LWDs2-50.2 ⚠️

4.7K 295 104
                                    

DIBACA!!!!

Sebenarnya aku punya dua ending, punya dua jalan cerita untuk part 49 dan 50. So guys sebelum baca ini aku harap kalian pahami dulu maksud aku ya. Ending yang sebenarnya sudah ada di part sebelumnya, tapi.. untuk part yang ini, part yang ada di pikiran aku di awal sekali sebelum aku memutuskan untuk membuat ending sebelumnya. Aku ingin menyalurkannya disini, jika kalian berminat baca, silahkan! Kalau tidak, juga tidak apa-apa.

⚠️peringatan⚠️
❗️jangan pernah tiru apapun adegan di dalam cerita ini.
❗️cerita ini hanya fiksi, bukan untuk menghasut atau mencuci pikiran kalian.
❗️untuk cerita ini, akan mengandung kekerasan, pembunuhan, dll.
❗️cerita ini terdapat 10.800 kata lebih, setara dengan 4 part dari setiap part yang pernah aku publish. Baca pelan-pelan ya.

Terimakasih telah membaca peringatannya terlebih dahulu. ☺️ sekarang silahkan baca part ini.



























Setelah kejadian ponsel Alex yang terjatuh karena ulah kedua adiknya itu, Alex pun mengasingkan diri menuju perpustakaannya. Dia sangat suka disana, sendiri, sepi dan sejuk. Tidak ada kebisingan, dan yang paling penting dia bisa membaca buku untuk menenangkan pikirannya sambil menatap keluar jendela.

"Hufftt." Lenguhnya ketika dirinya baru saja menduduki kursi dengan satu buku di tangannya. Memikirkan papanya yang tak akan membelikannya lagi ponsel sebenarnya tak masalah untuknya tetapi ponsel juga sangat penting untuk dirinya apalagi di zaman modern seperti ini. Komunikasi akan terasa sulit jika papanya tak mengizinkannya menggunakan ponsel sampai waktu yang papanya tentukan.

Mew, sebagai daddynya mungkin bisa saja membelikannya ponsel. Tetapi tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Karena kejadian sampai papanya marah seperti ini jarang terjadi. Dan yang hanya bisa meluluhkan hati papanya hanya daddynya begitupun sebaliknya. Alex hanya bisa berharap semoga papanya tidak marah lagi terhadapnya.

"Abang!" Alex terkejut mendapati kembarannya dengan suara kerasnya sambil menepuk pundaknya. Emosinya hampir saja naik tetapi dengan cepat dirinya menarik nafas, dan mengeluarkannya lagi, hal itu sudah membuat emosi Alex mereda karena tingkah sang kembarannya. Sejujurnya tingkat emosi Alex sama dengan Mew yang sedikit sulit terkontrol, tetap demi papanya yang selalu mengajarkannya kebaikan, dia akhirnya dapat belajar manahan emosinya.

Tak lama setelah Axel mengejutkannya, kedua adik kecilnya datang. Duduk di sampingnya sambil tersenyum ragu pada Alex.

"Abang Alex, Nattha dan abang Archie mau berbicara dengan abang Alex yang paling tampan ini. Bolehkah abang Alex memberikan waktu abang Alex untuk Nattha dan abang Archie sebentar saja?" Tanya Nattha dengan ragu sambil telapak tangan yang menyatu di depan wajahnya tanda dia memohon.

Alex pun menutup bukunya perlahan, lalu menatap kedua adiknya itu. "Nattha, Archie, sebelum kalian berbicara, abang hanya ingin kalian jadi anak yang baik, jangan bertengkar karena ponsel abang atau sesuatu hal lain yang tidak harus untuk di pertengkarkan. Papa seharusnya tidak tahu kalau abang memberikan kalian ponsel, kalian memang seharusnya fokus ke pelajaran kalian. tapi kejadiannya sudah seperti ini. Yasudah tidak jadi masalah, abang sudah ikhlas jika itu tentang masalah ponsel." Ujar Alex

"Abang.. maafin kita berdua. Janji tidak akan seperti itu lagi. Nanti, kita berdua akan berbicara kepada papa, agar abang tidak dapat masalah lagi. Agar ponsel abang di ganti oleh papa atau daddy." Seru Nattha dengan wajah menyesalnya. Archie yang ada di hadapan Alex juga ikut memasang wajah menyesal.

"Archie juga minta maaf abang Alex, ini salah Archie karena tidak ingin bergantian dengan Nattha." Kata Archie yang sama menyesalnya dengan Nattha.

"Tidak apa, sudah lah tidak perlu meminta maaf." Kata Alex sambil mengelus rambut Archie dan Nattha bergantian. Senyum sekilas pun terukir dari bibir Alex.

Life With Devil ( mewgulf ) S1 segera dibukukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang