Mantan

470 53 1
                                    


Akhirnya Reina sudah bisa bersekolah kembali, setelah seminggu mendekam di rumah sakit. Teman-temannya menyambut hangat kedatangan Reina.

Tapi ketenangan Reina tidak bertahan lama, karena kedatangan rival abadinya. Siapa lagi kalau bukan Purnama Sari.

"Kemana aja lo selama seminggu ini? Jadi gak ada yang bisa gue gangguin." Sari menepuk bahu Reina, membuat Reina menatapnya sinis.

Saat ini Reina sedang bersama dengan Alfino di kantin. Alfino menatap Sari datar, sangat berbeda dengan tatapannya terhadap Reina. Alfino juga merasa sedikit tidak suka dengan kedatangan Sari, karena mengganggu kebersamaannya bersama Reina.

"Ganggu aja kau, babi. Pergi sana!" Reina mengusir Sari dengan ketus.

"Kalo gue gak mau?" Sari memiringkan kepalanya dan juga tersenyum miring. "Lo kan tau sendiri. Gue kalo gak ganggu lo, ga senang." Sari tersenyum miring.

"Pergi," ucap Alfino dingin.

Sari menatap Alfino. "Kan udah gue bilang, gue gak mau. Gue mau gangguin cewe lo," ucap Sari.

"Eh Rein, tau gak? Tadi gue liat cowo lo bonceng cewe, mana mesra banget lagi." Sari berucap dengan senyuman nakal.

Alfino terkejut, darimana Sari bisa tau? Dia memang tadi pagi membonceng cewe pergi ke sekolah, tapi karena Alfino tidak sengaja menabrak cewe itu. Alfino juga langsung tanggung jawab dengan membawanya ke rumah sakit.

Reina menaikkan sebelah alisnya. "Lalu?"

"Yakan ngapain juga dia bonceng cewe, sedangkan dia udah punya cewe." Sari mencoba memanas-manasi keadaan. Lalu Sari mendekat ke arah Reina.

Sari membisikkan sesuatu ke telinga Reina. "Apa lagi namanya, selingkuh itu bodoh."

Setelah mengatakan itu, Sari pergi dari hadapan Reina dan Alfino. Selanjutnya, keheningan pun terjadi di antara Alfino maupun Reina. Reina diam, dia meminum kopi botolnya.

"Aku bisa jelasin," ucap Alfino.

"Hm."

"Tadi aku gak sengaja nabrak cewe, jadi sebagai manusia yang baik, ya aku tolongin lah. Yakali habis nabrak, terus aku tinggalin gitu aja." Alfino berusaha menjelaskan.

"Ya, kamu harus jadi orang yang bertanggung jawab," ucap Reina santai.

"Kamu percayakan?" tanya Alfino.

Reina mengangguk. "Ya, aku percaya," jawab Reina. Lagian ngapain juga dirinya menanggapi omong kosong Sari. Itu hanya membuang-buang waktu saja, pikir Reina.

"Tidak mungkin aku mempercayai orang lain ketimbang percaya kamu."
.
.
.

"Halo Fino."

Seorang gadis menyapa Alfino hangat. Gadis yang cukup cantik, oh ralat, sangat cantik. Alfino berbalik dan terkejut melihat gadis yang ada di hadapannya sekarang.

"Kau, Sena? Kenapa kau ada disini!" sentak Alfino dengan menunjuk wajah gadis itu. Alfino menatap gadis itu sangat dingin.

"Aku datang Fino, kau tidak ingin menyambutku?" Gadis itu menatap Alfino dengan senyuman manis, membuat dirinya semakin cantik.

"Untuk apa kau datang kemari? Sesudah meninggalkanku selama tiga tahun?" Alfino kembali berbalik menatap ke bawah, dia tidak ingin menatap wajah gadis itu.

Saat ini mereka berdua sedang berada di rooftof sekolah. Alfino hanya ingin menikmati angin yang berhembus.

"Aku datang ke sini hanya untukmu, Fino." Gadis itu berjalan mendekati Alfino. Alfino sangat jelas menunjukkan ketidaksukaan, dia sangat membenci gadis itu.

"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi." Alfino berucap dingin tanpa menatap wajah gadis itu.

"Pergilah Maudi Sena Januar. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, semenjak kau pergi meninggalkanku." Alfino mengusirnya secara terang-terangan. Gadis itu mengepalkan tangan.

Namanya adalah Maudi Sena Januar. Alfino memanggilnya Sena. Dulu Sena adalah cinta pertama Alfino dari kelas 1 SMP. Mereka berpacaran selama dua tahun. Alfino sangat mencintai Sena, perasaannya tidak main-main.

Lalu saat memasuki kelas 3 SMP, Sena malah meninggalkan Alfino begitu saja. Dia pergi tanpa memberikan kabar sama sekali, membuat Alfino terpukul. Sena hanya meninggalkan sebuah catatan kecil yang tertulis, kalau dia akan kembali.

Alfino terus menunggu dan menunggu selama 3 tahun, lalu di tahun berikutnya Alfino sepenuhnya melupakan Sena. Dia bahkan sampai membenci Sena, berharap dia tidak akan bertemu lagi dengan Sena.

Alfino membenci Sena karena Sena meninggalkannya tanpa sebab dan alasan yang jelas. Sena juga tidak memberikan kabar kepada Alfino sama sekali.

Alfino sangat benci ditinggalkan. Alfino merasa percuma dia menunggu seseorang yang tidak jelas. Kalaupun Sena kembali, semuanya tak lagi sama. Alfino sudah benar-benar hilang rasa.

Kepergian Sena membuat Alfino memiliki kepribadian yang dingin dan cuek. Padahal Alfino adalah orang yang hangat, cocok sekali menjadikannya pasangan.

Lalu Alfino mengenal Reina tanpa sengaja, dia penasaran dan mengulik semua informasi mengenai Reina. Alfino menyukai kepribadian Reina, dia menjadi seperti seorang penguntit, dan berakhir dirinya mencintai Reina sepenuhnya.

"Aku sudah mempunyai orang lain yang lebih baik daripada kau. Aku sangat mencintainya." Ucapan Alfino membuat Sena semakin mengepalkan  tangannya.

"Itu tidak mungkin, kau sangat mencintaiku, tidak mungkin kau bisa berpaling." Sena tidak mempercayai perkataan Alfino.

Menurutnya, Alfino hanya ingin mengerjainya saja, karena kesal atas kepergiaanya. Sena masih mengira, kalau Alfino masih sangat mencintainya hingga saat ini.

"Terserah kalau kau tidak percaya. Intinya, aku sangat mencintai dan menyayangi milikku yang sekarang. Aku sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi padamu." Alfino berucap mengenai isi hatinya.

"Dia milikku dan aku miliknya. Dan kau, kau bukan siapa-siapaku lagi." Alfino menunjuk Sena.

"Gak gak, ini gak mungkin! Siapa gadis itu? Berani-beraninya dia merebutmu dariku." Sena tidak terima, dia ingin tau siapa yang berhasil membuat Alfino berpaling darinya.

"Tidak ada seorangpun yang bisa merebut Fino dari Sena. Tidak akan bisa," ucap Sena begitu percaya diri

Alfino tersenyum sinis. Dia terkekeh kecil. "Haha, buktinya gadisku bisa. Aku sudah jatuh ke dalam pesonanya."

"Dia adalah gadis kecilku yang lucu, imut dan menggemaskan. Aku tidak rela melepasnya. Tidak akan pernah." Alfino memuji Reina di hadapan Sena, membuat Sena semakin terbakar api cemburu.

Memang tidak ada yang bisa menolak pesona Reina, bahkan perempuan saja bisa jatuh ke dalam pesonanya, apalagi laki-laki?. Reina memang sesempurna itu bagi Alfino.

Alfino pergi dari hadapan Sena begitu saja. Dia sama sekali tidak menatap Sena ketika melangkahkan kaki untuk pergi.

Sena jadi merasa marah kepada gadis yang berhasil merebut Alfino darinya."Sialan!" umpatnya.

"Siapapun kau, aku tidak akan membiarkanmu bisa bersama Fino. Aku menghancurkan hubungan kalian berdua, liat saja," batin Sena. Dia berniat untuk menghancurkan hubungan Reina dan Alfino. Apakah dia berhasil?

Sena mencak-mencak sendiri di atas rooftof. Hatinya sangat panas, apalagi ketika Alfino dengan terang-terangan memuji gadisnya. Rasanya Sena ingin memukul kekasih Alfino.

(Yee, salah mbaknya sendiri yang pergi kelamaan. Udah kayak hiatusnya artis YG Ent).

Di sisi lain.

"Huh! Kuping aku kok panas ya. Wah, pasti ada yang lagi ghibahin nih. Awas loh kau kualat."

Bersambung~~

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang