Saudara Sepupu

1.2K 105 6
                                    

Reina sudah sampai di rumah hampir jam 3 sore. Lama sekali ya, wajar karena Reina sudah kelas 1 SMK. Kelas 1 mapelnya banyak, mungkin kalau sudah kelas 2 baru di kurangin. Apalagi kalau sudah kelas 3, palingan cuman 11 mapel untuk jurusan RPL (Ya itu karena aku juga jurusan RPL, malah cuman 9 mapel).

RPL adalah jurusan yang sedikit dikucilkan menurut Reina, karena hanya sedikit yang minat program di negara Indonesia. Kebanyakan otak orang Indonesia tidak akan sampai, bahkan mereka menyebut anak programer otaknya sudah di luar nalar manusia normal. Padahal mereka cuman mengetikkan program simpel yang paling dasar.

Programer bekerja di belakang layar, suatu perusahaan bisa sukses besar itu juga karena programernya yang bekerja keras. Tapi mereka kurang diapresiasi oleh banyak orang, mungkin karena sebagian besar mereka tidak diketahui banyak orang.

Sesampainya di ruang keluarga, Reina terkejut karena dia melihat kakek dan nenek serta saudara sepupunya. Kapan mereka sampai? Kenapa tidak ada yang memberitahu Reina?

"Reina sayang? Sini nak, Nenek kangen." Seorang wanita tua yang diketahui adalah nenek Reina, dia bernama Anesa Aflastar. Anesa merentangkan tangannya, Reina berjalan mendekat.

"Kapan Nenek sampai? Kenapa gak bilang sama Rein?" tanya Reina sambil memeluk neneknya.

"Nenek lupa, mungkin karena terlalu bersemangat mau jumpa sama kamu. Udah tiga tahun kamu di Amerika, pas pulang juga gak ada ngabarin Nenek," ucap Anesa yang sangat merindukan cucunya.

Reina menatap Anesa datar. "Cih, dah biasa. Rein kan selalu dilupain," cibir Reina sambil tersenyum sinis. "Lagian nih ya, Rein tuh ganti kartu, kartu lama langsung Rein buang, lupa buat catet nomor orang-orang. Ya mana bisa kartu telkomsel dipake di negara orang, di negara sendiri aja suka rada-rada tuh kartu," jelas Reina memberikan alasan.

Gantian Anesa yang menatap Reina datar. Lalu dia menggeplak kepala cucu tersayangnya.


Plak.

"Adoh." Reina memegang kepalanya yang nyut-nyutan. Udah tua tapi tenaganya kuat juga, pikir Reina.

"Kenapa dibuang! Pantes aja selama tiga tahun ini gabisa dihubungi! Kan bisa disimpen dulu Reina cucu Nenek yang pintar. Yang pintarnya sudah melebihi Isaac Newton." Anesa terlampau gemas, gemas pengen nampol lagi maksudnya. Kenapa Reina ini terlalu pintar? Saking pintarnya sampai mendadak goblok.

Reina memanyunkan bibirnya. "Percuma juga Rein simpan, nanti hilang. Kan Rein pelupa, mending dibuang aja," ucapnya dengan ekspresi menggemaskan.

Kalau sudah begitu, Anesa tidak tega untuk marah. Dia memijat pelipisnya yang pusing atas kepintaran cucunya yang sudah di luar nalar manusia.

"Sudahlah, nanti bisa darah tinggi Nenek," ucap Anesa.

Para pekerja rumah yang mendengar interaksi itu, hanya bisa menahan tawa. Ada-ada saja nona mereka ini, kerandomannya tidak bisa dihilangkan sepertinya. Kadang pintarnya tidak masuk akal, kadang juga polos seperti bayi, dan kadang juga mendadak goblok seperti ini.

Saudara sepupu Reina yang sedari tadi diam tersadar, lalu dia mendekati Reina. "Rein?" panggilnya.

Reina menoleh, dia adalah saudara sepupu perempuan Reina. Namanya adalah Salsabila Bratasena, Reina memanggilnya Salsa.

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang