Halo reader-readerku yang tidak seberapa. Sebelum lanjut baca jangan lupa vote dan komen ya, supaya aku bisa lebih semangat nulisnya.
Juga tambahkan cerita ini ke daftar baca kalian, agar kalau aku update kalian bisa tau.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah 2 minggu semenjak kepulangan Reina. Tapi tetap sama saja, tidak ada yang berubah. Reina tetap menjalani hidupnya seperti biasa. Sekarang Reina sedang berada di kelas.
Kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, tapi Reina malah memejamkan matanya karena sangat mengantuk. Reina sudah sangat berusaha untuk membuka matanya mendengarkan guru menjelaskan, tapi Reina kalah oleh rasa kantuknya.
"Reina?" panggil guru yang mengajar itu dengan suara lembut. Kebetulan guru itu bukan guru galak, namanya adalah buk Lyana, biasa dipanggil buk Ana. Buk Ana mengajar pelajaran bahasa Indonesia.
"Bangunkan dulu Reina itu, Keysa," perintah buk Ana pada teman sebangku Reina yang bernama Keysa.
Keysa menyenggol bahu Rein yang tertidur pulas. "Pssst, Rein bangun Rein," bisik Keysa pelan. Keysa sudah menatap buk Ana takut. Walaupun buk Ana tidak terkenal galak, tapi sekalinya marah nyeremin.
"Rein! Woi!" Keysa sudah mulai bersuara keras, tapi Rein belum juga membuka matanya. Buk Ana berjalan mendekat ke arah Reina.
"Reina, bangun nak." Buk Ana masih juga bersuara lembut. Mungkin guru itu sedang menahan amarahnya, benar-benar guru yang baik.
CTAR.
Karena Reina belum bangun juga, buk Ana memukul penggaris besi ke meja. Bisa dibayangkan betapa keras suaranya, yang lain pun ikutan kaget.
"HADIR BUK!" Reflek Reina langsung bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang karena terkejut, lalu Reina menatap buk Ana dengan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya.
"Udah sampek mana mimpinya nak, hm?" tanya buk Ana dengan suara dingin. Tapi dia juga berusaha menahan tawanya karena wajah terkejut Reina sangat lucu. Teman-teman sekelas Reina juga menahan tawa.
"Ekhem." Buk Ana berdehem untuk tetap tidak tertawa.
"Hehe, maaf buk, saya ketiduran." Reina hanya bisa menyengir.
"Jangan diulangi lagi ya Reina. Sana cuci muka dulu, biar gak ngantuk," perintah buk Ana.
"Iya Buk, saya permisi ya Buk," ucap Reina dan berjalan melewati buk Ana sampai keluar kelas. Jalannya masih sempoyongan karena masih sedikit ngantuk.
Reina berjalan ke arah toilet perempuan dengan satu tangan masuk ke dalam saku rok sekolahnya. Dia juga sedang mengunyah permen kopi yang sisa sedikit. Ya namanya juga Reina, baginya permen kopi everyday and everytime. Tiada hari tanpa kopi, itupun masih bisa ngantuk.
Setelah selesai mencuci muka, Reina berdiam sejenak setelah itu mencuci tangannya lalu keluar dari toilet. Reina menyipitkan matanya, terlihat di ujung koridor 3 orang siswa SMK sedang membully siswa SMP yang membawa setumpuk buku.
Reina berjalan mendekat dengan satu tangan di saku. Reina seperti mengenali 3 orang siswa SMK itu, mereka adalah teman-teman Alfino. Namanya Dandi, Alfen dan Sehan. Reina menatap mereka bertiga datar.
Brak.
Reina menendang 3 teman Alfino itu. Wajahnya tetap saja lempeng, seperti tidak ada rasa bersalah.
"Kau siapa anjing! Seenak jidat nendang pantat orang!" ucap Dandi kesal, lalu ia mengelus pantatnya yang sedikit sakit karena tendangan Reina.
Wajah Reina terlihat tak peduli. "Manusia lah Bang, yakali setan," jawab Reina santai.
"Kau berani sama kita?" ucap Alfen yang terlihat marah.
"Ya berani lah, orang sama-sama makan nasi jugak. Kecuali kalo situ makan batu baru aku takut, mana ada sejarahnya manusia makan batu kan." Reina nyerocos tak tau arah.
"Kau cewe gausah sok keras deh," ucap Alfen.
"Lah? Situ cowo bukan sih? Udah dewasa lagi, masa ngebully bocil kayak gini. Tuh burung masih berfungsi kan? Kalo gak potong aja lagi, gak ada guna jugak." Reina berucap dengan kata-kata pedas, membuat ketiganya terkejut. Sedangkan siswa SMP tadi hanya melongo.
"Kau-"
"Apa? Ga terima? Mau kelahi kah?" Reina memotong ucapan Dandi. Mereka bertiga mendengus kesal, lalu pergi begitu saja.
Reina menatap kepergian mereka bertiga, lalu membuka sebungkus permen kopi, setelah itu dia masukkan kemulutnya. Dia menoleh ke arah siswa SMP tadi, anak itu masih saja terdiam. Reina menaikkan alisnya, lalu dia menaruh tiga bungkus permen kopi ke saku kemeja siswa itu.
"Pakek nasi nengoknya dek, biar kenyang." Lalu Reina pergi begitu saja dengan siswa SMP itu semakin terdiam dibuatnya.
1 detik, 10 detik, 30 detik, sampai satu menit berlalu, barulah siswa SMP itu tersadar dengan lamunannya. Tatapan datar Reina padanya sangat membekas di kepalanya, Reina sangat terlihat keren di mata anak itu.
"MAAAK, NINO BAPER!" teriak anak itu yang diketahui bernama Nino. Jantung Nino berdegup kencang, lalu dia merogoh saku kemejanya, menemukan 3 bungkus permen kopi.
"Nino gak akan pernah makan permen pemberian Kakak cantik itu." Nino melihat 3 bungkus permen itu dengan senyuman bodoh. Lalu pergi dengan perasaan berbunga-bunga.
.
.
.Di sisi lain Reina sudah kembali ke kelasnya dengan wajah yang terlihat lebih segar dari sebelumnya. Keysa melirik ke arah Reina.
"Udah Reina?" tanya buk Ana.
"Apanya Buk?" tanya Reina polos, dia sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan buk Ana.
"Udah cuci mukaknya? Jangan tidur lagi ya kamu, kalau tidur lagi saya jemur kamu di tengah lapangan. Kebetulan cuacanya lagi panas tuh." Buk Ana menunjuk lapangan basket yang terpapar sinar matahari terik.
"Janganlah Buk, nanti kering saya. Dikira ikan asin apa, sampek pakek acara dijemur segala," ucap Reina dengan mengerucutkan bibirnya lucu.
"Hahahaha." Satu kelas tertawa mendengar ucapan Reina yang terlalu random.
Buk Ana menggeleng-gelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia memiliki murid yang terlalu random seperti Reina, pikir buk Ana. Dia saja sampai tidak tega untuk memarahi Reina.
"Oh iya Reina, nanti kamu sama Alea akan mewakili kelas ini untuk ikut PORSENI ya, atau kepanjangannya pekan olahraga dan seni. Kalian berdua akan mewakili lomba cerdas cermat," ucap Buk Ana memberitahu.
"Loh Buk, kok tiba-tiba gini. Mana bisa gitu ceritanya buk," protes Alea reflek. Sedangkan Reina hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Harus Alea, WAJIB." Buk Ana menekankan kata terakhirnya.
"Lagian saya lihat nilai kalian berdua cukup memuaskan di pelajaran saya. Ya kenapa enggak kan? Saya juga sudah konfirmasi sama wali kelas kalian, dan dia setuju. Karena saya yang disuruh wali kelas kalian untuk nangani masalah ini, tau sendirilah wali kelas kalian itu bagaimana sibuknya," jelas buk Ana panjang lebar.
Memang benar, wali kelas di kelas Reina itu adalah guru paling sibuk. Karena dia adalah wakil kepala sekolah, otomatis tugasnya sangat banyak. Masuk ke kelas Reina aja susah banget, sekalinya masuk selalu dipanggil untuk menyelesaikan sesuatu. Ya resiko dapet guru sibuk, nama guru itu Adalah Pak Adi.
"Kan saya bisanya di pelajaran Ibuk, beda kalok di pelajaran laen," ucap Alea.
"Bisanya itu nanti. Nanti belajar sama-sama biar bisa," ucap buk Ana santai.
"Gak dateng lah nanti saya," ucap Reina juga tak kalah santai. Buk Ana sudah menatapnya tajam.
"Oh ga dateng ya? Gampang kok, nanti gak saya kasih nilai kamu di pelajaran saya," ucap buk Ana mengancam.
Reina menatap buk Ana datar. "Ngancem nih ceritanya?"
"Sudah, jam pelajaran saya sudah habis. Kalian berdua, awas kalo ga ikut. Oke selamat siang semuanya." Lalu buk Ana pergi dari kelas itu.
"Hmm." Reina sudah tidak peduli lagi, lalu dia melanjutkan tidurnya karena setelah ini pelajaran pak Adi yaitu desain grafis. Sudah dipastikan beliau tidak masuk. Dasar Reina tukang tidur.
Bersambung~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Teen FictionFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...