Kepribadian Ganda

611 75 0
                                    

Maaf kalau semalem gabisa update, aku sibuk banget. Gladi bersih wisuda, abis itu wisuda, pulang wisuda langsung kerja.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Huh! Dasar bodyguard bodoh! Mau aja dikibulin." Reina sedang berjalan-jalan di sekitar taman, dia baru saja kabur dari pantauan bodyguard ayahnya yang diperintahkah untuk menjaganya.

"Ayo Reina, nikmati momen bebas ini. Sebelum mereka menemukanmu lagi." Reina memutuskan untuk bersenang-senang, menenangkan pikiran sehabis belajar seharian.

Di taman itu banyak sekali pedagang kaki lima yang menjual makanan, karena hari sudah sore, banyak orang yang berada di taman. Reina menikmati banyak makanan yang ada di sana, walaupun pedas Reina tidak peduli.

Reina tau, dirinya tidak akan bisa terlalu lama kabur-kaburan seperti ini. Kemanapun dia pergi, pasti mereka selalu menemukannya. Lalu berakhir Reina mendapatkan hukuman ringan.

Memang pada dasarnya Reina yang bebal, tidak ada takut-takutnya. Bagi Reina, dia selalu bisa bebas, dengan atau tanpa aturan.

"Bang, baksonya goceng, ya. Yang pedes," ucap Reina memesan bakso.

"Siap neng."

Setelah pesenannya selesai, Reina melanjutkan acara jalan-jalannya sambil menikmati bakso. Lalu Reina juga membeli minum dan membeli makanan lain yang ada di sana.

"Ekhem."

Ketika Reina menikmati makanannya, ada seseorang berdehem di belakangnya. Reina kaget lalu berbalik, melihat siapa yang ada di belakangnya.

"Eh Bang Fadly. Kok ada di sini?"

Ternyata orang itu adalah Fadly. Tapi kali ini Fadly terlihat berbeda, bukan Fadly seperti biasanya. Auranya saja sangat berbeda, membuat bulu kuduk Reina berdiri.

"Bang, mukaknya santai aja dong Bang. Datar kali, mau cosplay jadi Bang Alden apa gimana?" ucap Reina dengan candaan. Tapi itu tidak membuat tatapan dingin Fadly berubah.

"Pulang." Suara dingin Fadly mengalun di telinga Reina. Reina menelan salivanya.

"Abang pake soflen? Kok matanya biru?" Reina menyadari perubahan warna mata Fadly yang berwarna biru laut.

"Pulang, baby." Sekali lagi Fadly berucap dingin.

Reina menatap heran ke arah Fadly. Sejak kapan Fadly memanggilnya baby? "Bang, jangan gitu ah. Nakut-nakutin aja, pake manggil-manggil babi lagi. Rein itu manusia, bukan babi." Tubuh Reina merinding karena panggilan itu.

Yang di depannya ini memanglah Fadly. Tapi suara itu terdengar dingin, Fadly tidak pernah berbicara seperti itu pada Reina. Tatapan itu juga sangat dingin dan datar, membuat Reina jadi takut.

"Kau sudah besar, sayang. Dan semakin nakal, hm?" Suara berat itu mampu membuat kaum hawa merinding.

"Sudah cukup main-mainnya, baby. Sekarang pulang." Fadly menarik tangan Reina kuat dan membawanya menuju mobil.

Reina menghentakkan tangannya dan akhirnya terlepas dari cengkraman Fadly. "Nggak mau! Abang apa-apaan sih! Gak biasanya kayak gini!" Reina berteriak kesal, Fadly menatap Reina tajam.

Tanpa basa-basi lagi, dia menggendong Reina ala karung beras. Sudah pasti Reina memberontak untuk dilepaskan. Dia menggerak-gerakkan kakinya, tapi itu percuma.

"Masuk!"

"Abang kenapa! Abang, lepasin." Reina berusaha melepaskan diri. Fadly mengambil borgol dari dashboard mobil, dan memasangkannya ke tangan Reina. Sisi yang lainnya dia pasangkan ke pintu mobil.

She Is Rein | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang