Reina dan teman-temannya sedang istirahat. Tapi kali ini sangat berbeda, dan ada kejadian yang menghebohkan satu sekolah. Mungkin saja bisa menjadi sejarah di sekolah ini (canda).Bagaimana tidak, Alfino terus saja mengekori Reina sepanjang saat. Alfino sudah mengumumkan kalau dirinya sudah memiliki pacar, yaitu Reina. Ada yang senang mendengar berita itu, ada juga yang iri.
Alfino dan gengnya adalah idola satu sekolah, tidak ada yang tidak mengenal mereka. Mereka sangat disegani, terlebih lagi mereka juga anak-anak dari keluarga terpandang.
Hal itu sudah pasti membuat banyak gadis menyukai mereka, apalagi Alfino. Sayangnya Alfino sangat sulit untuk didekati, dia selalu menatap tajam pada gadis yang mendekatinya.
Tapi sekarang, Alfino terlihat sangat bucin dengan Reina. Berawal dari rasa penasaran, berubah menjadi cinta, dan berakhir suka. Teman-temannya saja tidak menyangka kalau Alfino bisa memiliki kepribadian yang lembut seperti itu.
"Sayang." Alfino memanggil Reina.
"Apa sih, dari tadi manggil mulu. Berisik tau, aku mau makan." Reina menatap kesal ke arah Alfino. Alfino malah senyum-senyum seperti orang bodoh.
"Sini aku suapin," ucap Alfino sambil merebut piring dan sendok dari tangan Reina. "Aaaa." Alfino menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi goreng.
"Apasih, aku masih punya tangan kali. Kek anak kecil aja." Reina menolaknya.
"Gak papa, aku pengen aja. Ayolah, buka mulutnya." Alfino tetap memaksa ingin menyuapi Reina. Reina yang sudah males berdebat, hanya menurutinya saja.
Hal itu membuat banyak gadis cemburu. Mereka sangat ingin berada di posisi Reina, di suapi oleh prince school.
Teman-teman Alfino dan Reina hanya bisa melongo. Kaget, baper, dan iri bercampur jadi satu. Sepertinya Alfino dan Reina mendapat julukan pasangan termanis bulan ini.
"Seriusan itu si bos?" tanya Sehan dengan berbisik.
Plak.
"Mata kau buta? Udah jelas-jelas itu si Fino. Emang ada Fino lain di dunia ini?" Danu menggeplak kepala Sehan, atas pertanyaan absurdnya.
"Di, kemaren-kemaren kelen pulang bareng, yakin si Fino gak kebentur sesuatu?" Devan juga merasa aneh dengan ketuanya itu.
"Gak ada, akupun heran. Jangan-jangan bos kita ketuker?" Dandi menatap bingung ke arah Alfino yang masih menyuapi Reina.
"Ngaco kau. Positif thinking aja, mungkin si bos memang beneran jatuh cinta," ucap Alfen. "Dia sudah melajang sepanjang hidupnya, sudah saatnya dia punya kekasih," lanjut Alfen.
"Kek kau gak jomblo aja, taik." Sehan menatap Alfen sinis.
"Kan lagi proses nyari pasangan."
"Heleh."
Tatapan teman-teman Alfino kembali menatap Alfino dan Reina yang terlihat mesra. Keliatannya saja mesra, padahal nyatanya tidak mesra.
Alfino duduk gabung dengan teman-teman Reina. Dia hanya ingin terus berada di dekat Reina. Semenjak bersama Reina, Alfino jadi keliatan aneh seperti ini.
Sementara itu, di sisi Rasya, Vana, dan Lara. Mereka juga tengah sibuk melihat gerak-gerik Alfino dan Reina. Vana dan Lara menatap ke arah Rasya.
"Kau gak cemburu, Sya?" tanya Vana.
"Iya, lihat tuh dekel, deket banget sama gebetan kau. Kaukan udah ngejar dia lama, kok malah tiba-tiba Fino sama tuh dekel," ucap Lara menimpali.
"Enggak lah, biasa aja. Aku udah gak ada rasa lagi sama Fino. Fino juga berhak bahagia bersama pilihannya." Rasya menatap teduh dua pasangan itu.
"Ah, yang bener kau. Kaukan bucin kali sama si Fino, sampek semua kau ganggu yang dekatin Fino." Vana merasa tidak yakin.
"Bener, aku udah gak ada rasa lagi. Lagian tidak ada alasan untuk mengganggu anak itu, dia orang baik. Dia pernah menyelamatkan nyawaku sekali," jelas Rasya sambil memandang ke arah Reina.
"What! Kau serius? Kapan?" Vana terkejut mendengar perkataan Rasya.
"Itu terjadi beberapa minggu lalu."
Rasya pulang dengan keadaan mabuk, tapi gadis itu tetap memaksa dirinya untuk pulang dengan mengendarai mobil seorang diri. Dia begini karena Alfino, Rasya sakit hati sampai memilih minum-minum di sebuah club.
Jalan sangat sunyi, mobil Rasya berjalan tidak stabil. Beberapa kali mobil Rasya hampir menabrak pinggiran jalan.
Rasya mencoba fokus dengan keadaan sedikit tidak sadar. Rasya tidak sengaja menambah kecepatan mobilnya. Seketika matanya membulat melihat truk yang sedang berhenti di depannya.
Sialnya juga, rem mobil Rasya tidak bisa digunakan. Rasya panik dan hanya bisa pasrah mobilnya menabrak truk didepannya. Dia sudah berusaha pegangan untuk menghindari benturan dahsyat.
Tiba-tiba saja entah datang darimana, mobil seseorang menabrak samping depan mobilnya. Alhasil kecepatan mobilnya berkurang, dan mobilnya berputar sekali. Kepala Rasya hanya terbentur sedikit dash
Mobil yang menabrak mobil Rasya tadi langsung bergerak melakukan gerakan drifting untuk menghadang mobil Rasya agar berhenti. Kedua mobil sama-sama penyok dibagian depan, untung saja Rasya hanya terluka sedikit.
Rasya menetralkan nafasnya setelah mengalami kejadian barusan. Dia tidak menabrak mobil truk di depannya, mobilnya hanya berputar dijalanan akibat ditabrak. Lalu mobil Rasya juga dihadang dibagian depan, oleh mobil yang menabraknya tadi.
Rasya menyentuh kepalanya yang sedikit pusing. Dia mencoba keluar dari mobil, orang itu juga keluar dari mobilnya.
Dia adalah Reina, orang yang menyelamatkan Rasya walaupun dengan cara ekstrem. Bisa saja nyawa mereka berdua taruhannya, kalau Reina gagal melakukan aksinya. Apalagi jalanan sangat sepi, tidak ada satupun kendaraan yang lewat.
"Kau mabuk?" tanya Reina dengan menatap dingin Rasya. Terlihat Reina tidak terluka sedikitpun, entah bagaimana cara dia melakukannya.
Rasya menunduk. "Maaf, dan terima kasih telah menyelamatkanku," ucap Rasya.
"Lain kali, jangan berani mengemudi kalau kau mabuk seperti itu. Bagaimana kalau tadi kau menabrak truk itu? Dengan kecepatan seperti itu?" Reina memarahi Rasya.
Rasya menangis di hadapan Reina. Tubuhnya bergetar, mungkin saja dia syok. "Sudahlah, ayo kerumah sakit. Telpon seseorang untuk membawa mobilmu kebengkel."
Reina tanpa basa-basi, menarik tangan Rasya menuju mobilnya. Dia mencari rumah sakit terdekat lewat googgle maps.
Rasya menceritakan kejadia buruk yang menimpanya. Vana dan Lara terkejut mendengarnya.
"Berarti yang waktu kau masuk rumah sakit, gara-gara itu? Wah, gila sih." Vana menepuk tangannya karena kagum. Kagum dengan aksi Reina yang cukup gila.
"Kenapa dia bisa mempunyai ide segila itu? Itu benar-benar jenius. Tapi taruhannya nyawa," ucap Lara yang kagum.
"Ya, memang gila, tapi itu berhasil. Entah apa yang terjadi kalau dia gak ada." Rasya melirik ke arah Reina. "Setelah menolongku, dia tidak mengucapkan apapun, lalu pergi. Lalu beberapa hari setelahnya, aku mengetahui kalau dia juga murid di sini," jelas Rasya.
"Dia anak yang baik, sangat baik. Dia menolongku tanpa peduli dengan nyawanya sendiri saat itu. Lalu dia tidak meminta imbalan apapun, benar-benar seperti malaikat kecil," ucap Rasya. Dia terus saja memandangi Reina.
Rasya tidak pernah membenci Reina, walaupuna Reina merebut gebetannya. Dia malah sangat mendukung.
Vana mengangguk. "Ya, dia memang anak yang baik. Dia yang membuatku sadar kalau Devan memang bukan milikku."
Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Novela JuvenilFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...