LWDs2 - 33

7.2K 762 79
                                    

Muiza yang sudah sadar dengan kesalahannya pun saat ini sudah diluar kamar Mew. Dia keluar namun tidak mendapati Gulf di luar ruangan tersebut.

Muiza mengusak wajahnya, matanya hampir mengeluarkan air mata. Dia benar-benar terbalut emosi saat itu hingga tidak berpikir jernih

Jika kalian menjadi muiza, mungkin akan melakukan hal yang sama pada ipar kalian. Semuanya begitu saja terjadi, pikirannya dan hatinya sedang tidak singkorn.

Kini muiza mengelilingi rumah sakit yang sangat besar tersebut, namun tak kunjung menemukan Gulf. Beberapa menit juga sudah berlalu namun dia masih kekeh dengan mengelilingi rumah sakit itu. Sampai akhirnya dia melewati taman rumah sakit dengan tempat yang cukup sejuk dan banyak pepohonan itu, matanya menangkap sosok Gulf yang duduk dengan menudukkan kepalanya sambil mengangkat lututnya yang menempel didadanya.

Wajahnya tertutup oleh kedua lututnya, gulf mengetahui bahwa itu gulf karena postur tubuh dan baju yang di pakai gulf saat tadi diruangan Mew.

Muiza pun segera berlari untuk menjumpai Gulf, saat tepat sampai di depan Gulf, awalnya dia ragu untuk menyentuh Gulf. Dia merasa malu dengan dirinya sendiri, namun dia berusaha memberanikan dirinya untuk menyentuh Gulf.

"Gulf." Sapanya seraya menyentuh pundak Gulf. Gulf yang sedang merenungkan dirinya tersentak kaget, dia menengadah lalu melihat objek yang mengganggunya. Matanya membulat, ntah apa yang akan terlontar lagi dari mulut muiza. Dia harus tetap menerima hal itu, karena memang semua ini karena dirinya.

"Muiza." Cicitnya kecil seraya menurunkan kaki jenjangnya untuk menyentuh tanah.

"Nghh.. gulf, boleh kita bicara?" Tanya Muiza yang masih setia berdiri di depan Gulf.

"Ya tentu." Ujar Gulf

Muiza pun duduk disamping Gulf yang sedang memperbaiki posisi duduknya agar memberikan akses muiza untuk duduk disampingnya.

Diam! Muiza hanya diam. Niatnya untuk berbicara ditundanya. Dia bingung harus mulai dari mana saat ini.

"Kalau kamu ingin aku meninggalkan kakakmu, jujur aku sangat tidak bisa. Bukan karna hartanya, atau karna parasnya. tapi aku memang mencintainya. Anak-anak ku juga perlu orangtua yang lengkap untuk membesarkan mereka." Ujar Gulf akhirnya. Dia yang akhirnya membuka percakapan dengan muiza. Dia mungkin akan semakin dibenci karna mengatakan hal sesukanya saat ini. Tapi ini lah dia yang sebenarnya.

Muiza hanya tertawa kecil menanggapi Gulf, dia belum bicara tapi Gulf sudah lebih dulu berbicara. Kakaknya itu memang tak salah memilih pasangan hidup, pilihannya tepat. Muiza saja yang terlalu berlebihan pada Gulf. "Aku belum bicara apapun Gulf, tenanglah sedikit." Kata Muiza

"Ah iya silahkan." Wajah Gulf kini sudah memerah karena malu, dia sudah takut jika Muiza menyuruhnya meninggalkan Mew. Dia takut seperti di film yang pernah di lihatnya sebelum bermasalah dengan Mew. Ya, kalian tau betul kan Gulf suka dengan film dan drama. Terkadang kehidupannya nyatanya bisa di sangkut pautkannya pada kehidupan di drama. Tapi tak dapat dipungkiri, kehidupan Gulf memang seperti di film atau drama.

Menikahi pria tampan dan kaya raya, bagi gulf adalah sebuah mimpi. Bertemu dengan kakak masa kecilnya yang saat ini jadi suaminya itu juga seperti di dalam drama. Gulf tidak dapat menebak takdir yang membuat suasan turun dan naik bagaikan permainan yang ada di taman bermain.

"Aku ingin minta maaf, seharusnya aku tidak mengatakan hal itu. Kamu tak mungkin ingin membunuh kakakku yang super kejam itu dengan mudahnya. Aku saja yang terlalu emosi dengan situasi semalam. Sehingga aku tidak berpikit jernih tentang semuanya." Jelas Muiza akhirnya

"Muiza-" ucap Gulf namun langsung di potong oleh muiza.

"Aku belum selesai ngomong Gulf, aku ingin kamu memaafkan semua kesalahanku karena aku tidak ingin bermusuhan dengan kakak iparku. Tapi kalau memang kamu tidak ingin, aku rela lakukan apapun asal kamu memaafkan aku." Ujar Muiza seraya menunduk dan memainkan ujung bajunya.

Life With Devil ( mewgulf ) S1 segera dibukukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang