Reina pulang ke mansion dengan keadaan lesu. Pulang bukannya mendapat ketenangan, malah mendapat keributan. Mungkin Salsabila membuat masalah lagi."Apa sih, kok bising kali." Reina datang ke ruang keluarga, dia melihat Salsabila yang sedang menangis. "Kenapa?" tanya Reina dengan wajah kesal.
"Bila gak mau di hukum, Ayah. Maafin Bila, Bila gak akan ngulangin lagi," ucap Salsabila memohon. Salsabila menyebut dirinya sendiri Bila. Salsabila terlihat ketakutan, karena Mahendra terlihat sangat marah.
Reina yang malas melihat keributan itu pun dengan malas menaiki tangga dan langsung menuju kamarnya. Dia sudah sangat mengantuk, jadi tidak mempedulikan apapun lagi. Yang Reina tau hanyalah dia harus tidur sekarang. Memang Reina seperti itu, pulang sekolah dia tidak akan melakukan apa-apa selain tidur. Pasti dia selalu mengantuk ketika sudah sampai di rumahnya.
Setelah selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ringan, Reina langsung memejamkan matanya. Reina sudah tidak peduli kalau di ruang keluarga sedang ribut.
"KAN SUDAH AYAH BILANG! KAMU TIDAK BOLEH JALAN SENDIRIAN! WALAUPUN ITU KE TAMAN SEKALIPUN! KAMU TIDAK PUNYA TELINGA?!" Mahendra membentak Salsabila yang terduduk di singgel sofa.
Di mansion hanya ada Mahendra, Nadia, Anesa dan Olivia. Untung saja tidak banyak yang berada di mansion, anak muda Aflastar dan Bratasena belum pada pulang kecuali Reina.
Mahendra yang tadinya pulang karena ketinggalan berkas penting seketika marah melihat Salsabila yang berkeliaran di sekitaran taman komplek. Dia turun dan langsung menyeret Salsabila ke mobil dan membawanya pulang.
"Maaf Ayah," ucap Salsabila lirih.
"Anak nakal harus dihukum kan? Hukuman apa yang cocok untuk anak nakal sepertimu, hm?" ucap Mahendra dingin. Dia mencengkram bahu Salsabila dengan kuat.
Salsabila sudah gemetaran di tempatnya. Kalau ada yang bertanya siapa orang yang paling Salsabila takuti di dunia ini? Sudah pasti jawabannya adalah ayahnya.
Mahendra adalah orang yang sangat tempramental, dia terlalu possesive dan overprotective kepada Nadia istrinya dan Salsabila anaknya. Keinginannya harus dituruti, dia bisa saja menyakiti orang-orang tersayangnya agar menurut padanya.
"Sudahlah Mas, kan Salsa sudah minta maaf." Nadia berusaha menyelamatkan Salsabila dari kemarahan Mahendra.
"Kamu diam Nadia! Kalau sampai bersuara lagi, kupastikan besok kamu tidak bisa jalan," ancam Mahendra. Nadia menelan salivanya karena takut.
"Sepertinya Bunda tidak bisa membantumu nak," batin Nadia.
Salsabila tetap menunduk sambil menangis. Dia sampai mengumpati dirinya sendiri, kenapa dia sebodoh itu untuk keluar dari mansion tanpa izin. Sudah tau ayahnya itu sedikit gila.
Dulu Nadia selalu merasakan tekanan batin ketika berada di dekat Mahendra. Karena Mahendra dengan seenak jidat mengklaim Nadia menjadi miliknya. Nadia dulunya hanyalah anak sebatang kara yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, lalu dia bertemu Mahendra dan kesialan pun terjadi.
Entah kenapa si gila Mahendra jatuh cinta pada Nadia. Nadia tidak menyukai Mahendra, tapi Mahendra membuat Nadia menjadi miliknya dengan berbagai macam cara. Sebut saja Mahendra terobsesi, tapi juga sangat mencintai Nadia.
Olivia selaku adik Mahendra Bratasena, hanya diam saja sambil ikut menatap dingin Salsabila. Ya memang Salsabila yang salah di sini, dia dengan beraninya melanggar peraturan yang telah dibuat keluarganya untuknya.
Mahendra mencengkram kuat pergelangan tangan Salsabila, lalu menariknya dengan kasar. "S-sakit Ayah, lepasin tangan Bila. Ini sakit ...."
Salsabila menggerutu dalam hatinya. Kenapa dia mempunyai ayah gila seperti Mahendra? Kenapa ayahnya ini berbeda dengan yang lainnya?
Mahendra membawa Salsabila ke kamarnya dan Nadia. Dia melemparkan Salsabila ke kasur dengan kasar. "Sekali kakimu menyentuh lantai, Ayah pastikan kakimu akan patah saat itu juga," ucap Mahendra dingin. Salsabila yang tadinya hendak turun dari kasur mengurungkan niatnya.
Mahendra masuk ke ruangan kecil yang ada di kamar itu. Lalu dia kembali dengan membawa tali dan suntikan. Salsabila beringsut mundur, sudah pasti itu untuknya.
"Ayah jangan ...." Salsabila menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Diam."
Mahendra langsung mengikat satu tangan Salsabila ke kepala ranjang dan mengikat kedua kakinya. "Nah, dengan begini kamu tidak akan kemana-mana sampai tiga hari kedepan," ucap Mahendra sambil tersenyum.
(Sudah seperti diculik saja, kasihan kamu nak).
"Tenang saja, tali itu tidak akan menyakitimu. Karena tali itu sudah disiapkan khusus untukmu, putri kecil Ayah yang nakal," lanjut Mahendra lagi.
"Ti-tiga hari. Masa tiga hari sih Yah, lama ituu~~" Salsabila merengek.
"Sudah, jangan banyak protes. Siapa suruh melanggar peraturan? Untung aja nggak Ayah hukum sampai seminggu," ucap Mahendra, Salsabila langsung terdiam.
"Terus? Itu suntikan untuk apa?" tanya Salsabila menunjuk suntikan berisi cairan bening.
"Ini adalah racun tidur. Kamu akan tertidur sampai besok, karena Ayah akan memberikan penawarnya besok. So, time to sleep my little princes." Mahendra menyuntikkan cairan berwarna bening itu ke tangan Salsabila.
Tidak sampai 10 detik Salsabila sudah tertidur lelap. Mahendra tersenyum lalu mengecup kening Salsabila.
"Kamu sudah besar sayang. Ayah jadi tidak rela kamu menikah suatu saat nanti."
"Tidurlah, Ayah menyayangimu. Jadilah penurut." Lalu Mahendra meninggalkan Salsabila sendirian di kamarnya.
Ya begitulah sikap Mahendra terhadap Salsabila, kenapa dengan Fadly tidak begitu? Karena Mahendra tau, Fadly sama gilanya dengan dirinya, hanya saja tidak tampak.
Bukan hanya Mahendra, tetapi Mahardika juga sama gilanya. Mahardika terlalu possesive kepada istrinya Olivia, dan dia terlalu overprotective kepada Salsabila walaupun itu bukan anaknya. Sebut saja seluruh keluarga Reina ini sangat protective kepada Salsabila. Dari mulai paman dan bibinya, ayah dan ibunya, sepupunya, serta semua saudaranya.
Itu membuat Salsabila tertekan, Reina juga cukup prihatin padanya. Reina sampai berpikir, "untung saja itu semua tidak terjadi padaku." Itu sebabnya Reina tidak pernah merasa iri dengan Salsabila, tidak sedikitpun.
Walaupun Reina kekurangan kasih sayang dari seluruh keluarganya, tapi Reina tidak pernah menuntut. Dia diam saja ketika semua hanya fokus pada Salsabila, tidak sedikitpun padanya.
Ya, mungkin hanya itu kekurangan di hidup Reina. Selebihnya semuanya berjalan normal.
Reina hanyalah seorang figuran, dia tidak pernah terasa penting di hidup orang lain. Hidup Reina terlalu datar seperti jalan tol. Reina tidak pernah diprioritaskan oleh orang lain selama belasan tahun hidupnya. Reina tidak sepenting Salsabila yang selalu dijaga dan dilindungi di manapun dan kapanpun.
Reina tetaplah Reina, seorang pengamat drama-drama yang terjadi di sekitarnya. Mungkin orang lain berpikir hidup Reina seperti tidak ada beban. Nyatanya hidup Reina juga banyak masalah seperti manusia pada umumnya, hanya saja cara dia menyelesaikan masalah-masalah itu terlalu tenang.
Reina selalu bilang pada dirinya sendiri kalau dia baik-baik saja, padahal nyatanya dia tidak baik-baik saja. Hei, siapa yang tidak merasa sakit hati kalau selalu menjadi yang kedua?
Mungkin saja Reina yang tidak punya hati, sehingga dia tidak merasakan sakitnya dan menganggap itu semua hal yang wajar. Tapi apakah hidupnya akan terus seperti itu? Mungkin saja suatu saat ada seseorang yang mampu memberikan Reina cinta, mengenalkan apa itu cinta di hidup Reina.
Bersambung~~
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Teen FictionFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...