dimana?"

"gatau tadi mamah ke mobil untuk ambil baju alex, tapi pas mamah balik lagi udah gaada"

"mamah tenang dulu kita lapor polisi sambil kita cari di sekitar sini" laura mengangguk, mereka semua berpencar mencari bayi itu namun tidak ada.

Sampai beberapa bulan kemudian, polisi datang dan mengatakan bahwa mereka menyerah atas pencarian bayi yang hilang.

Mulai saat itu, anak terakhir dari keluarga al ghifari dinyatakan hilang.

Flashback off



Vote nya dong!
Thankyou

KANASYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang