Keluarga Protective

746 87 1
                                    


Ciiit.

Reina ngerem mendadak karena di depannya ada 2 mobil yang menghadang. Dengan kesal Reina keluar dari mobilny, orang yang berada di 2 mobil itu juga ikut keluar.

"Apa-apaan kalian!" sentak Reina dengan wajah datar. Dia tau 8 orang yang ada di depannya ini suruhan pamannya, terlihat dari lencana yang mereka pakai.

"Kami diperintahkan tuan Hendra, untuk membawa nona pulang," ucap salah satunya dengan wajah datar. Mereka ber-8 sudah mengelilingi Reina.

"Aku gak mau. Bilang ke Ayah kalau aku nanti pulang sendiri. Aku udah besar." Reina memasang wajah cemberut, itu sangat menggemaskan.

"Lagian Ayah juga gapernah peduli masalah beginian. Mau aku pulang tengah malem kek, subuh kek, atau gak pulang juga dia gak peduli. Terus kenapa sekarang peduli? Udah jelas ini kerasukan." Reina mengoceh sendiri di tempatnya. Bodyguard Mahendra merasa gemas dengan anak itu.

"Stop nona, bisa-bisa kami menculikmu dan tidak memulangkanmu," gumam salah satu dari mereka.

"Apa kau bilang?" Reina seperti mendengar sesuatu, pria itu langsung salah tingkah.

"Anu nona. Tolong kerja samanya, kalau kami tidak berhasil membawamu pulang, bisa-bisa kami dipecat," ucap pria itu. Teman-temannya juga berharap agar Reina mau ikut mereka.

"Bodoh, apa yang kau pikirkan," batin pria itu.

"Oh ayolah Paman. Aku cuman pingin main. Nanti aku pulang kok." Reina menarik-narik ujung baju salah satu dari mereka.

"Tidak bisa, nona."

Pria tadi menggendong Reina ala karung beras, sudah pasti Reina memberontak. Tapi itu sia-sia, tubuhnya kecil, sedangkan bodyguard pamannya ini tubuhnya besar-besar.

Reina yang bisa bela diri, tidak berdaya melawan mereka. Reina sampai heran, darimana keluarganya ini mendapatkan orang-orang seperti ini?

"Iiih lepasin! Paman jelek! Lepasin gak!" Sudah di dalam mobil pun Reina masih memberontak. Alhasil mereka mereka harus memegangi tangan Reina.

Mereka harus ekstra sabar menghadapi Reina yang seperti ini. "Kau, bawa mobil nona." Sang pengemudi berhasil merebut kunci dari tangan Reina dan melemparkan ke salah satu temannya.

"Huhu tolong. Aku mau diculik." Reina memainkan drama. Para bodyguard itu hanya bisa menatap miris.

"Tidak ada yang ingin menculikmu, nona."

Karena lelah memberontak, Reina tertidur di pangkuan salah satu bodyguard. Barulah mereka bisa bernafas lega.
.
.
.

"Kenapa dia?" tanya Zehan yang melihat bodyguard pamannya menggendong Reina yang tertidur. Seluruh keluarga Reina langsung menghampiri.

"Maaf tuan muda. Nona hanya tertidur karena kelelahan," jelas orang itu dengan pandangan menunduk.

"Berikan padaku," perintah Alden. Orang itu dengan sigap memberikan Reina pada Alden. Alden langsung menggendong Reina ala bridal style.

"Dasar Adik kecil yang nakal," ucap Alden sambil tersenyum memandangi wajah Reina.

"Kalau begitu saya permisi tuan." Bodyguard itu pamit mengundurkan diri, Mahendra mengangguk.

Kianzee dan Zehan mendekat ke arah Alden. "Aku baru tau kalau dia semenggemaskan ini. Ketika tidur seperti ini, percis seperti bayi," ucap Zehan yang memandangi wajah Reina.

"Haha, benar. Lihatlah wajah polos itu. Ingin sekali aku menyimpannya di kamar, agar tidak ada seorang pun yang melihatnya." Kianzee merasa gemas dengan Reina. Wajah Reina imut sekali ketika tertidur.

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang