"Pagi anak-anak Ibuk."Guru bahasa Indonesia masuk ke dalam ruang kelas, siapa lagi kalau bukan buk Ana. Kelas lagi jam kosong, karena tidak ada guru yang mengisi mata pelajarannya, sedih sekali.
"Pagi Buk."
"Lah Buk? Kan bukan pelajaran Ibuk?" tanya Salma.
"Iya tau, Ibuk mintak sedikit waktunya bolehkan?" tanya lembut Buk Ana. Sanju langsung berdiri berniat mempersiapkan tempat duduk untuk buk Ana (Sok baik ceritanya).
"Boleh kok, apa yang gak boleh untuk Ibuk. Duduk dulu Buk, nanti darah tinggi Ibuk," ucap Sanju mempersilahkan.
"Terima kasih ya Sanju."
"Sama-sama Ibuk," ucap Sanju sambil tersenyum. Sanju pun kembali ke tempat duduknya. "Woi bangun kelen! Ibuk ini mau ngomong," teriak Sanju membuat yang lain membuka mata, kecuali Reina. Memang mereka semua pasti tidur kalau lagi jam kosong.
"Jadi anak-anak Ibuk, dengerkan Ibuk dulu ya. Kan seminggu lagi nih kita PORSENI, jadi siapa-siapa aja nih yang udah iku?" tanya bu Ana. Semuanya mengangkat tangan, menandakan mereka semua mengikuti lomba.
"Oke turunkan, Ibuk mau data kalian dulu." Buk Ana mengeluarkan buku dan pulpen. "Yang ikut Futsal siapa aja?" tanya buk Ana.
"Saya, si kembar, Sanju sama Arjun Buk." Bintang menghitung teman-teman bermainnya di futsal. Si kembar yang dimaksud adalah Randa dan Rendi, mereka berdua kembar identik.
"Terus yang ikut basket? Siapa?"
"Yang ikut basket saya jugak sama Said, Ridho, Alan, sama Lano. Eh? Iyakan we?" Bintang memastikannya sekali lagi, karena dia sedikit lupa.
"Iya Tang," jawab Said.
"Terus yang ikut bulu tangkis putra dan putri udah ada?"
"Udah Buk, itu saya sama Rana Buk," jawab Keysa sambil melirik Rana, Rana mengangguk.
"Terus nyanyi udah, dance udah,menggambar udah. Eh tapi ini menggambarnya digital ya nak, siapkan aplikasi menggambarnya ya Reina, dengar Reina?" ucap buk Ana sambil melirik Reina yang sedang tertidur di tempatnya. Untung saja Reina mendengarnya dan langsung menyahut.
"Hm."
"Tidur lagi kamu Reina?"
"Nggak Buk, cuman tutup mata aja kok." Reina berusaha menegakkan tubuhnya. Keysa yang di sebelah Reina jadi gemas lalu dia menyentil kening Reina.
Pletak.
"Sama aja bodoh," ucap Keysa gemas.
"Beda lah." Reina mengelak.
"Sudah, sekarang Ibuk mau menunjuk untuk yang ikut drama ya." Buk Ana memeriksa kertasnya, ada satu kegiatan yang belum terceklis.
"Harus semua Buk? Males kali lah drama buk, betol lah." Keysa tidak ingin mengikuti lomba drama.
Ya, drama adalah sesuatu yang paling sulit dilakukan. Harus berakting sedemikian rupa agar skenario yang dijalankan tidak berantakan. Harus bisa berekspresi sedemikian rupa juga.
"Yang ikut drama itu Rina, Salma, Said sama Arjun ya? Gak ada protes-protes, bisa gak bisa harus bisa." Buk Ana menulis nama ketiganya dalam daftar. Yang namanya disebut tadi pun tidak bisa protes sedikitpun, mereka hanya menghela nafas.
"Siapa yang bisa nulis naskahnya? Gausah panjang-panjang kali." Buk Ana menyapu pandangannya ke semua muridnya.
"Saya Buk." Rasi menunjuk tangan.
"Oke, kamu ya Rasi. Kamu tulis naskah untuk drama, buat sebagus mungkin. Karena naskah juga dinilai," ucap Buk Ana. "Dan kamu Reina, kamu yang ngelatih mereka. Gausah tidur aja kamu di situ." Buk Ana menunjuk Reina lagi. Semua pusat perhatian tertuju kepada Reina.
"Pffft."
Teman-teman sekelasnya menahan tawa, suka sekali sepertinya mereka melihat Reina ternistakan. Sedangkan Reina hanya mengangguk dengan mata sayu karena mengantuk, padahal dalam hatinya dia tidak terima.
"Terserah." Reina tidak peduli lalu melanjutkan tidurnya. Buk Ana serta teman-teman sekelasnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
.
.
.Sekarang Reina dan teman-temannya sedang berada di kantin. Mereka menggabungkan tiga meja agar bisa duduk bersama-sama. Mereka juga memesan menu yang sama.
"Emang kau bisa drama Rein? Ngelatih kami bertiga?" ucap Said pada Reina. Reina menatap Said malas.
"Bisa, besok kita latihan. Besok udah selesai naskahnya kan Ras?" tanya Reina, Rasi mengangguk.
Tiba-tiba saja ada sekelompok anak kelas 11 akuntasi mendekat, salah satu dari mereka menyenggol bahu Rina yang kebetulan duduk di pinggir. Reina cs dan Sanju cs langsung menatap tak suka. Reina juga menatap tak suka karena ada musuh bebuyutannya di sana, siapa lagi kalau bukan Sari.
"Eh eh, ada murid-murid KESAYANGAN nih we. Tumben-tumbenan pada ke kantin semua." Salah satu dari mereka berucap dengan sinis. 10 RPL 1 tidak ada yang peduli.
"Denger-denger mereka ini ikut lomba jugak we. Berharap gitu ngalahin kita yang udah megang piala dua tahun berturut-turut, ekhem." Salah satu dari anak 11 akuntasi berusaha merendahkan Reina dan teman-temannya, mereka hanya bisa tersenyum bodoh.
"Sombong amat nih Kakak kelas," batin Salma dengan senyuman bodohlah. Entahlah, mereka yang merasa bodoh atau merasa miris dengan omongan kakak kelas mereka yang terlalu tinggi.
"Wah, salah minum obat kayaknya nih," ucap Rasi dalam hati.
Zehan, Fadly, dan Kianzee yang kebetulan melihat hal itu ingin marah, tapi mereka tahan. Mereka mau lihat bagaimana adiknya menyelesaikan hal itu.
"Kayaknya mereka bisa menang."
"Iyalah, wali kelasnya aja wakil kepala sekolah, ada gurunya juga KAJUR. Namanya juga murid KESAYANGAN." anak akuntasi sepertinya berusaha mempermalukan kelas Reina dan kawan-kawan. Ya mungkin saja mereka sedikit iri, tapi kenapa iri?
"Kesayangan kepala otak kau dua!" Karena terlanjur kesal dan acara makannya terganggu, Arjun pun mengeluarkan kata-kata kasarnya.
"Kalo gak suka cabut sana. Bapak kau tuh kesayangan, gondok aku jadinya kan," maki Arjun.
"Duduk Jun, hewan purba gausah ditanggepin." Reina menarik bahu Arjun untuk kembali duduk. "Nih minum dulu, banyak setan di sini. Heran, kok tiba-tiba gerah gini ya?" Reina mengibas-ngibaskan bajunya seakan-akan kepanasan.
"Adek kelas gak ada sopan-sopannya," ucap salah satu anak AK.
"Kakak kelas gak ada etikanya. Diajarin apa sih selama ini?" ucap Keysa dengan sinis. "Mungkin masuk kuping kanan keluar kuping kanan jugak we, membal. Mending kalo masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Mangkanya gak ada etika gini," lanjut Keysa membuat teman-temannya menahan tawa.
"Lihat aja, kalian bakal malu," ucap seorang gadis yang lebih tinggi diantara yang lain. "Kalian bakal kalah kali ini," lanjutnya.
"Lagian otak kalian gak sebanding sama kita," timpal yang lainnya.
Dengan wajah menahan tawa, Said berdiri dengan satu kaki di atas kursi dan tangan di pinggang. "Juara berturut-turut nih, senggol dong!" teriak Said, membuat teman-temannya tertawa. "Siap si paling juara," lanjut Said lagi.
Karena merasa 10 RPL satu sulit sekali di permalukan, anak 11 akuntasi pergi begitu saja. Malah mereka yang merasa sedikit malu.
"Mereka kok songong banget sih?" tanya Salma.
"Mereka rata-rata anak seni jugak, apalagi kebanyakan dari mereka itu masuk club drama. Udah itu muridnya banyak, ada sekitar 35 orang lah. Mangkanya songong banget tadi." Rana menjelaskan.
"Keliatan banget tuh tadi takut tersaingi, lagian kesempatan kita menang itu kecil banget. Ngapain takut cobak?" Keysa merasa heran.
"Kita bakalan menang, tenang aja," ucap Reina dengan tenang lalu menyesap minumannya.
Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Rein | End
Novela JuvenilFollow sebelum membaca. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Kalau ada yang bertanya, siapa yang hidupnya paling santai? Jawabannya adalah Reina. Yang sikapnya selalu berubah-ubah? Jawabannya adalah Reina. Siapa yang pecinta kopi? Jawabannya adalah Reina? Selalu...